Cindy's Point of View
Accepting....
Yeah makan saja itu accepting. Bagaimana kau bisa menerima keadaanmu yang ada ini huh? Aku seorang tahanan Death Eater, mereka akan dengan senang hati melemparkan kutukan-kutukan kepadaku jika aku macam-macam. Pamanku meninggal. Yeah, meninggal didepan mataku. Jadi, bagaimana kalian bisa menerima keadaan ini?
Namun apa yang bisa aku dapatkan selain menerima? Rasanya ingin tertawa melihat keadaanku kini. Pergi keluar kamar saja tidak mampu, apalagi yang mau kau lakukan Cindy.
Peri rumah keluarga Malfoy yang aku yakin menggantikan Dobby datang membawa nampan untukku. Isinya sama seperti biasa. Dua potong roti isi dan teh hangat.
"Thanks, siapa namamu?" tanyaku mengambil nampan yang dibawanya. Peri rumah itu terkejut namun berusaha menjawab pertanyaanku.
"Jolly miss," jawabnya ketakutan.
"Terima kasih Jolly, aku suka roti isi."
"Tu..tu..an muda Malfoy meminta Jolly membawakan roti isi kepada Miss, karena kata tu..tuan mu..da Malfoy miss selalu makan roti isi untuk sarapan," aku memberikan senyum tipis mendengarnya.
"Yeah, aku memang makan roti isi untuk sarapan," ucapku sambil mengigit roti isi itu.
"Kalau begitu Jolly permisi," katanya kemudian menghilang dari pandangan.
Do I have to accept and move on?
[] [] [] [] [] [] []
"Kau makan?!" seru Draco ketika membuka pintu kamar Cindy.
"Hei Draco, have you eaten? Aku masih punya satu potong lagi jika kau mau," jawab Cindy yang sedang meminum tehnya di meja kursi dekat ranjangnya.
"No, aku sudah makan. Kau habiskan saja sarapanmu."
Draco menyandarkan tubuhnya disamping meja tempat Cindy berada sambil memandangi perempuan itu menghabiskan makannya. Ia tersenyum tipis melihat Cindy sudah mau makan setelah semua yang terjadi.
"Terima kasih roti isinya, Jolly memberi tahuku kalau kau yang memintanya membawakan roti isi. Kau memperhatikanku sebegitu jauh ternyata," ucap Cindy menatap pria berambut platina itu setelah makan. Draco hanya bisa tertawa kecil.
"Mau bagaimana lagi, I can't help it. How do you feel?" tanya Draco sambi duduk di meja.
"Better? Maaf sudah membuatmu khawatir dengan perilaku ku beberapa lama ini."
Draco menggelengkan kepalanya setelah mendengar perkataan Cindy, "Tidak, kau punya hak untuk seperti itu setelah apa yang terjadi."
"Apa kau butuh sesuatu yang lain?"
"A book maybe? Aku bosan sekali disini tidak ada hiburan," jawab Cindy memandangi ruangan kamarnya yang kosong melompong.
"Sure, akan kubawakan seluruh buku yang ada di kamarku," ucap Draco tersenyum.
"Akan lebih baik lagi jika aku bisa mengirim surat. Tapi aku tahu itu mustahil."
Draco kemudian mengerutkan alisnya, "Memangnya kau ingin mengirimkannya kemana? Kau tidak berbohong soal Potter kan?"
"Aku ingin mengirimkan surat ke Oliver. Dan tidak, aku sama sekali tidak berbohong soal Harry."
"Wood huh?" kata Draco dengan nada tidak enak.
"Why? Jealous?" sambung Cindy menyeringai. Draco hanya menjawab dengan wajah cemberut.
"Dia sudah seperti my older brother kau tahu. Saat aku tidak bisa mengirim surat kepada Harry dan Ron agaknya tidak begitu mengerti perasaan orang lain, aku kemudian mengirimkan surat kepadanya," Cindy kemudian menyambung lagi, "Ugh, harusnya aku bisa menonton pertandingan Quidditchnya tahun ini."
Draco hanya bisa memandangi perempuan yang sedang mengoceh itu. Ia bersyukur bahwa Cindy sudah berusaha kembali seperti dirinya yang dulu. Ia tahu pasti lukanya belum sembuh, namun itu sudah cukup untuknya bisa melihat perempuan yang sangat penting baginya bisa berbicara lagi.
"Okay, talk. Kenapa kau hanya memandangiku saja dengan tatapan lembut seperti itu? It's scary you know?" tanya Cindy kesal melihat Draco hanya duduk diam.
"Nothing. Kau butuh sesuatu yang lain lagi? Selain mengirim surat dan pergi mengeksplor rumah ini tentunya," tanya Draco ingin membuat Cindy senyaman mungkin.
"Hmm... aku pastinya tidak bisa meminta tongkatku kembali kan? So, a hug?" Draco yang mendengarnya agak kaget. Dia menginginkan pelukan? Merlin, kenapa wajahku jadi panas begini? pikirnya.
"Oh c'mon, kau memelukku saat pamanku meninggal tanpa paksaan," ucap Cindy melihat pria itu mematung.
Draco pelan-pelan menegakkan dirinya dan menerima lengan Cindy yang sudang terbuka untuk memeluknya. Kemudian mereka berpelukan dalam diam. And it feels so right.
"Thank you for always taking care of me."
"Thank you for being so strong."
Chapter 37 is up!
Sedikit scene uwu-uwu yang bikin aku mau nangis ngetiknya huhu, I cannot..... 😭💔 dan Draco 🤝 Jolly 😭❤
Thank you for your support guys! xoxo.

KAMU SEDANG MEMBACA
COMETHRU
FanfictionDraco Malfoy × Original Character Draco Malfoy, Prince of Slytherin, Heir of the Malfoy family. Tidak pernah menyangka akhirnya bisa tertarik kepada keturunan terakhir dari Keluarga Skylight. Cindy Skylight, Princess of Gryffindor, tidak menyangka a...