Bab 21 | Kabar Buruk

60 10 0
                                    

Febiona Azara

Tepat pukul sepuluh pagi, akhirnya kami telah sampai di rumah. Setelah Mas Juan memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah milik tetanggaku, kami lantas segera turun. Selanjutnya kami pun berjalan beriringan menuju rumahku.

Dari jarak tiga meter, aku bisa melihat ada beberapa sepatu yang berjajar di teras. Sepertinya rumah sedang kedatangan tamu. Sejenak aku mengernyitkan dahi, merasa penasaran dengan wajah dari tamu-tamu itu.

"Ada tamu kayaknya, Na," kata Mas Juan yang ternyata sepemikiran denganku.

"Iya kayaknya, Mas," balasku dengan pandangan yang masih terfokus pada rumah bertingkat itu.

"Siapa ya?" gumam lelaki itu.

Akhirnya kami lanjut melangkah kembali. Hingga ketika kami sampai di depan rumah, mataku langsung melotot dengan lebarnya. Sekarang aku sudah tahu siapa tamu-tamu itu. Ternyata mereka adalah Mas Juan beserta dua orang yang terlihat lebih tua darinya.

Namun, sampai saat ini Mas Juan belum menyadari siapa mereka. Sebaliknya lelaki itu sedang sibuk melepas sepatunya. Ketika dia hendak melangkah masuk, buru-buru aku menahan tangannya.

"Mas!" bisikku kepadanya.

"Hah? Apa, Na? Ada apa?" tanya lelaki itu dengan raut wajah keheranan. Bukannya menjawab pertanyaan itu, aku malah segera bersembunyi dibalik punggungnya. Tadi sempat tidak sengaja aku melihat Mas Johan menatapku dengan seringai jahatnya.

"Itu," tunjukku pada psikopat gila itu. Sontak saja Mas Juan langsung mengikuti arah telunjukku. Sekarang aku bisa melihat bahwa dia juga sama terkejutnya denganku.

"Oh, lo takut sama dia?"

Aku menganggukkan kepala sembari tetap menjadikan tubuhnya sebagai tamengku.

"Ya udah sih, lo gak perlu takut, 'kan masih ada gue. Yuk, masuk!" ajak Mas Juan seraya menggenggam lembut tanganku.

Akhirnya aku terpaksa mengikuti langkah kaki lelaki itu dari belakang. Kini kami berjalan pelan memasuki rumah. Baru saja kami sampai di ambang pintu, aku bisa melihat mami dan Kak Gina yang juga ada di sana.

"Nah, itu dia anaknya sudah datang. Sini, Nak! Duduk di samping Mami," kata seorang wanita yang sudah melahirkanku ke dunia ini. Wajahnya terlihat berseri-seri. Bahkan senyum di wajahnya kepalang lebar.

Sejenak aku menatap ngeri sisi kosong di sebelah mami itu. Untuk beberapa saat hatiku menjadi ragu. Sepertinya firasatku mengatakan kalau sebentar lagi aku akan mendapat berita buruk.

Semua orang yang ada di ruang tamu ini tampak menatapku dengan tatapan mata yang seakan sedang menelanjangiku. Namun, aku masih diam seribu bahasa. Sempat aku pun melirik Mas Juan sekilas. Namun lelaki itu malah menganggukkan kepalanya, seperti sedang meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Akhirnya dengan langkah gontai, aku berjalan mendekati wanita itu. Lagi-lagi dia tersenyum lebar padaku. Sedangkan di sisi lain kulihat Mas Juan sudah mengambil tempat duduk tak jauh dariku. Tampaknya lelaki itu benar-benar menepati janjinya untuk memastikan bahwa aku tetap dalam keadaan aman.

"Nah, sekarang, Ona kenalin ini calon mertuamu."

Stop! Apa yang barusan mami bilang tadi? Calon mertua? Jadi, mereka–

"Iya, Dek. Ini Pak Agung sama Bu Maya, orangtuanya Johan," jelas Kak Gina menambahi. Seperti menjawab rasa penasaranku, dengan santai Kak Gina menunjuk satu persatu dari dua orang yang sedang duduk di depanku sekarang.

Mataku mengerjap untuk beberapa kali. Saat ini aku sungguh tidak percaya kalau Mas Johan secepat ini mengajak serta kedua orangtuanya untuk datang ke rumah. Jangan-jangan ancamannya yang kemarin benar-benar terjadi?! Kalau memang benar begitu, otomatis rencana pernikahan kami sebentar lagi terlaksana?!

Go Back | Youngk DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang