23 | Yakin Bisa

475 36 0
                                    

Kemarin, skripsiku telah di Acc oleh dosen pembimbing dan saat ini aku tengah mengurus pendaftaran sidang. Ternyata untuk daftar sidang lumayan banyak persyaratannya.

Hal itu juga membuatku sedikit kewalahan karena ada beberapa berkas yang perlu diperbanyak dan mengharuskanku untuk pergi ke tukang fotocopy. Untung saja semuanya berjalan dengan lancar.

"Alhamdulillah, selesai juga. Tinggal menunggu hari-H nya."

"Eh, lu" panggil seseorang yang suaranya tidak asing. 

"Pasti itu Bang Radit deh." batinku.

Sebaiknya aku pura-pura tidak mendengar panggilannya. Segera, aku percepat langkahku untuk keluar gedung menuju tempat parkir. Lalu langsung menaiki motor. 

"Tunggu woy" teriaknya. Semoga dia tidak mengejarku.

Kini aku sudah mengendarai motorku, dan terbebas darinya. Dramatis banget ga sih? Feelnya berasa dikejar-kejar zombi.

"Alhamdulillah, dia ga ngejar. Gila aja sih kalau sampai ngikutin aku."

"Eh Selia!" teriaknya tepat di samping kananku. Saat ku tengok, dugaanku salah. 

"Ya ampun yang benar aja, kenapa dia ngejar aku sih." eluhku.

"Minggir dulu" pintanya. Mau ga mau aku harus menepi, karena berbahaya juga apalagi ini di jalan raya. 

"Ada apa sih Bang?" tanyaku ketus.

"Tadi lu pura-pura ga denger gue panggil ya. Gue cuma pengen nanya" omelnya.

Aku mengehela nafas. Sabar Sel. Coba aja dia tidak mengenaliku setelah aku berhijab, matanya tajem juga ya.

"Mau tanya apa ya?" 

"Seputar skripsi."

"Oh, yaudah tanya aja sekarang Bang"

"Engga. Ga mudeng gue kalau lu jelasin disini. Mending cari tempat aja" ucapnya.

"Sorry Bang, tapi saya gamau kalau cuma berdua." jelasku.

Setelah berhijab, aku mulai membatasi diri dengan lawan jenis.  Ga baik juga kalau hanya berduaan karena bukan mahrom.

"Oke oke. Ajak temen lo deh" ucapnya santai. Aku harus beralasan apa agar dia ga memaksaku untuk ikut dengannya.

"Sorry Bang, gimana kalau lewat chat aja." 

"Gue kalau lewat chat suka lama pahamnya." Ish kenapa jawabnya begitu sih. Jujur, aku risih. Dia terus saja mencari cara agar aku ikut dengannya.

"Tapi Bang___"

"Coba telpon temen lu suruh kesini" pintanya lagi.

"Maaf banget nih Bang. Temen saya juga ga di kampus, dia ada urusan. Ga mungkin saya ganggu dia." Ya Allah lindungilah aku. Ia belum merespon dan masih terdiam. 

"Yaudah, makasih" ucapnya singkat. Lalu ia pergi begitu saja. Ada apa dengannya.

"Aneh"

"Tapi gapapa itu bagus, dia ga paksa aku lagi."

Semenjak kejadian itu, Bang Radit tidak lagi mengirim pesan ataupun menelponku. Kemungkinan ia sadar kalau dirinya membuatku tidak nyaman.

Back to reality. Dua minggu yang lalu
telah mendaftar sidang dan besok senin aku sidang. Ya akhirnya hari yang bersejarah itu akan kuhadapi.

Namun akhir-akhir ini aku suka menangis setiap ingat mau sidang. Aku sangat gelisah sampai kebawa mimpi. Lebay banget ga sih?. Aku merasa sedikit tertekan. Ibaratnya ada beban berat di pundakku yang harus kupikul. Tapi aku berusaha agar tak goyah sebelum terjang.

"Bu" panggilku. Aku ingin mencurahkan segala ketakutanku pada Ibu agar aku dapat pencerahan setelah ini.

"Iya dek"

"Bu, aku takut besok sidang. Doain aku ya Bu. Supaya sidangku lancar"

"Hilangkan rasa takutmu, hadapi dengan tenang. Ibu selalu doakan kamu dek."

"Ibu" lirihku. Air mataku langsung membanjiri pipiku. Ya aku ga bisa tahan, rasanya mau nangis terus. 

"Loh kok nangis dek" Ibu menarik tubuhku kepelukannya. Kehangatan menjalar keseluruh ragaku, hanya Ibu yang sangat mengerti diriku saat ini. 

Kini aku berada di kamar sedang belajar untuk sidang skripsi nanti. Terlintas dipikirkanku, aku ingin video call dengan ayah. Terakhir aku hubungi ayah dua hari yang lalu, aku kangen banget sama Ayah. Ku ambil ponsel dan segera menghubungi Ayah yang masih tugas di luar kota. 

"Assalamu'alaikum Yah"

"Waalaikumsalam Dek" jawab Ayah. 

"Ayah lagi apa? Lagi sibuk ga?"

"Ayah lagi istirahat nih, engga Dek. Oiya gimana, kamu udah belajar buat sidang nanti?"

"Ini lagi belajar Yah. Aku ga tenang kalau sehari belum belajar." jelasku. 

"Matamu kok merah dek, abis nangis ya. Cengeng ih" ledek Ayah.

"Ih Ayah, aku nangis mulu gara-gara mau sidang Yah. Kayaknya aku overthingking banget deh Yah"

"Dek, jangan terlalu overthingking dan jangan sampai membuatmu stress. Lebih baik kamu bawa santai aja, banyak-banyak berdoa supaya dilancarkan & dimudahkan saat sidang nanti." ucap Ayah. Benar kata Ayah kalau aku overthingking, itu bisa membuatku stress. 

"Iya Yah. Makasih banyak ya Yah. Aku jadi tenang. Ayah kapan pulang? Adek kangen banget"

"Insya Allah bulan depan Dek"

"Adek pengen Ayah pulang kalau aku udah sidang"

"Ayah juga maunya gitu Dek, tapi tugas Ayah disini belum selesai. Walaupun Ayah ga bisa merayakan lulus sidangnya Adek, tapi kan bisa Video Call-an kayak gini."

"Iya sih Yah. Yaudah Yah aku mau lanjut belajar lagi. Ayah jaga kesehatan ya disana"

"Iya Adek, kamu juga ya. Kan mau idang, harus semangat!. Ayah selalu mendoakan Adek semoga sidangnya lancar, Adek bisa menjawab semua pertanyaan  dari penguji. Pokoknya tetep semangat jangan terbebani, dibawa santai aja ya"

"Aamiin. Siap Ayah. Makasih ya Yah. Kalau gitu aku tutup ya"

"Oke sayang"

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Aku telah menyudahi obrolan bersama Ayah. Rasanya plong sekali. Aku banyak mendapat semangat dan nasihat dari orang tersayang. Aku jadi semakin yakin bahwa aku bisa.
Ting!

Senior Jun Jin Jun
Sel
Mau sidang ya Senin Besok?

Kok Juna tahu kalau aku mau sidang. Padahal aku cuma beritahu ke keluargaku dan Dinda. Jangan-jangan ada yang kasih tahu dia.

To Senior Jun Jin Jun
Iya Mas

Ting!

Cepat amat balesnya.

Senior Jun Jin Jun
Jam berapa sidangnya

Jam 10 

Oh gitu. Thanks

Iya

Jadi penasaran, dia dapet info darimana sih. Sudahlah, daripada mikirin yang ga penting lebih baik aku lanjut belajar dan cari tahu info tips menghadapi sidang skripsi. Itu akan membantuku untuk mempersiapkan diri saat sidang nanti. 




Duh Juna makin meresahkan ga sih? 😂

Maaf klo masih ada yg typo

My Senior Is My Neighbor (On going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang