Bab 6 | Siapakah Dia?

111 24 3
                                    

Brian Adam

Dering ponsel itu telah mengusikku yang sedang tertidur pulas. Aku mengerang kesal lantaran jam tidurku harus terganggu. Akhirnya kuraba nakas yang ada di samping tempat tidur. Sayup-sayup aku membuka mata, mengintip sekilas siapa pelaku penelpon tersebut.

Badanku seketika terlonjak kaget. Ternyata orang itu adalah mama. Tanpa pikir panjang, kugeser tombol merah tersebut ke atas. Hingga sedetik kemudian sambungan telepon tersebut mulai terhubung.

"Halo, Ma," sapaku dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.

"Lho, kamu baru bangun, Le?"

"Iya, Ma," jawabku malas seraya mendudukan diri di atas kasur. Tanganku kini sibuk menggaruk-garuk badan seraya menguap lebar.

Terdengar helaan napas panjang di seberang sana, sebelum akhirnya mama berkata kembali, "Ini udah jam berapa?! Kamu jangan tidur terus, Ian!"

Aku menyengir lebar ketika hariku disambut omelan darinya.

"Ngantuk, Ma."

"Udahlah! Lebih baik kamu bangun, terus antarkan dokumen penting punya Mama sekarang. Tadi kalo gak salah ketinggalan di atas meja samping tempat tidur."

Hampir saja aku mencabikan bibirku, sebelum akhirnya diriku tersadar ternyata sambungan telepon kami masih terhubung hingga sekarang. Kalau tadi aku sampai lepas kendali, bisa-bisa mama mengomel lebih panjang lagi.

"Iya, Ma. Tapi aku mandi dulu ya?" jawabku pasrah.

"Ya, udah. Pokoknya agak cepet dikit! Mama tunggu sekarang."

Pada detik berikutnya sambungan telepon itu akhirnya terputus. Bukannya bergegas pergi mandi, aku malah bengong sambil menatap jendela kamar.

Kulihat di luar sana sinar matahari ternyata sudah berada di atas kepala. Itu artinya aku sudah tertidur hampir dua belas jam lebih. Sebuah rekor yang luar biasa bagiku.

Mungkin kalau Ona tahu, dia pasti tak ada bedanya sama mama. Secara dia selalu sebal ketika kusuruh untuk membangunkanku di pagi hari. Ngomong-ngomong soal gadis itu, apa nanti dia pergi ke kampus ya?

Kalau iya, mungkin aku bisa mencari-cari kesempatan untuk dapat melihat wajah cantiknya lagi. Secara aku belum pernah bertemu dengannya semenjak memutuskan kerja di luar kota. Ditambah minggu lalu aku sangat menyesali keputusanku untuk tak pulang saat gadis itu mampir ke rumah.

Kugelengkan kepala, lalu dengan semangat aku segera turun dari tempat tidur. Tanpa mau membuang waktu lebih lama lagi, aku lantas pergi mandi.

***

Saat ini aku baru selesai memarkirkan mobilku di samping pos satpam. Namun ketika hendak membuka pintu, mataku tak sengaja menangkap pemandangan yang tak kuduga sama sekali sebelumnya.

Ona, gadis yang masih kucintai hingga detik ini, baru saja datang bersama dengan lelaki lain.

Bukan!

Maksudku, laki-laki itu bukan tukang ojek ataupun teman kuliahnya. Namun, aku percaya kalau dia mengenal baik lelaki itu. Lantas siapakah dia?

Setahuku Ona tidak punya banyak kenalan laki-laki. Gadis itu tipikal gadis yang tak terlalu suka dikerubungi oleh para lelaki. Itulah mengapa dia begitu nyaman berada di antara teman-teman sekelasnya, karena mayoritas dari mereka adalah seorang perempuan. Begitupun dengan teman-teman satu organisasi. Jadi, kupikir hanya Dion satu-satunya laki-laki yang dekat dengannya selain diriku. Itupun mereka hanya menjalin hubungan persahabatan, tidak lebih.

Go Back | Youngk DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang