28 - bingung.

922 67 12
                                    

Mereka bertujuh sudah menaiki berbagai macam wahana, sampai-sampai nafas mereka ngos-ngosan dan jangan lupakan sudut bibir mereka terangkat keatas. Mereka melepaskan segala penat di sini.

Aleysa menumpu tangannya di lutut dengan nafas yang mulai beraturan. Aleysa tersenyum kearah Laras yang berhadapan dengannya. Laras juga tersenyum. Tiba-tiba pipi Aleysa terasa dingin, saat Aleysa menengok Arlan lah pelakunya. Arlan menempelkan minuman dingin ke pipi Aleysa.

"Makasih," Aleysa langsung meneguk setengah botol air minuman.

"Puas?" Tanya Arlan yang di tunjukkan kepada mereka semua. Tak ayal mereka semua mengangguk dengan semangat.

"Ini yang gue mau," Ucap Alaskar sambil merangkul bahu Laras.

Elvan berdecak, "Gue disini cuma sendiri gak ada pasangan." Alaskar terkekeh, melihat Elvan bad mood.

"Mangkanya cari ayang," sindir Gema.

"Loh bukannya lo juga gak punya ya?" Tanya Arlan kearah Gema, seketika Gema kicep dan terdiam.

Melihat reaksi Gema, mereka semua tertawa terbahak-bahak. "Btw kalo gue deketin adik lo, sabi kali ya?" Gema melirik sinis kearah Elvan. Elvan malahan cengengesan.

"Adik lo bakal sekolah di SMA kita?" Gema mengangguk mendengar pertanyaan Alaskar.

"Kapan?" Lanjut Alaskar.

"Minggu depan," Gema melirik kearah adiknya yang berdiri di sampingnya. Gema tersenyum saat melihat pipi Ellya mengembung karena sosis bakar yang tengah ia makan. Karena gemas, Gema mengacak-acak rambut sang adik. Ellya menatap Gema dengan tatapan kesal.

"Mau lanjut atau pulang?" Arlan melirik kearah Aleysa yang sepertinya kelelahan. Arlan juga melirik kearah jam tangannya, apalagi pasar malam ini sudah mulai sepi hanya ada beberapa saja yang masih berlalu lalang.

"Kita makan di nasgor dulu yang di depan sana, setelah itu kita pulang." Mereka semua setuju dengan saran Elvan.

"Boleh gak si gue ikut Elvan?" Semua menengok kearah Laras yang gugup di tatap mereka semua.

Alaskar berdecak, "lo ke sini sama siapa?" Laras melirik kearah Alaskar takut-takut, "sama lo," Alaskar tersenyum miring, tanpa aba-aba dia langsung menarik tangan Laras menuju kearah motornya.

"Aneh banget tuh anak." Arlan menggeleng-gelengkan kepalanya. Arlan juga melakukan hal sama seperti Alaskar, bedanya jika Alaskar menarik tangan Laras tapi Arlan merangkul bahu Aleysa.

Aleysa mendongak menatap wajah Arlan yang menatap lurus kearah depan. Arlan yang mendapat tatapan seperti itu, membuat dirinya gugup bukan main, apalagi telinganya sudah memerah padam.

Shit, melihat Aleysa yang masih menatapnya membuat Arlan jengkel juga. Arlan tau jika dirinya memang tampan tak tertolong, tapi bisakah Aleysa tidak menatap dirinya seperti itu?

"Puas liatinnya?" Akhirnya Arlan melirik kearah Aleysa. Aleysa yang masih dalam pesona Arlan linglung.

"Ahh iya," pipi Aleysa merah merona, pipinya seperti terbakar. Aleysa memalingkan wajahnya, menutupi wajahnya yang merah.

Arlan terkekeh melihat Aleysa yang sepertinya salting. tadi dirinya yang salting, sekarang Aleysa yang salting. Timpal balik.

"Guys, gue duluan aja ya? Emak ku sudah menelpon." Elvan dari arah belakang berucap sambil mengangkat hpnya.

Arlan berdecak dengan malas, tadi Elvan yang menyarankan mereka makan nasgor dulu tapi kenapa sekarang dirinya yang pamit terlebih dahulu.

"goblok banget si Elvan," Alaskar mencibir saat Elvan sudah melesat dengan motornya.

ARLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang