#One

13.2K 625 189
                                    

"Gimana para saksi? sah?" Tutur Sang penghulu yang langsung dijawab serentak oleh semua orang yang hadir di acara sebuah pernikahan.

"SAH"

Dilanjut dengan membaca doa seusai ijab yang dipimpin oleh penghulu.

"Harusnya aku yang disana, dampingimu dan bukan dia, harusnya aku yang kau kau cinta dan bukan diaaa,, houooo" Lagu dari grup band Armada yang dinyanyikan sangat fals ini membuat salah satu tamu disana ingin melayangkan tinju kepada pemilik suara.

"Salah lo bro liriknya" Timpal seseorang di samping kanannya.

"Gimana harusnya?"

"Harusnya Icha yang disana, dampingimu dan bukan dia, harusnya Icha yang kau cinta dan bukan dia". Jawabnya.

Serempak ketiga cowok yang baru saja hadir di depan gadis bernama Icha itu tertawa keras.

Aeisha Adelheide gusnadi, sapaannya Icha, perawan tua yang ditinggal nikah oleh kekasih brondongnya setelah berpacaran hampir tujuh tahun. Wanita itu memiliki mental baja, yang kuat menghadiri pernikahan sang mantan, atau entah harus menyebutnya apa karena mereka belum putus secara resmi, pacarnya tiba-tiba hilang kabar selama seminggu, dan seminggu kemudian sang pacar menemuinya untuk memberi kabar sambil menyerahkan sepucuk surat undangan.

Icha meneguk kasar minuman yang tinggal setengah. Lalu menatap ketiga cowok itu.

"Bangsat kalian". Umpat gadis yang sangat cantik itu.

"Chaa, cha... Ck, ck, ck.... Lo makin tua bukannya nikah malah di tinggal nikah mulu ya". Goda Fauzan, teman masa SMA nya.

"Kapan gw ditinggal nikah mulu? Baru juga sekarang". Protes Icha tidak terima.

"Mantan mantan lo waktu SMA, semuanya udah pada nikah. CATET!!! SE-MU-A-NYA. lo mau sampe kapan jadi perawan tua huh?" Kali ini Rizal yang membeberkan aib Icha.

"Tar lah nanggung, baru juga wisuda, gw juga mau lanjut kuliah lagi".

"Mau sampe kapan lu kuliah anjir? Sampe lo dapet gelar Es teler?. Udah lah jangan sekolah tinggi-tinggi percuma toh ujung ujungnya lo balik lagi ke kasur sama dapur" Keukeuh Rian.

"Nah ini nih, yang bikin Indonesia gak maju-maju, pemikiran rakyatnya terlalu dangkal. Seenggaknya kan lo dapet gelar lo dihargai di masyarakat, lo gak malu maluin keturunan lo nanti, terus bisa bekerja dengan layak". Jelas Icha panjang kali lebar.

"Ya masalahnya lo udah S3 goublok, cowok cowok yang mau ngedeketin lo pada minder" Sewot Rizal.

"Cha lo itu udah tiga puluh tahun, lo mau nikah umur berapa? Lo gak bosen apa di gunjing tetangga setiap kali ada yang nikah?" Lanjut Rian yang memang sepupuan dengan Icha, jadi tahu apa yang tetangga gosipkan tentang Icha. Orang tua Icha juga sering curhat padanya perihal Icha yang tidak kunjung menikah.

"Hidup-hidup gw,, ngapain kalian yang pusing sih? Nyokap gw aja gak mojokin gw suruh nikah".

"Ya karna nyokap lo udah nyerah buat ngomongin lo, lo kan kepala batu".

"Ya kalian tenang aja sih, kalo udah ada jodohnya gw bakal nikah kok, yaudah ah males gw denger ocehan kalian, gw pergi dulu" Ujar Icha memilih untuk mengakhiri pembahasan tentang pernikahan, namun baru saja balik badan seorang wanita dengan perut buncit langsung memeluk Icha.

"Ichaaa,, aaa gak nyangka bisa ketemu disini. Gw kira lo gak bakal dateng. Btw mental lo aman kan". Sapa Nelly, cees Icha waktu SMA lagi-lagi menyindir nya sama seperti ketiga cunguk tadi.

"Aman kok Nel, Icha makannya zat besi, jadi mentalnya juga sekuat besi" Bukan Icha yang menjawab tapi Fauzan.

"Gw gak nanya sama lo". Sewot bumil itu. Icha memutar bola matanya jengah, pertanyaan Nelly sudah terjawab dengan jelas jadi Icha tak perlu susah susah menjawab lagi.

Icha menatap perut besar Nelly, matanya membola ia baru engeh "Lo hamil lama amat Nel,, dari terakhir kita ketemu lo belum lahiran juga?".

"Astaga, Icha sayang. Kita terakhir ketemu itu dua tahun yang lalu ini anak kedua gw".

"Biasalah kelamaan jadi perawan tua, jadinya dua tahun lalu berasa kemarin" Timpal Rizal.

"Berisik lo! Kalo Icha perawan tua lo apa? Bujang lapuk? Kalian juga belum pada nikah".

"Ni bumil dari tadi marah-marah mulu heran".

"Cha pindah ke sana yu, takut anak gw stres kalo deket mereka". Nelly menyeret Icha pergi dari ketiga Bujang lapuk, mereka hanya bisa ngumpat tidak jelas saat Nelly pergi. Ya kali ngumpat di depan bumil yang ada kena semprot lagi.

"Suami lo mana?" Tanya Icha.

"Lagi ada meeting di kantornya jadi gw sendiri, tapi nanti di jemput" Jawab Nelly

"Anak pertama lo?"

"Di pinjem adi suami gw"

"Barang kali dipinjem"

"Eh btw Cha, lo gak ngiri gitu sama mantan-mantan lo, temen temen juga udah pada nikah"

Icha diam, bingung harus menjawab apa. Jika boleh jujur, tentu ia iri. Apalagi mereka menikah dengan orang yang mereka cintai. Sedangkan Icha, laki-laki yang sangat ia cintai begitu dalam malah meninggalkan nya nikah.

Bayangan indah saat dan setelah nikah, kini sudah lenyap. Ya Icha selalu bermimpi menikah dengan seorang Arman Fheriliansyah Allino. Tapi mimpi itu kini telah pupus, pria itu sekarang tengah bersanding dengan wanita lain di pelaminan.

Sebenarnya ini bukan salah Fheril yang meninggalkan Icha menikah. Pria itu tentu pernah mengajak Icha menikah, namun Icha selalu menunda dengan alasan ingin menuntaskan dulu kuliah, hal itu terjadi lima tahun silam, saat Icha masih duduk di bangku kuliah S2.

Dan puncaknya dua minggu kemarin. Saat Icha Baru saja menyelesaikan S3 nya, dan ingin mengajak Fheril untuk menikah, namun semuanya sudah terlambat, pria itu sudah lebih dulu menyebar surat undangan.

Hati Icha terasa linu membayangkan itu semua, tapi ini tempat umum, sebisa mungkin ia tahan air matanya agar tidak tumpah. Ia harus terlihat kuat. Gengsi jika ia harus menangisi mantan yang sudah menikah.

"Sorry, sorry. Kalo lo gamau jawab gak apa-apa kok, gw gak ada maksud,,,,".

"Gw gaada pemikiran nikah untuk saat ini". Jawab Icha getir.

Ralat, pemikiran untuk menikah sudah sirna mulai saat ini.

"Apa lagi sih yang lo kejar? Pendidikan lo S3. Soal cantik lo gak perlu di tanya, dari SMA lo primadona, gw denger juga lo di tawari pekerjaan dengan jabatan tinggi kan".

Icha menghela nafas panjang. Benar kata Nelly, sudah tidak ada lagi yang Icha tunggu untuk melangsungkan pernikahan, semuanya sudah Icha dapat.

Dari mulai kecantikan, dari SMP sampai S3 kemarin Icha selalu menjadi primadona. Pendidikan sudah tinggi. Pekerjaan juga sudah menjamin. Yang perlu Icha tunggu hanya satu, hatinya bisa terbuka untuk kembali mencintai.

"Gw pengen bangun perusahaan sendiri dulu. Gw pengen jadi orang kaya dulu. Lo tau kan, nyokap gw sering berantem sama bokap, karna masalah ekonomi. Nyokap gw juga harus banting tulang waktu gw masih SMA, buat biayain sekolah gw. Dan satu lagi, nenek gw juga pernah di terlantarin sama suaminya sendiri karna kesulitan ekonomi. Dan gw gak mau ngalamin hal semacam itu". Alibi Icha, yang memang benar itu juga salah satu alasan mengapa Icha sekolah tinggi untuk mendapatkan jabatan yang tinggi.

"Iya, gw faham. Sorry gw udah ikut campur sama hidup lo, gw cuma gak tahan aja bestie gw di gosipin, bukan sama tetangga lo aja, tapi juga temen seangkatan kita".

Icha menepuk pundak Nelly sambil tersenyum, menandakan dia baik-baik saja dan tidak memperdulikan semua gosip murahan itu.

____

Part satu cukup ya. See you in next part

Cinta Untuk Aeisha (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang