Dua Minggu sudah waktu berlalu, Alea juga sudah diperbolehkan pulang setelah satu Minggu dirawat. Setiap hari Afra selalu menyempatkan bertemu Alea. Hubungan mereka juga semakin dekat, Alea sangat bahagia Afra menemuinya setiap hari, Afra juga merasa bahagia bisa bersama anaknya meski waktunya tidak lama. Dan hari ini rencananya Afra akan mengajak Alea tinggal bersamanya. Ini yang Afra tunggu, tinggal bersama anaknya.
Gibran? Pria itu selalu saja minta maaf pada Afra namun, sampai sekarang sulit baginya untuk memaafkan atas apa yang sudah terjadi. Tidak hanya meminta maaf, sepertinya Gibran ingin meluluhkan hati Afta untuk yang kedua kalinya. Gibran mengejar Afra karena perasaan cinta yang masih ada.
"Yee ... Bunda datang!" ucap Alea sangat bahagia melihat Afra masuk ke kamarnya.
"Alea, makan dulu, Nak. Kata Nenek Alea belum makan," ucap Afra membawa nampan berisi makanan dan air putih.
"Bunda kapan datangnya?"
"Baru saja. Ayo makan, bunda suapin."
"Hore..." Alea langsung duduk di atas kasur.
"Kenapa gak mau makan?" tanya Afra ikut duduk di kasur.
"Malas, Lea juga gak lapar, tapi sekarang sudah lapar, karena Bunda yang nyuapin Lea..." Afra mencubit pipi Alea.
"Baca doa dulu," titah Afra. Alea langsung menurut.
"Aamiin," ucapnya mengakhiri doa. Afra langsung menyodorkan sendok berisi nasi ke mulut Alea.
"Makan yang banyak, setelah makan kamu ikut Bunda."
"Hore ... Lea gak sabar pengen tidur bareng Bunda." Afra mengusap kepala Alea.
"Bunda juga, nanti pasti kita akan sering tidur bareng, terus jalan-jalan, main bareng."
"Woah ... Lea gak sabar, Bun!" ucap Alea antusias. Afra terkekeh mendengarnya.
"Ayo makan lagi."
"Wah anak ayah lagi makan ternyata." Gibran masuk kedalam kamar Alea.
"Iya Ayah. Disuapin Bunda dong."
"Sini ayah suapin." Alea langsung menggelengkan kepalanya.
"Gak ah! Sama Ayah sudah sering, Lea bosan."
"Yah ... kok gitu?" ucap Gibran memanyunkan bibirnya.
Afra terkekeh. "Kenapa bibir manyun gitu?"
"Minta cium."
"Heh!" Ingin sekali Afra mencubit Gibran namun, ia tidak bisa melakukan itu. Ia tidak bisa seperti dulu, jika kesal tangannya refleks mencubit Gibran.
"Hehe..." Gibran cengar-cengir melihat ekspresi Afra. "Kamu sudah makan?"
"Sudah kok."
"Ayah kenapa pulang? Biasanya kan sore pulang," ucap Alea.
"Karena ayah mau bertemu Bunda," jawab Gibran. "Bunda ... Ayah mau disuapin juga dong." Gibran mengedipkan matanya.
"Mau makan? Ambil sendiri. Alea gak kenyang kalau kamu ikut makan," ucap Afra sambil menyuapi Alea.
"Ayah modus!" sahut Alea membuat kedua orang tuanya menatapnya.
"Eh, dapat kosa kata dari mana itu?" tanya Afra.
"Hehe ... dari Mami Fira. Mami Fira sering ngatain Papi modus."
"Ahaha ... dasar anak ayah ini." Gibran mengacak-acak rambut Alea.
"Lea sudah kenyang, Bun."
"Beneran? belum habis loh, masih banyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditakdirkan Bersama (End)✓
Teen FictionAfra Khansa Aelghytha seorang wanita cantik dipaksa kuat oleh keadaan. Semenjak orang tuanya meninggal, kehidupan Afra seketika berubah, ia menjadi tulang punggung keluarga demi sang Adik. Afra memiliki masa lalu yang kelam, masa lalu yang ingin ia...