Bab 3 | Tie Clip

184 22 3
                                    

Febyona Azara

Akhir pekanku terasa membosankan kali ini, karena tak ada apapun yang bisa kukerjakan. Semua tugas-tugas sudah kuselesaikan sejak kemarin malam. Jadi setelah membereskan kamar, aku hanya menghabiskan waktu dengan berguling di atas kasur.

Biasanya kalau diriku sedang bosan, aku akan datang ke kamarnya Rara. Lalu mengajaknya mengobrol banyak hal. Namun, gadis itu malah memutuskan pulang ke rumahnya. Sedangkan diriku memang sengaja tak mau pulang karena sedang malas saja. Apalagi sekarang tiap hari senin aku selalu mendapatkan jadwal kuliah. Tidak seperti ketika semester yang sebelum-sebelumnya.

Sudah hampir satu jam aku melakukan kegiatan yang tak berarti. Aku juga sudah kehilangan minat untuk melanjutkan tontonan dramaku. Hingga tak lama kemudian, tiba-tiba aku mendapatkan telepon dari seseorang. Setelah kucek kembali, ternyata sepupuku yang menelpon. Tanpa pikir panjang, aku pun segera menggeser tombol merah tersebut ke atas.

"Halo, Chan?" sapaku ketika sambungan telepon kami mulai terhubung.

Oh, ya! Perkenalkan, namanya Chandra. Dia sepupuku yang baru saja lulus SMA tahun lalu. Sekarang lelaki itu sedang melanjutkan studinya di salah satu universitas yang ada di kota ini.

"Hai, Kak. Lagi sibuk, nggak?"

"Nggak sih, kenapa emangnya?"

"Aku mau nyulik kamu sebentar, boleh?"

Aku tertawa geli mendengar ucapannya. Ya, mana ada seorang penculik hendak melancarkan aksinya, tapi malah ijin dulu ke korban.

"Yaelah, mana ada orang mau nyulik bilang-bilang dulu, Chan.. Chan.."

Di seberang sana aku bisa mendengarnya yang juga ikut tertawa. "Jadi, gimana mau apa nggak nih?" tanya dia sekali lagi.

"Emang ke mana cewek yang kamu kenalin kemarin?" godaku padanya. Memang seingatku bulan lalu dia pernah ngajak seorang cewek main ke kosanku. Dia juga sempat mengaku kalau mereka baru aja jadian beberapa minggu.

"Ck! Dia lagi jalan sama temennya. Aku malah dikacangin," balasnya seraya mendengus sebal. Seketika itu aku tertawa kembali.

"Kasihan deh, lu!" ejekku.

"Jahat banget kamu, Kak!"

Aku yakin sekali kalau saat ini dia pasti sedang cemberut.

"Oke, setengah jam lagi aku jemput, ya."

"Heh! Aku belum ngomong iya!"

Aku langsung terlonjak kaget karena dia tiba-tiba membuat keputusan secara sepihak.

"Ck! Gak perlu, paling kamu mau-mau aja. Situ 'kan jomblo."

"Sialan lo bocil!" umpatku.

"Udah ye, aku otw sekarang. Bye!"

Sedetik kemudian sambungan telepon itu berakhir. Kini mau tak mau aku harus bergegas ganti baju, karena biasanya kalau sampai bocil yang satu itu menungguku terlalu lama, maka siap-siap aku berakhir diomeli olehnya.

***

Seperti yang dikatakan Chandra sebelumnya, lelaki itu benar-benar datang tepat setengah jam kemudian. Setelah memastikan pintu kamarku terkunci rapat, aku lantas berjalan menghampirinya. Tanpa basa-basi, dia langsung menyerahkan helm padaku.

"Kamu mau ngajak aku ke mana emangnya?" tanyaku sembari sibuk memasangkan helm di kepala.

"Kencan," jawabnya singkat.

Buk!

Seketika itu aku langsung menghadiahinya sebuah pukulan keras. Sontak dia langsung mengaduh kesakitan. Namun, aku tetap memasang wajah cuek bebek.

Go Back | Youngk DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang