26 - Pembicaraan Sensitif.

961 62 4
                                    

Hai moost👋 gimana kabarna? Walaupun gak baik tapi harus bilang baik. aku disini cuma mau bilang kalo update tergantung jumlah reader? Iya moost, aku bakal ganti jadwal ekhe. Ini keputusan aku y! Jadi gk bisa di ganggu gugat. Kalo emangnya gak suka, sok silahkan tinggalkan lapak kecil ini. Aku gak maksa kalian buat baca karya aku dan aku juga gak maksa kalian buat vote jadi kalo gak suka y tinggal apus aj dri library kalian. Oh atau emmg gak di masukin library?

Sekian perbacotannya🙏🙏

Sesuai pembicaraan mereka semalam, Aleysa dan Arlan kini sudah berada di kediaman ibu Aleysa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai pembicaraan mereka semalam, Aleysa dan Arlan kini sudah berada di kediaman ibu Aleysa. Mereka berdua masih menggunakan baju seragam sekolah. Ya mereka langsung melesat ke sini setelah pelajaran selesai. Arlan tidak kerja, Arlan izin kepada Ardi.

"Gimana kabar ibu?" Tanya Aleysa sambil memeluk Killa.

Killa terkekeh dan tersenyum melihat Aleysa begitu manja, sama seperti dulu. "Kabar ibu baik, gimana kabar kamu nak?" Aleysa melepaskan pelukannya dan mengangguk, "baik," walaupun aslinya Aleysa tidak baik-baik saja.

"Iya udah, ayok sini duduk dulu." Killa menyuruh anak keduanya dan menantunya untuk duduk di sofa.

Arlan hanya mengikuti dua manusia yang berbeda usia itu.

"Arlan gimana kabar kamu baik juga?" Kini tatapan Killa tertuju kearah Arlan yang hendak mendudukkan bokongnya di sofa. Arlan mengangguk, "iya bu,"

"Kalian kenapa masih pakai baju seragam sekolah? Enggak ganti dulu?" Aleysa tersenyum, "enggak, soalnya Aleysa udah kangen banget sama ibu jadi lupa buat ganti terlebih dahulu." Killa mengusap kepala Aleysa.

"Kasian Arlan, pasti dia gerah." Arlan yang disebut pun menoleh dan menggeleng, " enggak kok bu," Killa menatap Arlan penuh selidik, apalagi baju seragam putihnya sudah basah dan mencetak jelas punggung Arlan yang kekar.

Arlan melarikan matanya, yang penting tidak bersitatap dengan ibu Aleysa. Padahal disini ada kipas angin yang mengantung di atas langit-langit ruang keluarga. Ya memang keluarga Aleysa tidak sekaya keluarga Arlan, ibu Aleysa hanya bisa membeli kipas itu bukan ac yang berada di rumah Arlan.

"Pasti kamu gak kuat disini lama-lama, apalagi gak ada ac," ibu Aleysa menunduk sedih.

Arlan yang mendengar sederet kata yang di ucapkan ibunya Aleysa, menggeleng dengan kuat. "Eh.. enggak kok bu, ini juga udah dingin kok."

Ibunya Aleysa mengangguk, "serius?"

"Iya,"

Aleysa hanya memperhatikan ibunya dan suaminya yang berbicara tanpa berniat ingin menimpali pembicaraan mereka.

"Kalian mau minum apa? Ibu lupa nawarin kalian minum, soalnya ibu saking senengnya kalian kesini."

"Gak papa kok bu, nanti Aleysa mau minum pasti ambil sendiri." Ucapan Aleysa di setujui oleh Arlan.

ARLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang