DB: Part 3

3.3K 369 24
                                    

Gibran melangkah memasuki kantornya. Saat ia memasuki kantor, semua mata tertuju padanya. Karyawannya sangat mengagumi ketampanan bos mereka. Gibran bukanlah pria berhati dingin, ia seorang pria yang ramah dan tidak sombong. Itulah salah satu kenapa karyawannya banyak mengagumi sosok Gibran.

Dulu Gibran sangat jarang ke kantor itu, karena dulu ia hanya fokus pada perusahaannya yang ada di Yogyakarta. Namun, sekarang karena ia pindah tempat tinggal, membuatnya bisa fokus pada perusahaannya yang ada di Bandung. Sedangkan perusahaannya yang di Yogyakarta, ia percayakan kepada temannya untuk mengurusnya.

Bisnis keluarga Mahesa memang banyak yang di Bandung oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk pindah ke Bandung. Memulai kehidupan baru dilingkungan baru.

"Agenda hari ini apa saja, Han?" tanya Gibran sambil menggulung lengan bajunya.

"Setengah sembilan kita meeting, jam sebelas bertemu dengan Ibu Rahayu dan setelah itu makan siang bersama dengan Pak Mukhlis."

"Untuk siang?"

"Tidak ada pertemuan, Pak."

"Konsumsi?"

"Sudah dipesan, mungkin sebentar lagi akan datang."

"Oke." Gibran masuk ke dalam ruangannya yang sangat besar.

Gibran duduk di kursinya, ada beberapa dokumen yang harus ia periksa.

Sementara di luar ruangan Gibran, ada Afra dan Agnes yang baru saja sampai di lantai sepuluh. Mereka berdua bertugas mengantar pesanan snack box yang dipesan oleh Mahesa Company.

"Ini, Mbak. Taruh di mana ya?"

"Mari ikut saya," ucap wanita itu menunjukkan tempat untuk menaruh empat bungkus plastik besar yang berisi snack box.

"Taruh di sini, Mbak."

Afra langsung menaruhnya di dalam ruangan itu.

"Terima kasih ya, Mbak."

"Sama-sama. Kami permisi dulu," ucap Afra.

"Iya, silakan."

Afra dan Agnes melangkah bersamaan. Sesekali mereka menatap ruangan -ruangan yang tertutup.

"Besar banget kantor ini ya, Mbak?"

"Iya, Nes. Pernah membayangkan kerja kantoran gak?" tanya Afra.

"Pernah banget, Mbak. Tapi realita tak seindah ekspektasi ahaha, tapi aku bersyukur kok Mbak dengan kerjaan sekarang."

"Apapun pekerjaannya, asal halal kita harus bersyukur. Gapapa gajinya sedikit, yang penting kerja, punya uang sendiri."

"Betul banget, Mbak!"

Afra dan Agnes masuk ke dalam lift. Tugas mereka pagi ini sudah selesai, selanjutnya mereka harus membantu membikin sus dan pie pesanan Dera yang harus diantar sore nanti.

Hari ini Ezy Cakery tutup, karena harus membuatkan kue pesanan. Semua teman-teman Afra yang tidak bertugas di dapur ikut membantu. Mereka semua dituntut untuk bisa melakukan apapun termasuk membuat kue. Tidak jarang mereka dapat pesanan, toko kue itu juga menerima pesanan snack box, seperti tadi, ia mendapat pesanan lima puluh snack box.

Dret...

Handphone Afra bergetar, ia langsung mengangkat panggilan telepon dari Ava.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam. Kak Afra, Ava..."

"Kamu kenapa, Dek?"

"Ava di rumah sakit," jawab Ava di ujung sana.

Ditakdirkan Bersama (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang