24 | Happiness

592 46 8
                                    

Monggo dilanjut 😁

Hari-H pun tiba, sidang skripsi di depan mata. Perasaanku ga karauan, tangan keringet dingin, gugup, pokoknya campur jadi satu. Jangan sampai aku pingsan, ah ga banget deh. Ya Tuhan semoga aku bisa melakukan sidang skripsi dengan baik, juga dimudahkan dan dilancarkan. Aamiin.

Sidang jam 10, tapi pukul setengah tujuh pagi aku sudah berada di kampus. Pagi sekali memang, ya ini buat jaga-jaga saja agar tidak terjebak macet di jalan. Aku juga tak lupa untuk belajar lagi sebelum sidang dimulai, harus dipersiapkan dengan matang. 

Ting! 

Juna mengirimku pesan sepagi ini. 

Senior Jun Jin Jun
Semangat..
Semoga lancar sidangnya

Juna memberiku semangat dan mendoakanku. Tanpa sadar ku tersenyum setelah membaca pesan darinya. Tak berlama-lama aku pun membalas pesannya. 

To Senior Jun Jin Jun
Aamiin, makasih Mas Juna

Sedari pagi aku memang sudah menunggu di depan ruang sidang dan sekarang pukul 09.30 para penguji telah datang. Tiba-tiba jantungku berdegub kencang, takut. Pada sidang ini terdiri dari tiga orang penguji, yaitu ketua dan sekertaris sidang serta pembimbing. 

Ku rapalkan doa sebelum memasuki ruangan.

"Bismillah semoga aku bisa ya Allah"

Sekitar kurang lebih dua jam, aku melaksanakan sidang. Alhamdulillah, sidangku selesai. Rasanya mau teriak. Sekarang hanya menunggu pengumuman sidang. Ya Tuhan selesai sidang saja sudah membuatku merasa lebih lega dan bersyukur semua berjalan lancar. Apapun hasilnya aku serahkan kepadaMu. 

"Sel, udah boleh masuk" ucap Bu Windi.

"Iya Bu" Aku kembali masuk. 

Beberapa menit kemudian, aku keluar ruangan setelah hasil sidangku diumumkan. 

"Seliaaaa!" teriak Dinda. Sontak aku terkejut dengan teriakannya. 

"Ya Din, kaget aku."

"Gimana Sel?" tanyanya. Aku diam sejenak agar dia penasaran. "Gimana?" tanyanya lagi. 

"Alhamdulillah lulus" ucapku dengan penuh kegembiraan.

"Alhamdulillah!" teriak Dinda.

"Aaa seneng banget, selamat ya Sel" ucapnya sambil memelukku. 

"Wait. Kayaknya ada yang beda sama lo"

"Ya Ampun, Sel lu pake hijab. Masya Allah Ukhti" serunya. Dinda baru menyadari bahwa aku telah berhijab. 

"Masya Allah cantik amat sih, sejak kapan lu mulai berhijab gini?"

"Alhamdulillah. Dua minggu yang lalu Din"

"Bener deh Sel, lu kalau berhijab auranya beda aja gitu. Kayak lebih berkharisma"

"Makasih Din, hehehe bisa aja mujinya"

"Beneran Sel"

"Iya iya percaya"

Alhamdulillah, aku lulus sidang dan unofficially jadi sarjana. Terimakasih Tuhan. Saking senangnya sampai air mataku jatuh, bahkan saat penguji mengumumkan kelulusanku. Ya aku menangis bahagia, karena tahap akhir ini telah kulalui.

Tak lupa aku mengabadikan moment ini. Sebenarnya bukan hanya Dinda saja yang datang, tapi beberapa teman sekelas dan seangkatan denganku juga mengucapkan selamat padaku. Bahkan media sosialku juga penuh dengan ucapan dan doa. Setelah itu, aku dan Dinda pulang ke rumahku.

Sesampainya di rumah. Aku dikejutkan dengan ledakkan confetti saat kami masuk rumah. Ibu dan Bibi yang memberikan kejutan untukku. 

My Senior Is My Neighbor (On going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang