#Sixteen

4.6K 270 1
                                    

Azzam memarkirkan mobil di depan supermarket yang berbeda. Ia membuka Setbealt nya lalu turun. Azzam juga membukakan pintu untuk Icha.

"Kita kok kesini?" Tanya Icha heran.

"Tadi kita gak sempet beli minyak, dirumah kan juga gaada minyak. Sekalian kita beli perlengkapan yang tadi belum sempet di beli" Jawab Azzam.

Ah iya, Icha baru engeh, Azzam menariknya sebelum selesai belanja. Icha lalu turun, dan masuk mengikuti Azzam.

Lalu mengambil beberapa perlengkapan yang belum sempat mereka beli tadi.

"Lain kali emosinya ditahan ya" Ucap Azzam mengingatkan. Icha mengangguk mengiyakan.

Icha mengingat kejadian tadi. Biasanya ia tidak peduli dengan komentar orang, ia selalu diam mendengar orang membicarakannya. Mungkin memang karena biasanya orang lebih banyak memujinya daripada menjelekkannya, jadi ia tidak peduli.

Ia tadi marah disangka Ibunya Azzam, bukan karena takut terlihat tua, tapi karena ia istrinya, dan seharusnya mereka tidak mengagumi seorang pria didepan sang istri.
Tunggu. Kenapa Icha jadi takut Azzam disukai wanita lain? Sepertinya benar apa kata Fiena. Icha sudah luluh namun belum menyadarinya. Sekarang ia tidak mau munafik. Icha mulai jatuh cinta pada Azzam.

Mereka sudah selesai berbelanja, lalu keluar hendak pulang. Namun didepan pintu Icha tidak sengaja menabrak seseorang karena tidak melihat jalan.

"Maaf mbak saya gak seng,,, " Icha tidak melanjutkan kalimatnya saat mendongak dan melihat ini itu.

"Wah, wah, wah. Gak nyangka ya bisa ketemu pelakor disini" Ucap wanita itu. Wanita yang Icha temui di restoran dekat kantornya saat bersama  Fheril. Wanita itu mantan Istri Fheril. Dina.

Dina melihat penampilan Icha dari bawah sampai atas. Penampilannya sangat berbeda, jika waktu itu Icha memakai rok span sepaha dengan robekan dipinggir dipadu kaos putih dengan balutan jas. Sekarang ia memakai gamis panjang hingga menutupi seluruh kaki jenjangnya, dan memakai kerudung sedikit besar.

Dina tertawa kencang. "Pasti lo ngira, berpenampilan seperti ini orang Akan menganggap lo wanita baik-baik"

"Padahal mau lo berpenampilan apapun lo tetep aja pelakor yang udah ngancurin rumah tangga gw" Sinis Dina.

"Icha bukan pelakor dia istri saya" Ucap Azzam membela Icha.

Dina melirik Azzam yang berdiri di samping Icha. Ia kembali tertawa.

"Oh jadi lo kurang menerima perhatian dari suami lo terus lo nyari perhatian sama Fheril" Ucap Dina mengambil kesimpulan. Ia menatap Azzam lagi "mas lain kali, istrinya dijaga ya, kalo perlu di kandangin aja biar gak liar"

Icha maju selangkah, menatap Dina tajam "jaga mulut lo ya. Gw gak pernah sekalipun ganggu hubungan kalian. Fheril sendiri yang datangin gw, itupun setelah Fheril menggugat cerai lo"

"Kalo lo emang menginginkan Fheril, ambil sana. Lagipula gw udah gak butuh cowok itu, sekarang gw punya suami yang jauh lebih baik daripada Fheril" Ucap Icha tak sadar semua omongannya didengar oleh si pemilik nama yang entah sejak kapan sudah berdiri dibelakang Dina.

Fheril menatap Icha dengan sorotan penuh kecewa, lalu menarik Dina untuk pergi menjauh.

Icha sempat memanggil Fheril, ingin menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud berkata demikian. Namun Azzam mencegahnya, ia menyuruh Icha untuk membiarkannya, agar Fheril juga tidak menaruh lagi harap pada Icha. Azzam lalu menarik Icha mengajaknya pulang.

