"Siapa laki-laki itu Yah?"Satu pertanyaan ku lontarkan kepada Ayah. Jantungku berdegub kencang, menunggu jawaban dari Ayah. Situasi ini menjadi sangat dramatis. Apa yang kupikirkan, ini ga mungkin. Tapi apa boleh ku tebak, pria itu Mas Juna. Justru itu lebih mustahil, Sel.
"Namanya"
"Zafar"
Apa?!. Ga mungkin kan, Mas Zafar. Aku salah dengar kan. Kenapa dia?. Kak Nindi, bagaimana dengan Kak Nindi. Pasti Ayah salah sebut.
"Ayah yang benar? Mas Zafar? Ga mungkin Ayah" tanyaku untuk memastikan, ya aku masih denial saat ini.
"Itu benar Dek. Dia, adiknya dan Ibunya ke rumah tadi"
"Mereka datang saat kamu sedang keluar"
Jadi ini tujuan Lula. Dia tidak memberitahu ku jika dia akan datang bersama keluarganya. Apa ini jebakannya?. Aku jadi kecewa dengannya.
"Bagaimana Dek? Apa kamu menerima ajakan ta'aruf Nak Zafar? Kamu boleh mempertimbangkannya, Ayah serahkan semuanya sama kamu."
Syukurlah Ayah tidak memaksaku. Iya benar, keputusan ada di kamu Sel. Sebaiknya kamu minta petunjuk dari Allah, keputusan apa yang terbaik untukmu.
"Makasih ya Yah, aku akan memikirkan ini.
"Iya Dek, kalau gitu Ayah ke kamar dulu."
Kini aku sedang termenung, di dalam kamar. Kenapa aku jadi sedih, yang mengajak ta'aruf itu Mas Zafar bukan Mas Juna. Kamu terlalu berharap sama Mas Juna Sel. Atau memang Mas Zafar adalah jodohku?. Pikiranku kalut, aku merasa seperti telah berkhianat kepada Kak Nindi. Aku yang comblangin dia dengan Mas Zafar, tapi aku sendiri yang dipilih Mas Zafar. Aku harus bagaimana Ya Allah?.
Aku enggan keluar kamar sejak siang tadi hingga malam hari. Aku menangis sejadi-jadinya. Karena aku masih shock. Bersyukur tadi siang aku masih di luar rumah, setidaknya aku tidak menunjukkan ekspresi yang sangat emosional dihadapan mereka. Aku takut jika aku menyakiti perasaan orang.
Tok tok tok
"Dek"
"Iya Bang" Bang Mail memanggilku. Langkahku gontai, tak semangat. Badanku lemas sekali. Lalu ku buka pintu kamarku.
"Kenapa Bang?"
"Duh Adek Abang kenapa lemes begini sih?"
"Coba deh lu ngaca, berantakan banget" ucapnya sambil menuntunku ke arah cermin.
"Noh lihat, ish ish." Mata sembab, hidung merah, dan rambut berantakan. Perfect.
"Sekarang, mending lu mandi terus pakai baju gamis."
"Cepetan"
"Iya" jawabku lemas. Kuturuti saja kemauannya. Karena saat ini, aku juga tidak ingin berdebat dengannya.
Kini tampilanku cukup segar, dibanding sebelumnya. Aku coba menetralkan rasa emosional ku, sehingga ku bisa kontrol perasaanku. Ku lapangkan dadaku agar aku menjadi lebih tenang.
"Dek"
"Iya Bu" ucap Ibu sambil membuka pintu kamarku dan menghampirku.
"Ayo keluar, udah siap kan?"
"Bu kenapa aku harus pakai gamis?, memangnya ada tamu? Mas Zafar dan keluarganya kesini lagi?" tanyaku bertubi-tubi.
"Daripada kamu penasaran, mending kamu ikut Ibu ke ruang tamu. Jawabannya ada di sana"
"Oke deh Bu"
Aku pasrah, sepasrah pasrahnya. Badanku masih lemas, dan dengan langkah terpaksa aku berjalan menuju ruang tamu. Namun, saat ku tiba di ruang tamu. Langkahku terhenti, ketika mataku dan matanya saling bertemu. Mataku kian membulat sempurna menatapnya. Sungguh aku tak percaya, apakah ini mimpi.
"Manda, sini nak" panggil Tante Vina.
Aku pun tersadar saat Tante Vina memanggil namaku. Aku langsung menghampiri Tante Vina dan Om Ilham sambil menyalami keduanya.
"Assalamu'alaikum Tante, Om"
"Waalaikumsalam Manda"
"Yuk duduk"
Mas Juna. Iya dia Mas Juna, yang kini sedang duduk di antara kedua orang tuanya. Jantungku berdegup dengan kencang. Apa aku harus berpura-pura menebak dengan apa yang kini terjadi?. Perasaanku semakin tergelitik, apa aku boleh sesenang ini?. Ahhh ga tau kenapa jadi seneng, pengen teriak.
"Silahkan Nak Juna, ada yang ingin disampaikan?"
"Terima kasih Om atas kesempatannya"
"Jadi begini saya bersama orang tua saya datang ke rumah Om dan keluarga mempunyai maksud yang baik. Selain untuk bersilaturahmi, saya ingin mengutarakan isi hati saya untuk meminta izin kepada Om Danu bahwa saya ingin meminang putri satu-satunya Om Danu, Russelia Allamanda."
Ya Tuhan. Aku masih tidak menyangka, ini benar-benar Mas Juna melamar ku?. Aaaa. Tolong cubit aku, ini nyata atau bukan.
"Terima kasih Nak Juna sudah menjelaskan tujuannya datang ke kami. Namun, keputusan jawabannya saya kembalikan kepada putri saya Manda."
"Manda bagaimana pendapat mu Nak? Apakah kamu sudah punya jawabannya?"
Aku belum merespon dan masih shock Ayah. "Dek?" panggilan Ayah menyadarkan ku dari lamunan. Tanpa berpikir lama aku semakin mantap dengan pilihanku.
"Bismillah, iya Ayah aku menerimanya" jawabku.
"Alhamdulillah" ucap semuanya.
"Terima kasih Sel" ucap Mas Juna sambil tersenyum kepadaku. Aduh kenapa dia senyum begitu sih. Bikin aku salah tingkah sepenuh hati, apa sih Sel lebay banget.
Mereka tengah membicarakan tentang kapan acara lamaran resmi akan dilaksanakan. Sementara, aku izin ke kamar duluan. Aku juga sudah mengusulkan, kalau bisa acara lamaran dilakukan di hari Sabtu atau Minggu. Hari libur kerjaku dan Mas Juna. Tapi untuk tanggal aku serahkan saja kepada mereka, karena tanggal apa saja aku ga masalah asalkan weekend.
"Dek"
"Iya Bang" Bang Mail menghampiri ku yang telah berada di kamar.
"Bang, gapapa kalau gue duluan yang nikah?"
"Ya gapapa. Udah ga usah dipikirin"
Aku jadi kepikiran sama Bang Mail. Aku takut dia keberatan kalau adiknya melangkahinya untuk menikah. Sebenarnya, aku juga ga tega. Tapi mau gimana lagi, aku duluan yang dilamar orang. Bang Mail juga baru punya pacar lagi, kalau buru-buru nikah juga Bang Mail pun pasti ga mau.
"Gue takutnya lu ngiri ke gue hehehe"
"Eh eh mulai sombong ya anda"
"Ga Bang bercanda"
"Dek harusnya lo berterima kasih sama gue. Karena gue yang berjasa untuk kalian bisa bersatu"
"Dih kok bisa gitu"
"Kayaknya emang udah waktunya gue cerita deh sama lo dek, ini top secret banget loh. Cuma gue doang yang tahu soal ini"
"Emang apa sih Bang"
"Ini tentang Juna"
Cerita tentang Mas Juna. Sepertinya akan menarik untuk didengar. Aku jadi penasaran. Tapi kalau dipikir-pikir, kenapa di hari yang sama Mas Juna tiba-tiba lamar aku setelah siang tadi Mas Zafar datang untuk mengajakku ta'aruf. Patut dicurigai sih ini.
🩷🩷🩷 untuk kalian yang setia menunggu kelanjutan cerita ini hehehe. Thank u so much. 🫰🫶
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior Is My Neighbor (On going)
General FictionJuna Anugrah Hendrawan senior yang sangat amat disegani di kampusku, bagaimana tidak dia adalah seorang presiden mahasiswa. Selain itu dia juga mahasiswa berprestasi di kampusku. Tak mengherankan banyak mahasiswa terkhusus mahasiswi sangat mendewaka...