18 - Adik kelas ngelunjak (Sudah direvisi)

978 59 0
                                    

Aleysa sudah siap dengan baju seragam sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aleysa sudah siap dengan baju seragam sekolahnya. Aleysa semalam tidak tidur dengan Arlan dan Aleysa tidak tau Arlan ada di rumah atau tidak. Selepas Aleysa melihat kejadian tersebut ia tidak keluar kamar dan menangis dalam diam. Sempat Arlan mengetuk pintunya tapi Aleysa abaikan, ia terlalu berharap kepada Arlan yang jelas-jelas tidak ada rasa kepadanya.

Di anak tangga terakhir Aleysa menghembuskan nafasnya dan mulai berjalan menuju dapur. Dapat Aleysa lihat sempol ayam yang ia beli kemarin masih ada di tempatnya dan di gerumuni semut. Aleysa mengambil sempol tersebut dan membuangnya kedalam tong sampah. Sangat di sayangkan sempol ini terbuang.

Keadaan rumah begitu sepi, Aleysa tidak menemukan Arlan di mana-mana. Aleysa terlanjur kecewa kepada Arlan dan juga dirinya yang begitu mencintai sosok Arlan. Mulai sekarang Aleysa ingin melupakan Arlan dengan perlahan. Cinta untuk Aleysa itu hanya rasa sebelah pihak yang terlalu membuatnya bahagia dan kenyataannya Arlan tidak.

Sepertinya Aleysa tidak sarapan lagi hari ini. Aleysa hanya meminum segelas susu.

"Eh neng Aley mau berangkat sekolah?" Tanya bi Wulan dari arah pintu dapur sambil menenteng satu kantung sayuran.

Aleysa mengangguk, "Iya bi, abis dari pasar?" Bi Wulan mengangguk. "Iya, nanti bibi masakin biar nanti pulang sekolah langsung makan."

"Eh mulai sekarang yang masak biar Aley aja, bi Wulan sapu-sapu aja ya?!" Terlihat bi Wulan sedang berpikir sampai akhirnya ia mengangguk. "Ya udah deh kalo gitu, bibi cuci dulu sayurnya baru di taruh di kulkas."

"Iya bi, aku duluan ya?!"

"Bentar-bentar deh neng." Aleysa yang hendak melangkah pun terhenti dan berbalik lagi. "Kenapa bi?" Aleysa mengernyitkan alisnya saat bi Wulan memperhatikan wajahnya dengan lekat. Tentu saja itu membuat Aleysa risih.

"K-eenapa bi?"

"Neng Aley abis nangis ya?" Selidik bi Wulan.

Aleysa gelagapan sendiri. Emang keliatan ya jika ia semalam abis nangis? Padahal Aleysa sudah menyamarkannya dengan make up.

"Enggak!" Elak Aleysa sambil melarikan matanya supaya tidak bertubrukan dengan mata bi Wulan.

"Bibi gak bisa di bohongin neng, Kenapa nangis neng?"

"Biasalah bi Aley abis baca novel berakhir sad ending." Tentu saja bi Wulan tahu jika Aleysa berbohong. Bi Wulan kemarin sudah pulang tapi ponselnya tertinggal dan bi Wulan berniat untuk mengambilnya. Saat hendak masuk ke dalam bi Wulan melihat pemandangan dimana Aleysa yang sedang menahan tangisnya dan Arlan yang masih berdiri di hadapan Salah satu cewek, Ya siapa lagi itu Rini.

"Yang sabar aja neng, nanti juga den Arlan bakalan suka sama neng Aley dan menerima neng Aley apa adanya." Ucap bi Wulan sambil mengusap bahu Aleysa.

Aleysa mengernyit. Seolah bi Wulan ini tahu apa yang Aleysa rasakan. "A-aaah iya bi."

ARLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang