Apapun yang menjadi takdirmu, pasti akan mencari jalannya sendiri untuk menemukanmu. (Ali bin Abi Thalib)
***
Semenjak hari itu, Afra dan Gibran disibukkan dengan persiapan pernikahan mereka. Dan kini, hari yang ditunggu telah tiba, hari dimana Gibran menikahi Afra disaksikan oleh seluruh keluarga besar dan orang-orang terdekat. Acara dilaksanakan di kediaman keluarga Mahesa, sekarang para tamu undangan sudah berdatangan memenuhi halaman belakang rumah yang cukup luas. Akad nikah berbarengan dengan resepsi pernikahan sehingga tidak perlu mengadakan acara dua kali.
Menjelang detik-detik pengucapan ijab kabul, Gibran dilanda kegelisahan, tentu saja ia sangat gugup. Tidak hanya Gibran yang merasa gugup, Afra juga merasakan hal yang sama. Sekarang wanita itu sudah duduk di depan Gibran. Afra terlihat sangat cantik, hal itu membuat Gibran sering melirik Afra.
Engkau kembali mempersatukan kami ya Allah. Terima kasih Engkau takdirkan kami bersama lagi. ... aku sangat berharap, Engkau jadikan dia jodoh dunia akhirat ku. Kekalkan hubungan kami hingga sampai surga Mu ya Allah. Mama, Ayah ... aku kembali merasakan bagaimana rasanya saat menjelang pernikahan. Dulu kalian menyaksikan aku menikah namun, sekarang kalian sudah tidak ada lagi di dunia ini. Setidaknya mama dan ayah sudah pernah melihat anak kalian ini menikah, meski pernikahan pertama berakhir perpisahan. Dan sekarang, dia akan kembali menjadi suamiku, semoga ini pernikahan terakhir ku.
Dengan cepat Afra menyeka air matanya, tiba-tiba ia teringat dan merindukan kedua orang tuanya. Sekarang ia menikah tanpa kehadiran mereka namun, ia sangat bersyukur mama dan ayahnya pernah melihatnya menikah beberapa tahun yang lalu.
"Apakah kamu siap?" Suara Rasyid mengembalikan kesadaran Afra yang sempat termenung.
"Siap!" jawab Gibran.
Rasyid mengulurkan tangannya, Gibran langsung menjabat tangan Rasyid.
"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Gibran Arthur Mahesa Bin Mahesa Juandi dengan Afra Khansa Aelghytha Binti Hasbi dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan emas seberat seratus gram tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Afra Khansa Aelghytha Binti Hasbi dengan maskawin tersebut, tunai!" jawab Gibran dengan lantang dan sekali tarikan napas.
"SAH?"
"SAH!" jawab mereka semua.
Afra tertunduk sambil menahan tangisannya. Sungguh ia merasa bahagia, pernikahan ini bukan terpaksa, ia benar-benar menerima Gibran tanpa paksaan. Afra sangat tidak menyangka, takdir kembali mempersatukan mereka. Perihal jodoh, jika memang sudah ditakdirkan berjodoh, sejauh manapun pergi pasti akan kembali.
Selesai berdoa, keduanya diperintahkan untuk bersalaman dan setelah itu menyematkan cincin.
"Ayo bersalaman," ucap Rasyid.
Gibran langsung meraih tangan Afra lalu tanpa disangka dia malah mencium punggung tangan Afra, membuat semua orang tertawa.
"Eh, salah," ucap Gibran saat menyadari kesalahannya.
"Kebalik Bang hahaha ..." ucap Furqan.
"Ya ampun, malu-maluin!" sahut David.
"Mbak Afra yang mencium tangan Abang!" sambung Safira.
"Hahahaha..." Gelak tawa terdengar, bahkan Afra ikut tertawa, ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa.
Afra meraih tangan Gibran, kemudian mencium punggung tangan Gibran, setelah itu Gibran mencium kening Afra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditakdirkan Bersama (End)✓
Teen FictionAfra Khansa Aelghytha seorang wanita cantik dipaksa kuat oleh keadaan. Semenjak orang tuanya meninggal, kehidupan Afra seketika berubah, ia menjadi tulang punggung keluarga demi sang Adik. Afra memiliki masa lalu yang kelam, masa lalu yang ingin ia...