Berbeda ketika pulang kerja, kali ini Azura bebas memilih baju untuk dipakainya keluar bersama Bas. Mereka sudah sepakat untuk bertemu di depan gang rumah Azura. Azura sendiri yang meminta Bas menjemputnya di sana.
Seperti perjanjian mereka sebelumnya, Azura menunggu Bas di gang depan rumahnya. Di tepi jalan raya. Sekarang hari Minggu pukul tujuh pagi. Biasanya, jam seperti saat ini Azura baru pulang kerja dengan penampilan lusuh dan kelelahan. Tapi, pagi ini berbeda. Dia terlihat segar dan penuh semangat.
Azura menarik napas dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya. Dia melihat ke arah jalan raya, mencari-cari sosok Bas. Tapi, lelaki itu belum menampakkan batang hidungnya. Perempuan itu berjalan ke sana kemari untuk membunuh waktu. Lalu, ponselnya bergetar. Dia segera membuka pesan masuk. Azura pikir itu pesan dari Bas, tetapi bukan.
Pesan itu dari Adrian.
Perempuan itu membaca pesan tersebut sambil menelan ludah. Lalu, dia memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas tanpa membalas pesan Adrian. Tepat ketika Azura mengangkat wajah, Bas menghentikan motornya di tepi jalan dan membuka helmnya.
"Lama menunggu?" tanya Bas. Azura tersenyum, kemudian menggeleng.
Azura menghampiri Bas. Dia mengulurkan tangannya. "Helm."
Bas tersenyum, kemudian mengulurkan helm kepada Azura. Setelah mendapatkan helm dari Bas, Azura memakai benda tersebut. "Naik," pinta Bas. "Omong-omong, pagi ini kamu terlihat berbeda."
"Aku sudah menduga kamu akan berkata begitu," kata Azura, sama sekali tidak tersinggung.
"Yuk," ajak Bas. Azura mengangguk dan duduk di belakang Bas.
***
Bas membawa motornya dengan kecepatan standar. Azura di belakang Bas duduk dengan menumpuhkan telapak tangannya di atas lututnya, tubuh sedikit condong ke arah Bas, dengan pandangan ke depan.
Di depan mereka saat ini terdapat pohon-pohon pada sisi kanan dan kiri jalan. Beberapa rumah terlihat dan sisanya berupa pohon-pohon dengan dedaunan berwarna hijau.
"Kamu pernah ke sini?" tanya Azura dengan suara sedikit dikeraskan.
"Apa?" sahut Bas.
"Kamu pernah ke sini?" ulang Azura dengan suara lebih keras lagi. Saat ini, Bas mengendarai motor dengan jalan yang sedikit menanjak dan berkelok. Wajar saja, mereka melewati dataran tinggi untuk mencapai lokasi yang ingin mereka kunjungi. Azura bertanya kepada Bas karena dia melihat Bas tidak menggunakan bantuan google map untuk mencapai di titik ini.
"Pernah sekali," jawab Bas, setelah mendengar pertanyaan Azura. Bas ingat, kala itu dia iseng keliling Bandung ketika baru seminggu di sini.
Setelah percakapan basa-basi itu, keduanya memutuskan untuk diam. Mereka sama-sama menikmati pemandangan di kanan dan kirinya. Azura sendiri menikmati angin yang menyentuh pipinya, yang melewati sela-sela masker dan helmnya. Dia lupa kapan terakhir kali menikmati Bandung sepagi ini, tidak dengan mata lelah dan mengantuk. Tapi, benar-benar menikmati udara Bandung yang dingin.
Bas menghentikan motornya di tempat parkir tidak jauh dari lokasi pariwisata yang mereka datangi. Seperti yang dibicarakannya pada Azura, Bas mengajak Azura ke tempat pariwisata di Lembang. Awalnya, Azura tertawa membaca pesan Bas mengenai destinasi yang ingin dia kunjungi. Dia bertanya-tanya, memangnya di The Lodge Maribaya ada apanya? Itu sekadar tempat berfoto saja. Azura akui pemandangan di sana cukup keren, tetapi tidak ada kelebihan lain selain itu.
Namun, tanpa memprotes, Azura menyetujui.
"Aku beli tiket dulu," ucap Bas pada Azura. Perempuan itu mengangguk dan menunggu Bas di sisi pintu masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika [TERBIT]
General FictionAda sebuah kafe yang memilih buka di waktu usai subuh, ketika orang-orang masih mendekap selimut mereka, Tari - pemilik kafe - memilih menggiling kopi dan menyiapkan roti isi untuk sarapan. Arunika, sebuah kafe yang mempertemukan pekerja malam dan p...