DB: Part 20

3.1K 290 6
                                    

Menjelang siang hari toko Ezy Cakery ramai dikunjungi pembeli, seperti biasa Afra akan sibuk di depan membantu melayani pembeli. Terlihat beberapa kue mulai tertinggal beberapa lagi, ramainya toko membuat mereka yang bekerja senang, karena banyak yang datang membeli.

"Mbak Afra, mau ambil kue ulang tahun."

"Mbak Yuni, 'kan?"

"Iya, Mbak."

"Sebentar ya, saya ambilkan," ucap Afra lalu mengambilkan kue ulang tahun yang ada di dalam lemari es.

Selain menjual kue biasa, mereka juga menerima pesanan kue ulang tahun dan lainnya. Kue ulang tahun yang mereka bikin cukup terkenal, banyak yang menyukai hasil kue bikinan mereka.

"Nah, ini kuenya, Mbak."

"Terima kasih, Mbak Afra," ucapnya tersenyum ramah lalu melenggang menuju kasir.

"Bolu karamelnya, Mbak."

"Iya, Bu." Afra mengambil kotak untuk kue, lalu kemudian memasukkan bolu ke dalam kotak. "Ini, Bu."

"Terima kasih."

"Saya mau donat cokelat dua puluh."

"Sebentar ya, Mas."

Seperti itulah pekerjaannya selain menjadi seorang yang dipercayai mengelola kafe. Meski posisinya paling tinggi diantara mereka, hal itu tidak membuat Afra menggunakan kekuasaannya sebagai bos dan bersantai. Malah ia orang yang paling sibuk dan lelah.

Afra bernapas lega karena toko sudah tidak seramai tadi, beberapa menit lagi juga waktu istirahat tiba.

"Brownies kukus dua." Afra mendongak menatap orang di depannya.

Deg

Ia tersentak saat tahu siapa orang itu. Pria itu tersenyum lebar namun, dengan cepat Afra mengambilkan dan membungkus brownies kukus ke dalam kotak. Afra ingin pria itu cepat pergi dari hadapannya.

Liam, pria yang sudah merusak hubungannya dengan Gibran. Afra rasa pria itu masih sama, masih terobsesi dengannya. Pria itu sangat ingin menjadi kekasihnya namun, sayangnya Afra tidak menyukainya

"Beberapa hari yang lalu aku ketemu Gibran, tapi dia tidak sendiri dia bersama wanita lain. Aku memberitahukan ini bukan niat ingin menghancurkan—"

"Pada kenyataannya, kamu sudah berhasil menghancurkan rumah tangga kami!" ucap Afra memotong ucapan pria itu. "Memang itu kan yang kamu mau? Dan gara-gara kamu, hidupku hancur! aku diceraikan saat hamil, tidak kah kamu berpikir akibat dari perbuatan kamu itu? Hanya karena ulah mu, semuanya hancur! Semuanya berubah." Afra menyodorkan paper bag berisi kue yang pria itu inginkan.

"Ma—"

"Aku mohon, jangan ganggu kehidupanku lagi! Jangan usik kebahagiaan ku! Bayar sebelah sana." Setelah mengatakan itu Afra beranjak pergi meninggalkannya. Tanpa Afra sadari, teman-temannya yang berjaga melayani pembeli melihat pertengkaran mereka.

"Mbak Afra ngeri ih kalau marah. Liat gak ekspresi wajah Mbak Afra tadi? Dingin dan datar banget," ucap Ana.

"Iya! aku jadi takut," sahut Tifa.

"Sebaiknya hari ini kita jangan ganggu atau tidak mengajak Mbak Afra bicara. Aku yakin, mood Mbak Afra lagi buruk," ucap Jinan.

"Iya, Kak."

Di dalam ruangan bernuansa putih, Afra terduduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya. Bertemu dengan Liam membuat moodnya menjadi buruk, sungguh ia tidak berharap bertemu dengan pria itu. Dan tadi pria itu memberitahunya Gibran jalan bersama seorang wanita, meskipun ia tidak peduli dengan hal itu, tetap saja ia tidak suka. Seakan Liam ingin ia dan Gibran bertengkar, padahal mereka saja tidak memiliki hubungan apa-apa. Gibran bersama siapapun ia tidak peduli, beda cerita jika Gibran masih menjadi suaminya.

Ditakdirkan Bersama (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang