Pasca kecelakaan itu terjadi, sudah 5 hari aku ga kuliah. Sekarang aku masuk kembali. Akhirnya aku bisa menghirup udara segar di luar. Senangnya, terima kasih Tuhan. Selama penyembuhan, ibu menyuruhku hanya berdiam diri di rumah, ga boleh keluar. Lama kelamaan di rumah ku jadi lumutan, ku ga tahan. Syukurlah, kini luka ku sudah mendingan.
"Selia" teriak gadis berkacamata, yang tak lain adalah temanku - Dinda.
"Dinda" sapaku balik.
"Udah sehat?"
"Udah Din"
"Alhamdulillah, kalo gitu"
"Oiya Sel, BEM Univ ngadain seminar ya?"
"Eh emang ya?" tanyaku seraya mengingat agenda acara bem Univ.
"Masa lu ga tau, Sel. Lu kan BPH."
"Gue di rumah jarang buka chat, paling kalo ada kepentingan aja."
"Ya ampun Sel, lu kurang update banget deh."
Baru saja ku ingat. Seminar tersebut merupakan program kerja dari Kementerian Riset dan Pengembangan Mahasiswa.
"Oh iya aku baru inget. Seminar tentang milenilal di era industri 4.0 kan."
"Iya itu"
"Iya maaf, gue lupa. Tapi gue ga mau ikut."
"Lah kenapa? Ayo temenin gue"
"Ga dulu deh"
"Yah, yaudah deh." ucap Dinda tak bersemangat sambil memanyunkan bibirnya.
"Din, mending ajak yang lain aja"
"Gue maunya sama lu Sel"
Sebenarnya ga enak juga sama Dinda. Semenjak aku sakit, dia yang sering memberikan informasi tugas kuliah kepadaku.
"Oke deh, gue ikut"
"Makasih loh Sel"
Kami telah sampai di gedung auditorium tempat diselenggaranya acara seminar tersebut. Sebelum memasuki ruang seminar, kami harus mengisi daftar peserta.
"Selia, kamu udah sehat?" tanya Ka Meta - menteri informasi dan komunikasi.
"Alhamdulillah sudah kak"
"Syukurlah"
"Maaf ya kak aku belum bisa bantu"
"Iya santai aja Sel"
"Aku ke dalam dulu ya kak"
"Iya Sel"
Kami pun melanjutkan langkah untuk memasuki ruang tersebut. Sudah banyak orang yang menduduki kursi seminar. Kami memilih duduk bagian belakang, karena bagian depan sudah full. Acara seminar tersebut akan segera dimulai.
"Hey, Ucel" panggil Bang Blek.
"Kaget gue, Bang Blek"
"Udah sehat emangnya?"
"Udah ko, eh tumben bang rapi banget" Bang Blek hari ini beda banget, yang ini lebih rapih dengan stelan batik lengan pendek dan celana chino hitamnya. Rambutnya kali ini dikuncir, iya Bang Blek memang berambut gondrong. Ga nyangka kalau Bang Blek yang urakan bisa rapih begini.
"Iyalah, siapa tau ada cewe cantik ngelirik gue."
"Pede banget"
"Ya namanya usaha, gas terus."
"Bisa banget lu bang"
"Nanti lagi ya, gua mau jaga pintu masuk"
"Kerja sampingan jadi security ya, hahaha" jawabku sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior Is My Neighbor (On going)
General FictionJuna Anugrah Hendrawan senior yang sangat amat disegani di kampusku, bagaimana tidak dia adalah seorang presiden mahasiswa. Selain itu dia juga mahasiswa berprestasi di kampusku. Tak mengherankan banyak mahasiswa terkhusus mahasiswi sangat mendewaka...