Bab 11 | Adu Domba

103 21 0
                                        

Fabyona Azara

Semenjak aku menyetujui tawaran Kak Gina untuk berkenalan dengan Mas Johan, kini aku sudah tak perlu menghindar lagi dari mami. Sebagai gantinya aku lebih sering menghabiskan waktu liburku di rumah.

Sebenarnya aku kurang suka dengan sifat lelaki itu, tapi setidaknya dengan begini hubunganku dengan mami mulai membaik. Meskipun tidak sepenuhnya, sebab aku masih sering berdebat dengannya. Contohnya seperti sekarang, saat ini mami tiba-tiba datang menengokku yang tengah asyik bermalas-malasan di atas kasur.

"Na, sekarang malam minggu loh!"

Aku melirik sekilas padanya. Kulihat mami sedang berdiri di ambang pintu kamarku. Seperti tidak tertarik dengan ucapannya, aku pun hanya membalas dengan seadanya, "Iya, Ona tahu, Mi."

Melihat sikapku yang acuh tak acuh padanya, membuat mami hanya mampu menghela napas panjang.

"Kamu gak mau coba ajak dia keluar gitu?" tanya mami sekali lagi.

Sejenak aku menggerutu dalam hati, mengapa topik ini lagi yang dibahas?! Jelas aku tahu siapa orang yang dimaksud dengan "dia" itu.

"Nggak tahu, Mi. Mas Johan gak hubungi aku sama sekali."

"Ya kalo dia gak ngajak kamu, harusnya kamu yang ngajak dia dong! Masak gitu aja perlu mami ajarin sih?!" tutur mami padaku.

Seketika aku merotasikan kedua bola mataku. Sungguh aku benar-benar malah ketika harus membahas laki-laki itu sekarang juga.

"Iya, nanti Ona coba chat dia," jawabku yang pada akhirnya lebih memilih mengalah.

"Jangan nanti, Na! Keburu malem, ini udah jam tujuh."

"Iya-iya.. ini Ona chat sekarang."

Rasanya percuma saja aku beralasan, sebab mami tetap tak goyah dan mendesakku secara terus-terusan.

"Bagus, gitu dong dari tadi!" balas mami seraya berlalu pergi dari hadapanku. Mungkin dia kembali melanjutkan aktivitas menonton televisi bersama dengan kedua ponakanku.

Setelah mami pergi, dengan malas kubuka aplikasi chatting berlogo telepon berwarna hijau itu. Selanjutnya jemari tanganku menari-nari di atas keyboard. Lalu kutulis sebuah pesan singkat untuk seseorang yang dimaksud mami tadi.

Aku
Malam, Mas
Mas Johan lagi di mana?

Mas Johan
Kenapa?
Lo mau memata-matai gue?

Aku
Gak gitu, Mas
Maksud aku..

Mas Johan
Halah!
Lo gak usah ngeles!
Gue udah tau tabiat lo!

Aku mengernyit heran setelah membaca balasan darinya. Aneh! Mangapa laki-laki ini tiba-tiba bersikap sinis padaku? Apa ada yang salah dengan ketikanku?

Setelah kubaca lagi berulang kali, kurasa tidak. Namun, mengapa dia terlihat marah-marah padaku? Atau saat pertemuan kami yang terakhir kali aku telah berbuat salah padanya?

Berkali-kali aku mencoba berpikir keras, tapi tetap saja hatiku mengatakan tidak ada yang salah di sini. Sungguh aneh! Lebih baik aku tanyakan saja apa maunya. Kali saja dia mau menjelaskan kesalahanku di mana.

Aku
Mas Johan marah ya sama aku?
Coba sini jelasin!
Aku salah apa?

Mas Johan
Nggaklah!
Emang gue ini anak kecil?!
Itu sih lebih cocok sama lo!
Lo 'kan masih bocah

Aku sedikit tersinggung dengan ucapannya itu. Meskipun kenyataannya umurku memang jauh lebih muda dari dia, tapi tidak seharusnya dia menyebutku kekanak-kanakan. Baiklah, coba bayangkan sekarang! Bukankah dia yang lebih kekanak-kanakan di sini? Lihatlah! Secara tidak jelas dia tiba-tiba saja memarahiku.

Go Back | Youngk DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang