Brian Adam Alvaro
Setelah hampir setengah jam berdiam diri di kamar, aku pun memutuskan keluar sembari membawa bantal beserta selimut yang akan kugunakan ketika tidur nanti. Namun saat aku sampai di ruang tengah, ternyata gadis itu sudah tertidur pulas dengan posisi meringkuk di atas sofa. Mungkin tubuhnya sudah sangat lelah sekali. Sehingga ia menyerah untuk menungguku.
Sekilas kuperhatikan gadis itu tampak kurang nyaman ketika tertidur dengan posisi seperti itu. Akhirnya dengan inisiatifku sendiri, aku pun memutuskan untuk memindahkannya ke kamar. Kuangkat tubuhnya yang kurus itu, lalu kubaringkan dia di atas tempat tidur dengan hati-hati. Sebisa mungkin aku berusaha untuk tidak membangunkannya. Tak lupa juga kutarik selembar selimut untuk membalut tubuhnya.
Sebelum aku memutuskan pergi, sejenak aku mencuri waktu untuk memandanginya. Menurutku wajahnya terlihat lebih manis beratus-ratus kali lipat ketika diperhatikan dalam jarak dekat seperti ini.
Sejenak hatiku merasakan itu kembali. Setelah putus darinya, aku selalu merasa menyesal karena tidak bisa dengan leluasa memandangi wajahnya lagi. Lebih tepatnya aku tidak punya cukup keberanian untuk melakukan hal itu. Aku takut kalau sewaktu-waktu aku bisa menyakitinya lagi. Menurutku, sudah cukup aku membuatnya menderita, sekarang jangan lagi.
"Good night, By," bisikku sembari membelai lembut rambutnya.
Sebelum aku terlalu jauh dan melewati batas, buru-buru aku bangkit dan keluar dari kamar ini. Setelah menutup pintu, aku lantas berjalan mendekati sofa. Kemudian kurebahkan tubuhku di atas sana.
Melihatku yang sedang menyamankan diri di atas sofa, Chilo lantas ikut berjalan mendekatiku. Kuncing gendut itu langsung melompat dan ikut bergabung denganku. Ia lantas merebahkan tubuhnya di sampingku.
"Heh, jelek!" panggilku lirih sembari mencolek perutnya.
"Menurutmu, aku salah nggak sih, kalo masih mengharapkan dia kembali?" tanyaku kemudian.
Alisku mengerut. Beberapa detik telah berlalu. Namun, aku tak kunjung mendapat jawaban apapun darinya. Sejenak aku menoleh lagi ke samping. Ternyata kuncing gendut itu sudah tertidur pulas.
Akhirnya aku mendengkus sebal. Ternyata tidak ada gunanya aku cuthat padanya. Lebih baik sekarang aku segera berselancar ke alam mimpi. Kutarik selimutku hingga sebatas leher, lalu tidur sambil memunggunginya.
***
Setelah terbangun di pagi buta, aku memutuskan berkutat di dapur. Semalam sulit sekali untukku memejamkan mata. Bukan karena aku tak nyaman tidur di sofa sempit itu, tapi isi kepalaku terus mengajakku berbicara tanpa henti. Alhasil aku hanya bisa tertidur selama dua jam saja.
Sekarang aku tengah sibuk membuatkan sarapan untuk kami berdua. Omong-omong tentang gadis itu, sampai saat ini dia belum keluar dari kamar. Mungkin dia benar-benar lelah, karena aku hafal sekali kalau gadis itu anti bangun kesiangan.
Ditemani dengan Chilo, aku memilih membuatkan sarapan sederhana seperti omelet telur. Saat ini kucing gembul itu sedang duduk di atas meja pantry sembari memperhatikanku yang tengah sibuk mondar-mandir ke sana kemari. Sesekali aku mengajaknya bercerita tentang banyak hal.
"Heh, Ndut! Menurutmu paprika-paprika ini kenapa warnanya kayak lampu merah lalu lintas?" tanyaku secara random.
"Meong.."
"Padahal nih ya, kalo ditambah warna ungu bisa jadi teletabis loh."
"..."
"Gak lucu ya?" tanyaku sekali lagi.
"..."
Aku mendengkus sebal lantaran melihat Chilo tampak malas merespon guyonanku yang garing. Tiba-tiba kucing gendut itu langsung melompat turun, hingga akhirnya berhasil mengalihkan perhatianku. Sejenak aku menghentikan kegiatan memotongku, lalu mengikuti ke mana arah kakinya menuju.

KAMU SEDANG MEMBACA
Go Back | Youngk DAY6
Romance[Book 2] Setelah lama tak bersua, Brian akhirnya bisa membuktikan bahwa bukan gadis lain yang pantas bersanding dengannya. Ona sadar kalau kembalinya lelaki itu ke dalam hidupnya bukan hanya sekedar hal tersebut. Melainkan ia juga ingin memulai kisa...