Bab 9 | Kesan Pertama yang Buruk

90 20 2
                                    

Febiona Azara

Malam ini setelah pulang dari mengajar di bimbel, aku sengaja meluangkan waktu untuk mengerjakan skripsiku. Kebetulan rencananya besok pagi, aku akan melakukan bimbingan dengan Bu Wardah. Jadi, draf skripsiku harus sudah siap malam ini juga.

Di tengah-tengah asyiknya sedang mengetik, tiba-tiba aku mendapatkan sebuah pesan singkat dari Kak Gina. Mungkin dia ingin membahas tentang laki-laki yang akan ia kenalkan padaku. Maka tanpa menunda-nunda lagi, aku segera membuka pesan tersebut dan membacanya.

Kak Gina
Dek, kalau ada yang nelpon atau chat kamu atas nama Johan cepetan dibales ya!
Bales yang sopan!
Jangan kaku!

Aku
Iya, Kak

Sejenak kuhembuskan napas berat. Rasanya seperti masih ada saja mengganjal di hatiku. Namun, buru-buru aku menggelengkan kepala. Tidak! Aku tidak boleh seperti ini lagi. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk fokus sama laki-laki itu. Aku juga harus rela melepaskan masa laluku.

Tak lama kemudian, aku akhirnya mendapat pesan dari nomor yang tidak dikenal. Ah, mungkin pengirimnya adalah orang yang dimaksud Kak Gina tadi. Dalam sekejap aku jadi merasa deg-degan. Bagaimana ini? Aku bingung harus menyapa dia dengan cara yang bagaimana?

+62×××××××××××
Malem
Gue Johan
Lo Ona 'kan, adeknya Gina?

Mataku mengerjap beberapa kali. Kupikir dia orang yang kaku, mengingat jabatan tinggi yang ia pegang. Namun, ternyata dugaanku salah. Sepertinya dia orang yang easy going.

Aku
Selamat malam, Mas
Iya, aku Ona adeknya Kak Gina
Salam kenal 😊
Read

Cepat-cepat kuhempaskan handphone tersebut ketika pesan yang kukirimkan langsung terbaca. Sungguh saat ini jantungku seperti mau melompat dari tempatnya. Kalau dipikir-pikir, aku seperti remaja yang baru pertama kali memasuki fase pedekate. Padahal pengalamanku dalam bercinta tidaklah seburuk itu.

Aneh saja rasanya, dulu aku bisa bersikap biasa saja ketika Kak Brian mendekatiku. Bahkan aku terlampau cuek padanya. Namun, mengapa kali ini aku tidak bisa bersikap sama seperti dulu?

Cukup lama aku menunggu balasan pesan darinya. Namun hingga hampir satu jam lamanya, dia tak mengirim pesan itu kembali. Padahal seingatku, tadi dia sudah membaca pesanku. Apa aku salah ketik ya? Atau tanpa sadar aku sudah berlaku tidak sopan padanya?

Aku mencoba mengecek kembali pesan yang kukirimkan tadi. Namun alisku malah berubah menjadi mengerut, tidak ada satu pun yang salah dari ketikanku. Akhirnya kubiarkan saja handphone itu tergeletak di samping laptop. Seraya menunggunya, aku kembali melanjutkan pekerjaanku.

Baru saja aku selesai mematikan laptop, sebuah pesan singkat dari dia akhirnya kuterima kembali. Setelah menyimpan laptopku di atas meja, kubuka pesan tersebut lalu dengan cepat membacanya.

+62×××××××××××
Sbb, besok lo ada waktu?
Gue pengen ketemu sama lo

Aku terlonjak kaget seusai membaca keseluruhan isi pesan itu. Kupikir awalnya semua ini terlalu cepat bagi kami. Namun, mana mungkin aku menolak ajakannya tersebut. Bukankah pada ujung-ujungnya nanti kami juga akan bertemu secara langsung.

Aku
Iya, Mas
Boleh
Di mana ya?
Dan jam berapa?

Entah mengapa pikiranku tiba-tiba melayang sampai ke mana-mana. Hingga tanpa sadar membawaku pada suatu kenangan ketika masih bersama laki-laki itu. Aku ingat ketika dulu Kak Brian sengaja mendekatiku, sikapnya hampir mirip dengan Mas Johan ini. Mereka sama-sama agresif ketika mendekati lawan jenis. Apa mungkin semua laki-laki seperti itu?

Go Back | Youngk DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang