Malam ini sangat terang oleh bulan yang menyinari bumi di temani bintang-bintang yang gemerlap. di teras rumah terdapat seorang gadis yang sedang memandangi betapa indahnya malam ini.
Tiba-tiba seseorang duduk disampingnya membuat sang empu tersentak, "gue nyariin lo dari tadi, ternyata disini." Arlan memulai percakapan.
"Kakak ngapain nyariin aku? Biasanya kakak jam segini main sama temen kakak." Aleysa menoleh kesamping dimana Arlan berada.
"Gue gak main, mau belajar bentar lagi kita lulus."
Aleysa mengangguk saja, dia menengadah keatas lagi memandangi langit malam yang gemerlap.
Arlan yang sedari tadi memperhatikan Aleysa ikut menengadah keatas. mereka sama-sama diam tak ada pembicaraan lagi, sejak Killa dan Murni pulang mereka sama-sama diam, ntahlah.
Udara malam memang dingin, Aleysa hanya menggunakan kaus putih oblong yang tipis dan mengenakan celana jeans pendek, hal itu membuat Arlan inisiatif mengambilkan selimut.
Tumben peka? Biasanya enggak.
Aleysa yang melihat Arlan berdiri dan melangkah meninggalkannya, Aleysa hanya diam. Padahal sejak tadi jantungnya berdebar saat Arlan duduk disampingnya, tapi sebisa mungkin Aleysa biasa saja.
Larut dalam indahnya malam, sampai sebuah selimut menyampir di bahunya. Aleysa menoleh kebelakang dan menemukan wajah Arlan yang sedang tersenyum kecil, sontak hal itu membuat Aleysa terpana akan ketampanan suaminya ini.
"Dingin." Arlan ikut mendudukkan badannya di samping Aleysa.
"Makasih." ucap Aleysa sambil tersenyum.
"Ley?"
"Kenapa kak" Aleysa yang sudah larut dalam langit malam pun menoleh.
"Jangan terlalu dekat sama Mbam."
"Kenapa? Mbam baik sama aku,"
Arlan yang mendengar jawaban Aleysa tertegun, Arlan merasa tak terima. "Mbam gak sebaik yang lo kira." Arlan mulai menatap Aleysa, intens.
Aleysa yang mendapat tatapan se-intens itu, membuat jantungnya berdegup kencang, dia gugup.
"Aku gak percaya."
Arlan menghela nafasnya, Aleysa ini memang keras kepala. susah dibilangin, "terserah."
"Kak?" sekarang giliran Aleysa yang memulai pembicaraan lagi, setelah hening menyelimuti mereka.
Arlan hanya bergumam, Arlan sedang memainkan ponselnya. Aleysa yang melihat itu hanya menghela nafas, "Gak jadi." mendengar ucapan Aleysa, Arlan mengangkat kepalanya, "gak jelas lo!" Arlan tak menghiraukannya lagi, dia sudah larut dalam gamenya.
"Lo suka bintang ya?"
Aleysa yang sedari tadi memandangi langit malam pun menoleh kearah Arlan, dengan semangat dia menganggukkan kepalanya, "iya Aley suka! menurut Aley malam lebih indah dari pada siang." jawabnya dengan mengebu-ngebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLAN
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Anda ingin plagiat? il tuo cervello è solo per la visualizzazione? Translate: ( Otak anda hanya untuk pajangan? ) -- Singkat saja cerita ini. Menceritakan tentang Sulthan Arlan Damarez ketua geng motor RAVLOSKA, yang d...