Febiona Azara
Keesokan harinya ketika aku baru saja selesai membersihkan rumah, tiba-tiba Kak Gina datang padaku. Raut wajahnya seperti mengisyaratkan kemarahan yang tak dapat ia tahan lagi. Aku tahu ini pasti ada hubungannya dengan perkataan tak sopanku terhadap Mas Johan kemarin. Cepat atau lambat psikopat satu itu pasti akan mengadu padanya. Maka dari itu, aku sudah mempersiapkan diri kalau nanti Kak Gina sampai mengomeliku.
"Dek, kamu ngomong apa sama dia kemarin?!" tanya ibu dari dua itu tanpa basa-basi.
"Aku gak ngomong apa-apa, Kak!" jawabku mencoba menutup-nutupi.
"Gak mungkin! Dia cerita ke aku kalo kamu udah ngatain dia yang enggak-enggak kemarin malam!"
Seperti dugaanku tadi, laki-laki itu pasti akan mengadu padanya.
"Apaan sih, Kak?! Aku gak salah apa-apa, yang salah itu dia!" ucapku membela diri. "Dia itu udah ngadu domba kita, Kak. Apa aku salah kalo sekali-kali negur dia?!"
Namun, sepertinya Kak Gina tetap tak mau percaya padaku.
"Ngadu domba gimana maksud kamu?! Jangan banyak alasan ya!"
"Kak!" erangku frustasi. Bagaimana tidak Kak Gina malah lebih percaya pada lelaki itu. Sedangkan dia tetap tak mau mendengarkanku yang jelas-jelas saudara kandungnya sendiri.
Di tengah-tengah pertengkaran yang sedang berlangsung, mami akhirnya datang untuk melerai kami.
"Ini ada apa pagi-pagi udah teriak-teriak?! Kalian gak malu kalo sampai didengar sama tetangga kita?!" omelnya.
Seketika mulutku langsung membungkam. Kini aku mengaku bersalah dan tak berani menatap wajah wanita itu. Namun, berbeda lagi dengan Kak Gina yang dengan entengnya mencabikan bibirnya.
"Tanyakan aja ke putri bungsu Mami yang satu itu! Dia ini udah bikin malu keluarga, Mi!" tukasnya.
Kedua bola mataku langsung membulat seketika. Bahkan lidahku sampai keluh dan tak bisa mengelaknya lagi. Sungguh aku benar-benar tak menyangka kalau otak Kak Gina ternyata sudah dicuci habis-habisan oleh psikopat gila itu.
"Tadi pagi Johan lapor ke aku kalo dia udah dikatain yang enggak-enggak sama dia!" terangnya sekali lagi seraya jari telunjuknya mengacung padaku.
"Aku gak ngatain dia, Kak! Udah berapa kali aku bilang, dia yang ngadu domba kita!" balasku tak terima. Bahkan nada bicaraku semakin lama kian meninggi.
"ONA!" sentak mami seketika.
Aku beralih menghadap mami. Tujuanku tentu ingin mencari pembelaan darinya.
"Mi..," lirihku. "Mami percaya 'kan sama aku?"
"Kamu ngomong apa ke Johan?"
Seperti tertusuk duri tajam, tentu hatiku rasanya sakit sekali. Tenggorokanku pun ikut tercekat. Hingga aku tak bisa berkata-kata lagi.
Ingin sekali rasanya aku menitihkan air mata untuk saat ini. Ternyata selama ini aku hanya seorang diri. Tak ada satu orang pun yang mau percaya padaku. Mereka juga enggan membelaku. Padahal mereka adalah keluargaku.
Laki-laki itu telah berhasil menjinakkan hati mereka. Menjadikan mereka sebagai budak perasaan. Hingga mau seberapa ngototnya aku mengutarakan segala kejelekannya, tetap saja mereka berdua tak akan pernah goyah.
"Sebenarnya aku ini anaknya siapa sih, Mi?" ucapku dengan suara sedikit bergetar. "Kenapa Mami lebih percaya sama dia ketimbang sama aku?"
Plak!
Tanpa diduga-duga sebuah tamparan keras langsung dilayangkan wanita itu pada sebelah pipiku. Maka saat itu juga air mata yang sedari tadi kutahan akhirnya jatuh juga. Hatiku sakit, rasanya seperti dicabik duri ribuan kali.
![](https://img.wattpad.com/cover/300050550-288-k689594.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Back | Youngk DAY6
Romansa[Book 2] Setelah lama tak bersua, Brian akhirnya bisa membuktikan bahwa bukan gadis lain yang pantas bersanding dengannya. Ona sadar kalau kembalinya lelaki itu ke dalam hidupnya bukan hanya sekedar hal tersebut. Melainkan ia juga ingin memulai kisa...