15 - Pingsan (Sudah direvisi)

1.1K 61 3
                                    

"Kenapa Pah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa Pah?"

"Ar kamu ijin libur dulu sama kepala sekolah kamu, hari ini papah mau kamu kerja di kantor papah. Buat selanjutnya kamu kerja saat pulang sekolah."

"Kenapa tiba-tiba?"

"Ada masalah di kantor, papah tunggu!"

Tutttt

Setelah itu sambungan telepon terputus. Arlan menghela nafasnya. Cepat-cepat ia bangun tapi di area perutnya terasa berat. Arlan melirik dan mendapati kaki Aleysa berada di atas perutnya.

Ia lupa semalam mereka tidur satu kamar setelah perdebatan panjang yang ia lewati, mempersalahkan area tempat tidur. Dengan hati-hati Arlan memindahkan kaki Aleysa yang masih tertidur lelap. Tanpa sengaja matanya menangkap raut wajah Aleysa yang sedang tertidur dengan bibir terbuka sedikit dan rambut aut-autan.

Arlan yang melihat itu tersenyum entah kenapa ia merasa gemas terhadap Sleysa. Arlan menggelengkan kepalanya upaya menghilangkan rasa gemasnya sesaat terhadap Aleysa.

Eguhh

Tiba-tiba Aleysa melenguh dan menggerakkan kakinya tak sengaja kakinya menendang sesuatu yang empuk. Aleysa yang merasa aneh pun terbangun dan mendapati Arlan yang sedang berjongkok di lantai sambil meringis kesakitan.

"Kak?!" Yang di panggil masih saja meringis tak mengindahkan ucapan Aleysa.

Aleysa yang merasa ada yang tidak beres pun memegang bahu Arlan. Arlan menepis tangan Aleysa yang berada di bahunya.

"K-eenapa kak?"

"Sakit anjir!" Pekik Arlan.

"Sakit kenapa kak?" Aleysa tak paham apa yang dimaksud Arlan.

"Otong gue ke tendang sama kaki lo njim!" ucap Arlan yang masih menahan rasa ngilu di area sensitifnya.

"Hah? Otong?"

"Nih," ucap Arlan sambil menunjuk otongnya yang terbungkus oleh celana kolor. Aleysa yang sudah paham pun melarikan matanya supaya tak bertubrukan dengan mata Arlan. Pipinya bersemu merah.

"Bilangnya gak boleh melewati batas guling, tapi sendirinya yang melewati." Arlan menyinyir sambil menatap Aleysa sinis yang masih mengelus-elus otongnya.

"Maaf," cicit Aleysa pelan.

"Tau ah." setelah itu Arlan pergi, memasuki kamar mandi dan membanting pintu kamar mandi. Aleysa masih berdiri di tempatnya, Padahal Aleysa gak sadar. Terdengar di arah kamar mandi suara gemericik air, pasti Arlan sedang melakukan ritualnya, Mandi.

Aleysa melirik kearah jam dinding yang terpasang di atas televisi kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 05.41 pagi. Aleysa segera menuju meja belajarnya dan memasuki buku mata pelajarannya. Tak lupa mempersiapkan baju seragamnya. Sebenernya aleysa ingin mengambil baju Arlan dan mempersiapkan semua kebutuhan Arlan tapi ia tak berani itu terkesan lancang.

ARLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang