Bab 27 | Cerita Lama

81 15 3
                                    

Leo Juandra Saputra

Setelah keributan yang diciptakan oleh lelaki busuk itu berakhir, kini seluruh anggota keluarga sudah berkumpul di ruang tamu. Tante Erna yang baru saja bangun setelah sempat pingsan tadi juga hadir di tengah-tengah kami. Saat ini beliau duduk di samping Kak Gina. Sedangkan di depan mereka ada Kakung yang juga duduk dengan wajah ditekuk.

Sedari tadi hatiku merasa tak tenang. Sepertinya sebentar lagi Tante Erna dan Kak Gina akan disidang habis-habisan oleh laki-laki tertua di keluarga ini.

"Sebenarnya ada apa ini? Bisa-bisanya kalian berencana menikahkan cucuku dengan laki-laki gak jelas asal-usulnya itu?!" tanya kakung murka.

Namun, yang ditanyai malah tidak berani membuka mulutnya sama sekali. Jangankan mereka berdua, bahkan seluruh orang yang berkumpul di ruangan ini juga tak berani menegakkan kepalanya.

"Erna!"

Kakung lantas berbalik menghadap Tante Erna. Sedangkan yang ditatap sontak terkesiap. Serta raut wajahnya tampak gugup sekali.

"Ini semua ulahmu 'kan? Pasti kamu yang lagi-lagi mengekang anakmu itu supaya mau menikah dengan pria pilihanmu?!" tuduh kakung pada putrinya itu.

Di luar dugaan, Kak Gina tiba-tiba berani menyela pembicaraan mereka.

"Kung, ijinkan Gina ngomong sebentar. Sepertinya Kakung salah paham. Mami itu gak salah, Kung. Mami dan aku bermaksud menikahkan Ona dan Johan supaya hidupnya bisa terjamin," jelasnya dengan nada menggebu-gebu.

Diam-diam aku menggelengkan kepala beberapa kali. Sungguh aku tidak habis pikir dengan sepupuku yang satu itu. Setelah semua kebusukan lelaki brengsek itu terbongkar, sepupuku yang satu ini masih tetap membelanya.

"Halah! Itu cuman alasan kamu aja 'kan, Gin? Pasti dari awal kamu udah tahu kalo si Johan-Johan itu sudah beristri tiga?! Bukannya kalian berteman ya?" sahut Kak Soraya dengan nada setengah mengejek.

"Aku juga gak tahu, Kak! Johan gak cerita apapun ke aku!" elak Kak Gina tak mau disalahkan.

Kini kepalaku kembali berdenyut. Mungkin sebentar lagi dua bersaudara itu akan mengulang kembali pertengkaran mereka seperti hari kemarin.

"Oke, kali ini aku bisa percaya. Tapi kamu tetap aja egois, Gin! Kamu gak pernah mengutamakan kebahagiaan adik kita. Ingat nggak, apa yang sudah terjadi sama kamu dulu?"

Kak Gina lantas terdiam di tempat. Entah mengapa raut wajahnya tiba-tiba berubah pucat pasi.

"Kamu sengaja memilih nekat hamil duluan setelah mendengar kabar kalo Mami mau menjodohkanmu dengan si juragan sapi dari kampung sebelah," lanjut Kak Soraya.

"Kka–kak Raya ngomong apaan sih?! Kok bahasanmu melebar ke mana-mana? Aku itu nikah sama Mas Wawan karena dia serius sama aku!"

"Ah, masak? Gak percaya aku!" balas Kak Soraya dengan nada setengah mengejek.

"Stop!" teriak Tante Erna tiba-tiba. Setelah sekian lama wanita itu akhirnya angkat suara juga.

"Kalian ini apa-apaan sih?! Jaga sikap kalian! Kalian lupa kalo ada Kakung di sini?" peringatnya kemudian.

Bukannya merasa sungkan ataupun menciut, sepasang kakak beradik itu malah tetap melanjutkan pertengkaran mereka.

"Dia yang mulai duluan, Mi! Selama ini Mami tahu, aku tersiksa karena harus belajar nerima Mas Suryo sebagai suami aku. Untungnya dia mau mengerti perasaanku. Dan sekarang kesalahan itu mau diulang lagi sama Mami? Mami mau Ona kayak aku dulu? Atau Mami mau Ona mengikuti jejak Gina ini? Mami mau anak itu nekat hamil duluan atau kawin lari sama mantan pacarnya itu supaya bisa mendapat restu dari Mami?" tanya Kak Soraya bertubi-tubi.

Go Back | Youngk DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang