DB: Part 15

3K 325 24
                                    

Hai, lame tak jumpa ye?😂😂 Maaf baru bisa lanjut hihi
.
.
.

Pagi yang cerah, Ava terlihat lebih bersemangat pagi ini. Ava melangkah menuju kelasnya, sepanjang koridor tidak jarang Ava mendapat sapaan dari beberapa anak laki-laki yang terang-terangan menyukainya. Ava hanya menanggapinya dengan senyuman manisnya.

Ava memang wanita yang ceria, ramah dan murah senyum, itu yang membuat orang-orang suka dengan sikap Ava. Selain itu, Ava juga mempunyai paras wajah yang cantik, tidak jauh beda dengan Afra sang kakak.

Ava banyak dikagumi oleh para kaum adam, banyak yang menyukainya namun, Ava dikenal wanita yang Solehah dan wanita yang baik. Karena itu membuat para pria yang menyukainya tidak bisa mengutarakan perasaan mereka, yang akan berujung penolakan. Sebelumnya, pernah ada pria yang menembak Ava di depan para siswa-siswi. Tapi Ava tolak dengan alasan 'Ava bukan wanita yang mau diajak pacaran' Setelah itu tidak ada yang berani menembaknya dan meminta Ava menjadi pacar mereka.

Banyaknya pria yang menyukainya, perasaannya malah jatuh pada sahabatnya sendiri, Ryan. Ia juga tidak tahu, kenapa perasaan itu muncul, yang pasti Ryan sudah berhasil membuat seorang Ava Khanza Aelghytha jatuh cinta. Cintanya bertepuk sebelah tangan dan hanya mampu mencintai dalam diam.

"Ava, tunggu!" Bukannya berhenti, Ava malah mempercepat langkahnya.

Ryan menjajarkan langkah kaki mereka, akhirnya ia mampu mengejar Ava. "Ava, kamu kok akhir-akhir ini suka menghindar?"

"Enggak kok," sanggahnya

"Aku sadar kok. Kamu menghindar. Kamu kenapa? Aku ada salah ya?"

"Enggak!"

"Ava, aku ada salah? Kalau iya kasih tau aku apa salahku."

Ryan gak salah, Ava yang salah karena sudah lancang mencintai Ryan. Maafin Ava, Ava menghindar karena tidak ingin perasaan Ava ke Ryan semakin dalam.

"Enggak ada. Ava gak menghindari Ryan, mungkin cuma perasaan Ryan saja. Ava duluan ya. Bye..." Ava berlari meninggalkan Ryan, padahal pria itu ingin ngobrol lebih lama dengan sahabatnya.

Sesampainya di kelas, Ava langsung mendudukkan dirinya di bangkunya sambil mengatur napasnya.

"Kenapa? Kek habis dikejar hantu aja," ucap Rena.

"Lebih menakutkan dari hantu," jawabnya.

"Haha ... apa tuh?"

"Ryan." Rena kembali tertawa mendengarnya.

"Dia ngapain kamu?"

"Cuma nanya, kenapa aku menghindarinya. Ternyata dia sadar, aku kira gak sadar." Ava menyenderkan punggungnya di sandaran kursi. "Ingin lupa, tapi gak bisa."

"Mungkin setelah kamu lulus dari sini, kamu benar-benar bisa melupakan dia. Tapi butuh waktu lama juga sih."

"Pengen cepat-cepat lulus!"

"Gak lama lagi kok, Minggu depan kan sudah UN. Terus gak lama kemudian perpisahan."

"Hum, gak kerasa ya? sebentar lagi kita akan mengakhiri masa-masa putih abu-abu."

"Iya ya? perasaan baru kemarin kita ikut mpls. Sekarang sudah mau lulus aja."

"Iya. Gak kerasa juga, sudah lama aku berada di sini, jadi rindu kampung halaman," ucap Ava mengalihkan pandangannya keluar jendela.

"Kamu gak mau balik?"

"Bukan gak mau, itu bukan tempat kami lagi, Ren."

"Pagi Ava, Rena."

Ditakdirkan Bersama (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang