Semester 5 pun akan segera berakhir dan akhirnya ujian akhir semester akan segera dimulai. Realita mahasiswa, dikejar deadline tugas menjelang ujian akhir. Kebanyakan mahasiswa akan belajar SKS - sistem kebut semalam untuk mempersiapkan ujian mereka, dan itu juga berlaku pada diriku. Bagi ku, metode itu benar-benar ampuh. Memang sih aku agak paranoid karena takut ga bisa menjawab soal ujian.
Pagi sekali aku sampai di kampus, tidak seperti kuliah biasanya yang kadang suka telat. Terkhusus saat ujian, aku sangat mengistimewakannya. Ya bisa dibilang aku mendadak rajin. Pagi ini aku tak ketinggalan untuk belajar kembali sebelum jam ujian dimulai. Saat ujian seperti ini aku hanya ingin sendiri, tanpa ada orang yang menggangguku. Suasana sunyi tanpa cuitan para mahasiswa memberikanku ruang untuk berkonsentrasi. Tempat yang paling terbaik adalah taman kampus dekat danau yang luasnya minta ampun, dan sepagi ini belum ada orang yang berlalu-lalang. Duduk bersender di pohon rimbun, benar - benar menyegarkan otak.
Ting !
Notifikasi pesan masuk
Ku lebarkan bola mataku. Sepagi ini Jun jin jun mengirimku pesan.
Senior Jun Jin Jun
Kau sudah berangkat?Ada apaya dengannya, tumben menanyakan itu.
To : Senior Jun jin jun
UdahSenior Jun Jin Jun
OhSingkat amat
Gara-gara pesan dari Mas Juna, konsentrasiku buyar seketika. Kesal sekali rasanya. Pada akhirnya aku turn off data internet ponselku.
Aku sudah menghabiskan satu jam untuk belajar dan setengah jam lagi ujian akan segera dimulai. Aku pun beranjak dari dudukku dan lari dengan sekuat tenaga menuju kelas. Sesampainya di kelas, aku melihat sekitar. Ternyata sudah ada beberapa mahasiswa yang menempati kursi paling belakang. Padahal aku ingin menduduki kursi tersebut, percuma datang pagi kalau begitu.
"Sel"
"Eh iya Dinda"
"Ini buat kamu" Dinda menyodorkanku sebuah paper bag kecil.
"Apa ini?" tanyaku.
"Ada nama penerimanya di dalam"
"Makasih ya Din"
"Iya sama - sama"
"Dari siapa ya, kok ngeri gitu"
"Ish, jangan lebay deh. Buka aja kali"
"Iya deh iya"
Aku menuruti apa yang Dinda perintahkan, daripada aku semakin penasaran. Paper bag ini berisi 2 roti dan 2 kotak susu cair. Satu lagi aku mendapati selembar sticky note yang bertuliskan "Good luck on your exam"-Juna.
Aku melongo dan tidak percaya bahwa Mas Juna memberikanku bingkisan untuk menyemangati ku ujian. Sungguh tidak kusangka. Tapi ada apa ya, tidak seperti ujian - ujian sebelumnya. Kok jadi creepy begini sih senior itu.
Ujian hari ini akhirnya selesai. Lega sekali, tapi masih ada mata kuliah lain. Rasanya ingin cepat - cepat selesai ujian akhirnya, Ya Tuhan. Tak sabar.
"Oiya Din, ini buat kamu" aku membagikan roti dan susu dari Mas Juna.
"Makasih Sel. Oiya, udah tau kan siapa yang kasih ini" ucap Dinda sambil menyenggol bahuku.
"Iya udah tau. Eh kamu kenapa senyum-senyum begitu" ucapku. Dinda sepertinya sedang menggodaku saat ini.
"Sel, kayaknya nih. Kak Juna ada___"
"Ada apa?"
"Ish ish, kok kamu ga peka sih Sel."
"Kenapa sih? Peka?"
"Ih Sel, aku gregetan sama kamu. Coba deh, kamu pikir - pikir sendiri." ucap Dinda gemas. Aku tak merespon.
"Sel udah mikirnya di rumah aja ya. Kita pulang yuk" ucap Dinda, aku hanya mengangguk.
Sesampainya di rumah, aku mulai meresapi apa yang Dinda katakan. Sepertinya aku harus melakukan riset, daripada asumsiku terhadap Juna salah. Lebay banget ya. Aku baru ingat, seharusnya aku mengucapkan terima kasih ke Juna karena sudah repot-repot memberiku roti dan susu tadi pagi.
To : Senior Jun Jin Jun
Terima kasih ya mas roti dan susunya yang tadi pagiTing!
Cepat sekali balasnyaSenior Jun Jin Jun
Sama-samaJika diingat-ingat kembali. Mas Juna sudah banyak memberikanku makanan. Kemungkinan, tadi pagi itu sebagai tanda balas karena beberapa hari yang lalu, aku mengantarkan makanan ke keluarganya. Mungkin saja ya kan.
Tok tok
Ketukan pintu membuatku tersadar dari lamunan. Duh, kenapa sampai gini sih Sel mikirnya.
"Dek"
"Iya bang, tunggu"
Aku langsung beranjak dari ranjang dan membukakan pintu kamar. Bang Farhan pun memasuki kamarku. Aku mulai dilema. Aku harus curhat dengan abang.
"Dek, ini abang bawain oleh-oleh dari Malang."
"Wah, banyak banget bang."
"Kamu bisa kasih ke temen-temen kamu"
"Iya bang. Makasih ya bang." ucapku sambil memeluknya.
"Iya sama-sama"
"Em, bang"
"Kenapa?"
"Ah itu. Gajadi deh"
"Ada apa dek?"
"Aku mau tanya aja sih bang."
"Silahkan, Insya Allah abang bisa jawab"
"Begini bang, misalnya nih. Ada orang yang tadinya ga pernah ngasih apa-apa. Tapi tiba-tiba ngasih sesuatu gitu. Itu kenapa bang?"
"Begitu ya. Kemungkinan yang pertama orang itu pernah melakukan kesalahan, yang kedua bisa saja orang itu membalas budi karena kebaikan, yang ketiga bisa jadi orang itu mempunyai niat untuk mendekati atau memberikan perhatian kepada sesorang. Masih banyak lagi kemungkinan lain. Tapi itu hanya perspektif dari kita, dan kita gatau apa yang terjadi sebenarnya."
"Iya juga ya. Ga bisa ngambil kesimpulan begitu aja ya bang."
"Iya dek. Memangnya kenapa kamu menanyakan itu?"
"Eh ga papa sih bang. Cuma pengen tau aja."
"Atau jangan-jangan itu kisah kamu ya."
"Eh itu, bu_____"
"Ya ga papa juga dek. Kamu kayak ke siapa aja sih. Sudah lama banget kamu juga ga curhat sama abang."
"Iya bang." aku menunduk malu.
"Mumpung ada abang kan di rumah. Kamu bisa luapin apa saja masalah kamu dek. Jangan dipendem sendiri."
"Iya abangku yang ganteng. Aku sebenernya mau cerita, tapi aku malu bang." ucapku. Hih, kenapa aku jadi malu-maluin.
"Ada yang naksir sama kamu dek?." tanyanya tanpa basa-basi.
"Hah, naksir? Engga ada tuh bang. Ga ada yang naksir!. Kok nanyanya gitu sih."
"Kok kamu ngegas sih dek" ucapnya sambil terkekeh.
"Maaf bang. Habisnya abang nanya begitu ya aku reflek bang"
"Ada yang naksir juga ga papa kok. Bukannya senengnya kalo ada yang naksir."
"Bang udah bang, ga lucu tau"
"Iya iya, abang kan cuma bercanda."
Ya begitulah obrolan kami malam ini. Masa iya sih Mas Juna memberiku bingkisan itu karena naksir. Ah ga mungkin banget. Aku malah jadi takut begini kan. Apa iya? Ah sudah ga mau dipikirkan lagi. Sudah cukup. Aaaaaaa. Teriakku dalam hati.
___________
Maaf ya baru update lagi... 😁💕
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior Is My Neighbor (On going)
General FictionJuna Anugrah Hendrawan senior yang sangat amat disegani di kampusku, bagaimana tidak dia adalah seorang presiden mahasiswa. Selain itu dia juga mahasiswa berprestasi di kampusku. Tak mengherankan banyak mahasiswa terkhusus mahasiswi sangat mendewaka...