DB: Part 23

2.9K 300 18
                                    

Saat tiba di depan rumah Afra, Afra terdiam melihat seorang pria sedang berdiri di depan rumahnya. Pria itu berbalik, akhirnya ia bertemu dengan Afra.

"Afra?" Pria bertubuh tinggi itu tersenyum lebar. Afra langsung berlari kearahnya lalu memeluknya. Gibran terkejut melihatnya, Afra memeluk seorang pria? Yang ia tahu Afra yang sekarang sangatlah jauh berbeda dari Afra yang dulu, ia yang sekarang sangat menjaga jarak dengan lawan jenis, terlebih dengannya, bersentuhan pun tidak mau.

"Kenapa baru sekarang? Kemana saja Abang selama ini?" Afra terisak dipelukkannya. Ia sangat merindukan pria yang tengah ia peluk, sudah bertahun-tahun lamanya tidak pernah bertemu.

"Maaf, maafkan abang yang tiba-tiba menghilang. Sungguh Abang tidak tahu apa yang sudah terjadi pada kalian. Saat Abang kembali, tiba-tiba kalian sudah pergi, semua sudah berubah, Abang kehilangan kalian bahkan Abang sudah kehilangan mama, ayah untuk selama-lamanya. Maafkan Abang, bukan Abang tidak pernah mencari keberadaan kalian, Abang selalu berusaha mencari kalian. Dua Minggu lalu Allah pertemukan Abang lagi dengan adik, sungguh Abang sangat bersyukur masih bisa bertemu dengan kalian," jawabnya ikut menangis.

Gibran mendengar jelas ucapan pria itu, sejenak ia terdiam memikirkan siapa pria itu. Beberapa detik kemudian ia membelalakkan matanya.

"Abang Rasyid, 'kan?" tanya Gibran.

Pria yang dipanggil Rasyid itu tersenyum, lalu mengangguk sambil melepaskan pelukannya dari Afra. "Iya," jawabnya

Rasyid adalah kakak dari Afra dan Ava. Sudah enam tahun lebih mereka tidak pernah bertemu, bahkan saat orang tua mereka meninggal pun Rasyid tidak ada di sana karena tidak tahu. Bukan tidak dikabari, Afra sudah berusaha menghubungi sang kakak lewat telpon namun, nomor Rasyid sudah tidak aktif lagi.

"Akhirnya Allah pertemukan kita lagi, Bang. Aku sangat bahagia, aku sangat bersyukur," ucap Afra menatap wajah sang kakak.

"Abang juga, sudah lama Abang menantikan saat-saat seperti ini, bertemu kamu. Kamu baik-baik saja, 'kan? Abang sudah dengar cerita kalian dari adik. Abang tidak menyangka kalian mengalami masa-masa sulit, apalagi kalian hanya berdua. Maafkan Abang yang tidak ada disaat kalian terpuruk."

"Apa yang sudah terjadi di masa lalu, itu yang membuatku menjadi wanita kuat seperti sekarang, Bang."

Rasyid mengusap air mata Afra. "Adik Abang sudah dewasa, cantik lagi. Waktu terasa berjalan begitu cepat, terakhir bertemu saat kamu masih kuliah," ucapnya.

"Masuk, Bang. Kamu juga Mas," ucap Afra menoleh ke arah Gibran yang masih terdiam sambil menggendong Alea.

Mereka pun masuk ke dalam rumah. Rasyid mengedarkan pandangannya, ia tidak menyangka adiknya tinggal di rumah sederhana. Sangat jauh berbeda dari kehidupannya yang dulu yang tinggal di rumah mewah. Tidak banyak benda-benda yang ada di ruang tamu rumah sang adik. Hanya terdapat sofa, meja, lemari.

"Duduk, Bang. Alea istirahat di kamar ya?" Alea mengangguk mengiyakan permintaan sang bunda.

Afra membawa Alea ke kamar, anaknya harus beristirahat.

"Bunda ada di luar, kalau ada apa-apa Alea panggil saja bunda," ucap Afra menyelimuti tubuh anaknya dengan selimut.

"Iya, Bunda."

Setelah mengantar Alea ke kamar, Afra membuatkan minuman.

"Beginilah kehidupanku, Bang. Setelah diusir dari rumah sendiri aku banting tulang untuk memenuhi kebutuhan kami. Syukurnya Allah mempertemukan dengan orang baik, aku bekerja di toko kue dari situlah aku bisa mencari uang. Kehidupanku berubah drastis, Allah mengujiku, tapi dari ujian itu banyak sekali hikmah yang aku dapatkan. Tidak ada lagi adik Abang yang manja, adik Abang yang sekarang sudah jauh berbeda, aku dipaksa kuat oleh keadaan." Rasyid tersenyum mendengarnya, ia sadar bahwa adiknya sudah sangat berubah. Afra terlihat sangat dewasa dan terlihat lebih baik dari adiknya yang dulu.

Ditakdirkan Bersama (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang