1 | Pria Jangkung

2K 97 2
                                    

Kesekian kalinya aku terlambat ke kampus. Bodo amat sama penampilan lusuh dekil, yang penting kuliah. Karena memang aku sangat cuek dengan penampilan dan gamau terlihat seperti kebanyakan mahasiswi lain yang ingin dilihat oleh senior. Berpoles cantik. Bukan style ku banget, urusan touch up begitu ga jago.

Kelas masih berlangsung. Tapi aku ga berani masuk, jamnya udah mau selesai. Terpaksa tidak ikut mata kuliah dosen pelit nilai itu. Lebih baik aku ke foodcourt kampus, daripada duduk dekat kelas mampus nanti aku. Kebetulan juga belum sarapan karena terburu-buru tadi.

"Bude aku pesen nasi gorengnya satu ya, sama air bening anget."

"Siap"

Beruntungnya, foodcourt belum ramai oleh kaum rebahan.

Tak lama pesanan ku datang. "Makasih bude"

"Iyo"

Setelah perutku terisi oleh masakan bude. Aku pun ingin membayar apa aku beli tadi.

"Berapa semuanya bude"

"15 ribu"

"Bentar ya bude."

Sial! Dompetku gaada di tas. Gawat. Gimana ini mau bayar. Gaada duit. Yakali pagi-pagi begini ngutang, malu-maluin.

"Bude ini bayar punya dia."

"Okey"

"Makasih bude"

Pemandangan apa ini? Seperti di sinetron gitu. Seorang pria menyelamatkanku dari hutang pihutang. Ketika aku mendongakkan wajahku. Pria itu, senior Juna.

"Eh, mas Juna. Makasih ya mas." jawabku tanpa canggung.

"Saya bayarinnya pake uang kamu." ucapnya santai.

"Hah?" Sialan nih orang. Aku kira emang beneran pake uang dia. Aku dipermalukan olehnya.

"Ini dompetmu, tadi ibumu nitip ke saya." Ia menyodorkan dompet milikku yang ketinggalan di rumah.

"Ah iya, dompetku ketinggalan tadi. Makasih mas."

"Saya permisi dulu" Dia langsung pergi setelah menjalankan amanah dari ibuku.

Eh, kirain kayak adegan di drama gitu. Bikin kepedean aja nih. Dasar Jun Jin Jun. Malu woy! Ngarep dibayarin. Rasanya ingin menonjok wajahnya yang tampan mempesonah itu. Lagi-lagi kesialan apa yang kualami hari ini. Oh, tidak bisa ku biarkan terjadi lagi.

Fyi, kenapa aku panggil Juna dengan embel mas dan kenapa ga panggil kak, bang-tut, beb___eh salah. Hal itu dikarenakan dari saat ku SD, aku sudah memanggil dirinya dengan sebutan Mas, ya keterusan deh sampai sekarang.

Jam 1 siang nanti akan ada kelas, sambil menunggu waktu luang sebaiknya aku ke markas besar BEM Univ. Kali aja dapet pencerahan disana.

"Hey bang Blek!" Sapaku kepada bang Blek nama bekennya, nama aslinya Wildan.

"Eh, si ucel. Tumbenan jam segini kesini. Kenapa lesu amat lu?"

"Keknya harus aku kasih predikat buat hari ini. Soalnya hari ini tuh bikin kesel mulu, sial mulu heran. Kok bisa gitu ya."

"Sial kenapa sih? cerita dong cel."

"Usel bukan ucel."

"Mending ucel, daripadi gua kasih panggilan upil. Kan jorok!"

"Ish berisik."

"Cepet cerita"

Aku bercerita layaknya narator.

"Iya terus gua kira dia mau bayarin gua bang, eh guanya aja kegeeran. Ternyata pake duit gue juga. Asem ga tuh!"

"Eh gila sih tuh, siapa sih cowok itu, gua kenal ga?"

"Ehem" suara deheman yang berasal dari arah pintu membuatku mengehentikan dogeng mendongengku.

"Eh, ada si boss."

Si boss? Siapa yang Blek maksud. Penasaran, aku langsung membalikkan badanku untuk bisa melihat siapa yang datang. Pria itu lagi, Juna. Mampus, jangan-jangan dia denger lagi apa yang barusanku ceritakan pada si Bang Blek.

"Bang kayaknya gue harus ke fakultas deh, soalnya temen gue nyariin."

"Oh yaudah, kapan-kapan cerita lagi ya, kasih tahu cowok itu siapa okeh"

"Eh i.iya, gue duluan ya."

Aku bisa apa coba. Alangkah baiknya aku kabur dari tempat ini. Kenapa masalah datengnya jadi bertubi-tubi gini, kenapa ga dijeda dulu sih.

"Beraninya gibahin di belakang."

Setelah memakai sepatu, aku mendengar suara yang entah dari mana berasalnya. Kok, merinding ya. Jangan bilang suara ini dari, makhluk astral. Akhirnya aku memberanikan diri menengok ke belakang. Ish, dia lagi. Kenapa dia sih.

"Kenapa? Kaget?"

"Maaf kak tapi saya lagi buru-buru, permisi." Jawabku dan secepat mungkin meninggalkan tempat itu. Masa bodo sama Jun Jin Jun itu.

Akhirnya aku bisa terbebas dari Jun. Aku rela ngos-ngosan begini, supaya ga diperpanjang masalahnya sama si Jun. Aku males meladeninya. Pokoknya, aku harus menghindar. Jangan sampai terlihat oleh Juna.

***

Sepulang kuliah. Aku ingin makan masakan ibuku. Hari ini aku lelah sekali dan akun ingin makan banyak. Senangnya.

"Bu, aku makan ya"

"Eh bentar dulu, kamu kasih makanan ini gih ke rumah tante Vina ya. Sebagai tanda terimakasih tadi ibu minta tolong ke Juna." Ibu menyuruhku mengantarkan makanan ke rumah tante Vina, Ibunya Jun Jin Jun. Kenapa ke rumah dia, aku kan gamau bertemu dengannya.

"Aduh bu, aku mau ke kamar mandi dulu." Alasanku agar menghindar dari permintaan ibu.

"Ini kasihin dulu, de." Aku pura-pura aja lagi buang air besar.

Tok tok tok

"De, kamu lama bener sih di kamar mandi. Ngapain sih? keluarin hajat kok lama bener daritadi belum kelar-kelar." Omel ibuku.

"Duh, bu. Sakit perut banget nih." Aktingku bagus kan.

"Kamu makan sembarangan kali, jadi begitu."

Sudah hampir 15 menit, aku di kamar mandi. Sepertinya sudah aman dari ibu. Aku pun keluar dari kamar mandi.

"Kamu lama banget sih de, nih cepet anterin. Nanti keburu dingin. Ibu mau ke kamar dulu" Aku kira ibu sudah mengantarnya. Dugaanku salah, ibu menungguku.

"Bu kan ada bi Sri yang bisa anterin makanan."

"Bi Sri lagi sibuk, kamu kan lagi ga sibuk. Udah sana kasihin."

"Huh, iya iya." dengan sangat berat hati, aku melakukan perintah ibuku yang satu ini. Mau disimpan mana muka ku ini. Sungguh memalukan. Sebelumnya, aku harus baca basmalah. Biar dilancarkan.

Tok tok tok

"Assalamualaikum, tante Vina"

Kok, tidak ada sahutan ya.

"Assalamualikum"

"Waalaikumsalam"

Akhirnya pintunya terbuka dan muncul sosok Juna. Kenapa harus dia yang buka pintunya. Kenapa dia pasang muka serius begitu sih, kaku banget.

"Ini mas, dari ibu." Aku menyerahkan semangkuk masakan ibuku kepadanya. Berusaha sesantai mungkin.

"Ouh iya makasih" ucapnya.

"Saya permisi dulu, Assalamualaikum" ucapku tanpa berbasa-basi.

"Waalaikumsalam"

Aku langsung berjalan cepat kembali ke rumah. Malu sangat malu. Kenapa hari ini sering bertemu dengan pria jangkung itu. Ya Tuhan, rasanya ku ingin teriak.

............

Bagaimana part pertamanya? Seru ga? 😁😁😁

My Senior Is My Neighbor (On going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang