Bab 18 | My Hero

74 15 0
                                    

Febiona Azara

Seusai mengirimkan lokasi di mana diriku berada sekarang, kini aku sedang menunggu Mas Juan datang menjemputku. Namun sudah hampir satu setengah jam aku duduk di bangku ini, lelaki itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Hingga lama-kelamaan aku jadi merasa cemas.

Sedari tadi aku merasa seperti ada yang sedang mengawasiku. Ketika aku melirik sekilas padanya, ternyata orang tersebut tidak sendirian. Melainkan dia bersama dengan teman-temannya. Kalau dihitung-hitung mungkin jumlahnya ada sekitar lima orang.

Rata-rata dari mereka berambut panjang serta bertato banyak di kedua lengannya. Tak hanya itu, mereka juga berbadan tinggi dan besar. Sehingga dapat kusimpulkan bahwa mereka adalah sekumpulan preman jalanan yang menguasai daerah ini.

Saat ini preman-preman itu tengah duduk di atas trotoar sembari menyesap sebatang rokok secara bergiliran. Di depan mereka juga ada beberapa botol minuman yang kuyakini kalau itu bukanlah sembarang minuman. Entah botol keberapa yang sudah mereka habiskan. Namun, yang pasti orang-orang tersebut terlihat sudah hilang kesadarannya.

Aku berjingkat kaget ketika mereka tiba-tiba bersiul padaku. Buru-buru kupalingkan wajahku dan berpura-pura tidak melihat mereka. Sekarang diriku sibuk meruntuki kebodohanku sendiri.

Kupikir mereka sedang ingin mengajakku bercanda. Namun, ternyata preman-preman itu semakin berani padaku. Satu persatu dari mereka mulai beranjak, lalu berjalan mendekatiku. Seketika aku langsung dibuat gelagapan.

Ingin rasanya aku cepat-cepat kabur dari tempat ini. Namun, aku juga sadar bahwa kemampuan berlariku sangatlah payah kalau dibandingkan dengan preman-preman itu. Jadilah sekarang aku hanya bisa pasrah dan terus berdoa supaya Mas Juan segera datang menolongku.

Syukurlah tak lama kemudian doaku benar-benar di dengar oleh Tuhan. Secara tiba-tiba seseorang langsung menepikan mobilnya di depanku. Namun, butuh waktu beberapa detik untuk aku bisa menyadari bahwa mobil itu bukanlah milik Mas Juan. Aneh, bagaimana bisa si pemilik mobil itu tahu keberadaanku di tempat ini?

"Bi, kamu gak papa 'kan? Atau ada yang jahatin kamu?" tanya lelaki tersebut seraya menaruh kedua tangannya di pundakku. Kini bola matanya sibuk mengabsen setiap jengkal tubuhku untuk memastikan keadaanku apakah baik-baik saja.

Tidak sampai di situ saja, raut kekhawatiran di wajahnya membuatku sedikit terenyuh. Sebab lelaki itu ternyata masih baik padaku. Padahal beberapa jam yang lalu aku sempat membuatnya kecewa dan patah hati.

Kupandang wajahnya yang rupawan itu. Namun ketika kedua bola mata kami tak sengaja bertemu, pertahananku akhirnya runtuh. Air mata yang sedari tadi kutahan, tiba-tiba jatuh tanpa diperintah lagi.

"Kak, aku takut," lirihku dengan suara bergetar. Saat ini tubuhku merinding ketakutan. Hampir saja tadi aku pasrah kalau memang sesuatu yang buruk itu benar-benar terjadi padaku.

"Iya, tenang ya. Ada aku di sini," bisiknya sembari mengusap lenganku dengan gerakan lembut. Tampaknya lelaki itu sudah tahu alasan aku tiba-tiba menangis di depannya. Untung saja setelah ia tiba di sini, preman itu secara perlahan mulai menjauh pergi.

Cukup lama kami bertahan di posisi ini, hingga beberapa menit kemudian aku akhirnya bisa menghentikan tangisanku. Buru-buru kuhapus sisa air mataku yang tertinggal di pipi.

"Kalo gitu ayo kita masuk ke mobil! Aku anter kamu pulang ke rumah," ujar lelaki itu seraya hendak menuntunku ke mobil.

Namun, entah mengapa tubuhku seketika itu sulit untuk digerakkan. Seakan diriku enggan sekali beranjak dari tempat ini. Apalagi setelah mendengar kata "rumah" yang terucap dari bibirnya.

Aku merasa kalau diriku pulang sekarang juga, mami ataupun Kak Gina pasti memarahiku. Apalagi aku pulang bukan diantar sama Mas Johan, tapi dengan lelaki lain. Dan lelaki itu adalah alasan utama dari keributan yang terjadi pada beberapa minggu yang lalu.

Go Back | Youngk DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang