27 - Pasar malam.

914 58 8
                                    

Aleysa termenung di meja belajar yang mengarah langsung kearah jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aleysa termenung di meja belajar yang mengarah langsung kearah jendela. Langit sudah malam, Aleysa dan Arlan sudah pulang sejak satu jam yang lalu. Arlan saat ini berada di bawah, entahlah Aleysa tidak tau.

Sejak kejadian di rumah ibunya tadi, Aleysa tak percaya kepada sang ayah yang mengatakan jika Gendis adalah sekertaris sang ayah di kantor. Apalagi melihat ibunya yang tersenyum miris semakin membuat Aleysa yakin jika ayahnya berselingkuh dengan Gendis.

Yang membuat Aleysa bertanya-tanya, kenapa ibunya tidak marah atau sekedar menegur? Apa ibunya sudah tau jika Raka telah berselingkuh sejak lama? Pertanyaan-petanyaan itu terus berkeliaran di kepala Aleysa, sampai-sampai alisnya menukik.

Saat tengah memikirkan hal itu Aleysa di kejutkan kedatangan Arlan yang berdiri di sampingnya, sambil membawa sepiring nasi dengan lauk ayam dan segelas air.

Aleysa mendongak saat Arlan meletakkan makanan itu di meja belajarnya, ah meja belajar mereka. Arlan tidak tersenyum hanya menatap Aleysa sekilas.

"Jagan terlalu dipikirin, nanti otak lo gak sanggup nahan itu semua, berujung lo yang sakit mental."

Aleysa berdecak, Arlan ini ingin menasehatinya atau sekedar mengejek? Ah sudahlah itu tidak penting.

"Makan langsung tidur, besok sekolah." Setelah mengucapkan itu Arlan sudah lebih dulu terjun ke atas kasur yang empuk, siap untuk tidur.

Aleysa sama sekali tidak mengeluarkan suaranya, hanya matanya yang bergerak mengikuti Arlan. Merasa lapar dan melihat ayam goreng yang menggugah selera, Aleysa dengan segera mencobanya dan ya enak. Apa Arlan yang memasaknya?

"Kak?" Panggil Aleysa setelah menelan satu gigitan daging ayam.

Arlan hanya berdehem di atas kasur sana, tapi suaranya masih terdengar oleh Aleyasa.

"Apa ini kakak yang masak? Ayamnya enak."

"Gue beli di gang depan tadi." Jawab Arlan dengan datar.

Brengsek! Dirinya malahan memuji masakan yang jelas bukan Arlan yang buat. Aleysa benar-benar malu.

Dengan menahan malu yang kentara Aleysa meminum segelas air yang dibawakan oleh Arlan. Aleysa tak melanjutkan makannya, apalagi nafsu makannya tak berselera.

Hening melanda mereka, hanya suara game yang berasal di hp Arlan saja. Aleysa sedari tadi tak beranjak dari meja belajarnya. Aleysa malu hanya sekedar membalikan tubuhnya.

Tiba-tiba suara kasur berbunyi, menandakan seseorang yang berada di sana sedang menuruninya. Aleysa menahan nafas saat langkah kaki Arlan mulai mendekat kearahnya.

"Kenapa makannya gak di habisin?" tanya Arlan sambil mendudukkan tubuhnya di kursi sebelah Aleysa.

"Gak nafsu," memang benar Aleysa tak bernafsu makan saat ini.

ARLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang