DB: Part 6

3.2K 338 46
                                    

Hari ini Afra terlihat tidak bersemangat, ia tidak enak badan namun, ia paksakan untuk tetap bekerja. Kepalanya juga berdenyut-denyut. Afra bukan orang yang suka memanjakan rasa sakit yang ia rasakan, jika saat sakit kebanyakan orang tiduran dan istirahat, beda dengan Afra yang malah tetap beraktivitas seperti biasa.

"Mbak Afra kenapa?"

"Gapapa." Afra hampir saja jatuh, andai saja Ana tidak sigap memegang bahu Afra.

"Wajah Mbak pucat banget, Mbak sakit?"

"Gak kok, cuma lagi gak enak badan. Dah, Mbak gapapa. Makasih ya." Afra mengusap punggung tangan Ana yang masih ada di pundaknya.

"Mbak istirahat aja gih."

"Gak mau ah. Jangan khawatir gitu, Mbak gapapa."

"Mbak ini, disuruh istirahat malah ngeyel." Afra terkekeh melihat Ana yang kesal sendiri.

"Mbak, saya mau donat," ucap seorang wanita. Afra langsung melayaninya.

"Rasa apa?" tanya Afra, tapi tidak mendapatkan respon, wanita itu malah menatapnya. "Hey, mau rasa apa?" tanya Afra lagi.

"Astaghfirullah, maaf saya tiba-tiba ngelamun hehe," ucapnya sambil mengusap wajahnya.

"Banyak pikiran ya? Mau rasa apa?"

"Cokelat lima strawberry lima."

"Mbak biar aku aja yang ambilkan, Mbak istirahat aja." Rupanya Ana tidak menyerah membujuk Afra.

"Mbak bisa kok."

"Enggak! pokonya Mbak harus istirahat!"

"Lah, kok maksa?"

"Mbak sakit ya?" tanya wanita tadi.

"Iya nih, Mbak! disuruh istirahat malah gak mau. Mbak ini memang keras kepala," jawab Ana.

"Malah ngatain Mbak keras kepala, kepala memang keras, Dek." Ana semakin kesal mendengar jawaban Afra.

"Sekarang banyak orang yang sakit, keponakan saya juga lagi sakit," ucap wanita itu.

"Sakit apa?" tanya Afra.

"Demam, terus minta donat strawberry. Biasanya orang sakit gak mau makan apa-apa hehe...dia sering beli donat di sini juga."

"Wah, ternyata langganan ya?"

"Iya, Mbak."

Setelah memasukan donat ke dalam kotak, Afra langsung menyodorkan kotak itu pada wanita yang ada di depannya.

"Kalau boleh tau, nama Mbak siapa?"

"Eh, nama saya Afra."

"Oh Mbak Afra. Cantik seperti orangnya. Ini bukan pertama kalinya loh Mbak kita bertemu, pertemuan pertama di warung soto. Mbak ingat? Orang yang nanyain di mana batagor yang paling enak."

"Oh iya, saya ingat. Pantas saya merasa sudah pernah bertemu sebelumnya."

"Iya, Mbak. Gak nyangka Mbak kerja di sini. Wajah Mbak semakin pucat, sebaiknya Mbak istirahat terus minum obat."

"Iya, nanti saya minum obat kalau lagi gak malas," jawab Afra sambil bergurau.

"Mbak ini, kapan sembuhnya kalau gitu ahaha ... ngobrol mulu saya. Makasih ya, Mbak. Kelamaan nanti keponakan saya marah."

"Iya, nanti datang lagi ya!"

"Hehe ... siap, Mbak." Wanita itu melangkah menuju kasir.

"Kenapa?" Afra menatap Ana.

Ditakdirkan Bersama (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang