Afra sudah kembali bekerja setelah tiga hari izin karena harus ke Banjarmasin mengantar sang adik. Sebenarnya ia sangat ingin kembali ke kota kelahirannya dan menetap di sana, tapi di sini ada anaknya yang membutuhkannya dan juga ia sudah merasa sangat nyaman tinggal di Bandung. Meskipun begitu, nantinya Afra akan sering-sering mengunjungi adiknya, tidak masalah jika harus mengeluarkan uang banyak karena biaya transportasi.
Hubungan Afra dan Gibran semakin dekat, Gibran masih berusaha untuk menaklukkan Afra. Sungguh ia sangat ingin bisa seperti dulu lagi, apalagi ada Alea ditengah-tengah mereka. Gibran sangat berharap, suatu hari nanti ia dan Afra kembali bersama, tinggal bersama, membesarkan dan menjaga anak mereka bersama-sama.
"Ini sudah semua, 'kan?"
"Sudah, Mbak. Semuanya sudah pas sesuai dengan pesanan."
"Ya udah, kami pergi dulu. Ayo, An," ucap Afra.
Pagi ini ada pesanan snack box yang harus Afra antar bersama Ana. Tidak jarang Afra yang turun tangan mengantar pesanan pembeli, karena hanya ia yang tidak terlalu sibuk dan banyak pekerjaan.
"Wow, ini salah satu perusahaan terbesar, 'kan?" tanya Ana menatap gedung di depan mereka.
"Iya, kamu belum pernah masuk?" tanya Afra. Ana menggelengkan kepalanya.
"Ini ketiga kalinya Mbak ke sini, sepertinya mereka menyukai kue kita." Afra menghentikan mobilnya saat tiba di parkiran mobil. Setelah mobil terhenti, mereka langsung keluar dari mobil, lalu Afra membuka bagasi untuk mengambil plastik besar berisi snack box.
Dua satpam yang melihat Afra mengeluarkan snack box langsung menghampiri mereka.
"Buat meeting ya, Mbak?"
"Sepertinya gitu, Pak."
"Sini biar kami saja yang nganter ke dalam," ucap Bapak-bapak itu.
"Wah, terima kasih, Pak. Maaf ngerepotin."
"Uangnya sudah gak, Mbak?" tanya bapak satunya.
"Sudah kok, Pak," jawab Afra.
"Terima kasih sudah nganterin."
"Terima kasih juga, Pak sudah bantu kami. Kami permisi dulu."
"Iya, Mbak."
Dua satpam itu pergi meninggalkan Afra dan Ana.
"Yah, gak jadi masuk ke kantor itu," ucap Ana.
Afra terkekeh mendengarnya. "Mau ngapain?"
"Cuma mau lihat-lihat dalamnya. Sekalian cuci mata hahaha."
"Dasar. Ayo kembali ke toko." Afra menutup bagasi mobil, lalu masuk ke dalam mobil.
Saat ingin menginjak pedal gas, tidak sengaja matanya tertuju pada mobil yang sangat ia kenal. Tidak lama kemudian pemilik mobil keluar dari mobil bersama dengan seorang wanita yang juga ia kenal, mereka Gibran dan Risa. Memang saat ini ia berada di depan Mahesa Corp, yang mana itu adalah perusahaan milik Gibran. Afra merasa bersyukur karena tidak jadi masuk ke dalam gedung itu, jika saja ia masuk mungkin saja mereka akan bertemu.
"Mbak, kenapa?" tanya Ana membuyarkan lamunan Afra.
"Eh, gapapa." Afra menginjak pedal gas pergi meninggalkan parkiran.
"Sekarang Mbak tinggal sendirian ya, Mbak?"
"Iya, An. Kalau ada Alea ya berdua aja sama dia, tapi sekarang dia giliran tinggal di rumah neneknya."
"Makanya cari suami, Mbak."
"Ish ... kok malah nyuruh mbak cari suami?"
"Supaya ada teman dan Mbak gak kesepian deh. Eh kenapa gak balikan sama ayah Alea saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditakdirkan Bersama (End)✓
Teen FictionAfra Khansa Aelghytha seorang wanita cantik dipaksa kuat oleh keadaan. Semenjak orang tuanya meninggal, kehidupan Afra seketika berubah, ia menjadi tulang punggung keluarga demi sang Adik. Afra memiliki masa lalu yang kelam, masa lalu yang ingin ia...