Weekend ini Gibran meluangkan waktunya untuk jalan-jalan bersama anaknya dan juga Afra, tidak hanya bertiga, Ava juga ikut. Rencananya Gibran akan mengajak mereka ke pantai, berlibur bersama. Alea bahagia, liburan kali ini ada sang bunda yang juga ikut. Biasanya hanya berduaan saja dengan ayahnya.
Afra duduk manis di samping Gibran yang sedang menyetir, sedangkan Alea dan Ava duduk di belakang. Padahal Afra ingin duduk dibelakang saja, tetapi Alea memaksanya untuk menemani ayahnya. Entah apa yang Gibran janjikan pada anaknya itu, sehingga memaksakannya duduk di samping Gibran. Afra yakin, sangat yakin, Gibran dan Alea sudah bersekongkol.
Saat sampai di pantai, Alea langsung berlari menuju tepi pantai, disusul oleh Ava dan akhirnya Afra dan Gibran tertinggal dibelakang.
"Boleh pinjam tangan kamu?" tanya Gibran.
"Mau ngapain?"
"Mau ngajak bergandeng ke pelaminan hiya..." Afra berdecak mendengar ucapan Gibran yang tidak jelas, ia mempercepat langkahnya karena tidak ingin lama-lama berdua dengan mantan suaminya.
"Hei, jangan-jangan cepat jalannya. Tega banget ninggalin pria setampan aku."
Afra tidak menghiraukan ucapan Gibran, ia semakin mempercepat langkahnya.
"Afra?" Seseorang memanggilnya.
"Eh, Mas Ilham? Ada ibu juga. Apa kabar, Bu?" Afra menyalami wanita yang ia panggil 'Ibu'
"Alhamdulillah ibu baik. Lama ibu gak liat kamu."
"Ibu lama gak mampir ke toko."
"Hehe, iya. Ibu selalu nyuruh Ilham untuk beli kue."
"Kamu sama siapa?" tanya Ilham menatap Gibran yang entah sejak kapan berdiri di samping Afra.
"Teman, ada Ava juga di sana. Mas berduaan aja sama Ibu?"
"Nyesek banget cuma dianggap teman," lirih Gibran dalam hati.
"Gak, bertiga sama cucu Ibu, tuh dia lagi main pasir," ucap ibu itu.
"Nenek, Caca lapar, ayo makan!" ucap anak laki-laki di ujung sana.
"Kami mau ke sana dulu ya, Nak Afra. Mau ikut?'
"Enggak, Bu terima kasih. Kami baru saja sampai."
"Ya udah, kami pergi dulu ya."
"Iya, Bu," jawab Afra. Tidak tahukah ia pria disampingnya menatap tidak suka interaksi antara Ilham dan Afra.
Saat Afra menoleh, ia mengerutkan keningnya melihat ekspresi wajah Gibran. "Kamu kenapa?"
"Kamu keliatannya akrab banget sama pria tadi," ucap Gibran. Afra terdiam, berusaha membaca mimik wajah Gibran. Seringai muncul di sudut bibirnya, ia tahu apa yang terjadi.
"Iya, kami akrab banget. Mas Ilham sering ke toko, aku juga akrab dengan ibunya kadang diajak ke rumah." Jawaban Afra membuat Gibran semakin cemberut. Pria itu sedang menahan rasa cemburunya, padahal apa yang Afra katakan tidak sepenuhnya benar.
"Sepertinya dia suka kamu."
Afra mengangguk. "Dia memang menyukaiku, Mas. Gimana menurut kamu kalau dia jadi ayah Alea?"
"Maksud kamu, kamu mau menikah dengannya?"
"Kalau jodoh. Dia pria baik kok, ramah." Gibran kesal mendengar Afra memuji pria lain di depannya. Ia langsung pergi begitu saja meninggalkan Afra.
Afra terkekeh melihat Gibran yang cemburu. "Aku tau kamu masih mencintaiku meski kamu tidak mengatakannya. Tapi maaf, untuk kembali sepertinya tidak bisa," gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditakdirkan Bersama (End)✓
Roman pour AdolescentsAfra Khansa Aelghytha seorang wanita cantik dipaksa kuat oleh keadaan. Semenjak orang tuanya meninggal, kehidupan Afra seketika berubah, ia menjadi tulang punggung keluarga demi sang Adik. Afra memiliki masa lalu yang kelam, masa lalu yang ingin ia...