"Kamu masih cinta sama Fheril?" Tanya Azzam begitu mereka sampai dirumah. Ia membereskan belanjaannya, dan Icha duduk di kursi meja makan.

Icha tidak menjawab, perasaannya campur aduk. Ia mulai menerima Azzam tapi juga tidak rela menyakiti Fheril. Kenapa ia terkesan menjadi wanita egois yang tidak menginginkan salah satu dari mereka pergi?

"Aku gak faham sama diri aku sendiri Azzam" Keluh Icha.

"Disatu sisi aku mulai terbiasa dengan sikap lembut kamu dan perhatian kamu sama aku. Disisi lain aku juga gak mau nyakitin Fheril" Ungkap Icha, tak berani menatap Azzam.

"Maafin aku Azzam, aku masih belum bisa ngelepas Fheril sepenuhnya. Masih ada hati yang tertinggal untuk dia" Icha membenamkan wajahnya ditangannya.

Azzam ikut duduk di samping Icha, mengelus lembut punggung istrinya memberikan ketenangan. "Aku ngerti. Kamu cuma perlu waktu buat lupain dia, dan aku harus lebih berusaha lagi bisa merebut hati kamu sepenuhnya" Azzam menarik Icha kedalam pelukannya. Icha tidak memberontak, saat ini ia memang membutuhkannya.

____

Icha melihat pantulan dirinya di cermin. Berbeda seperti biasa kali ini Icha memakai pakaian yang lebih sopan. Celana kulot scuba hitam, dipadu dengan kemeja besar putih. Simple, namun masih terkesan elegant.

Icha mengambil tas selempang nya lalu keluar dari kamar. Sebelum berangkat Icha sarapan terlebih dahulu dengan roti selai cokelat buatan Azzam.

"Kerudungnya pake Cha" Tegur Azzam.

"Kalo ke kantor aku gabisa Zam. Disana ngelarang karyawannya memakai hijab" Jawab Icha memang benar adanya.

"Lalu untuk apa kamu kerja disana? Kita kerja untuk memenuhi kewajiban. Percuma kita melaksanakan kewajiban dan meninggalkan kewajiban yang lain"

"Aku kan dulu gak di hijab. Terus disana gajinya gede banget"

"Untuk apa kamu mengejar dunia, sedangkan akhirat kamu tinggalkan. Lagipula kamu seorang istri Cha, istri dianjurkan untuk diam dirumah mengurus anak dan suami"

"Tapi kan agama gak ngelarang, istri bekerja membantu suami".

" Itu kalau penghasilan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Dan aku masih mampu mencukupi kebutuhan kita Cha".

"Iya nanti aku ngajuin buat resign. Aku berangkat ya takut telat" Pamit Icha.

"Yaudah hati-hati" Balas Azzam.

Bukannya pergi, Icha malah mematung. Icha menatap Azzam kikuk, sambil menyodorkan kunci mobilnya.

"Kenapa?" Tanya Azzam.

"Kamu kerja bawa mobil aja, jangan bawa motor. Kamu anterin aku ke kantor aku dulu, pulangnya kamu jemput aku" Ucap Icha sedikit ragu.

"Aku udah gak kerja disana" Jawab Azzam. Icha mengernyit heran.

"Aku mau jalanin bisnis aku" Lanjut Azzam.

"Kok aku gatau kamu punya bisnis?" Tanya Icha sedikit terkejut.

"Sebenarnya itu bisnis Abba, an Abba meninggal waktu aku masih kecil. Jadi sementara 'amm yang jalanin bisnis Abba"

Icha mengangguk faham. "Kenapa baru kamu ambil alih sekarang?" Tanya Icha penasaran.

"Dulu kan aku di Mesir. Gak lama pulang dari sana aku melamar kamu. Hampir setahun aku belajar dulu tentang bisnis yang Abba jalankan. Dan baru sekarang aku ambil alih" Jelas Azzam.

"Ohh, yaudah kalo gitu aku pergi sendiri aja"

Azzam buru-buru meraih tangan Icha, dan mengambil kunci mobilnya. "Biar aku yang anterin. Kamu ambil kerudung kamu dulu, lalu kita berangkat"

"Kamu lupa? Aku kan gak boleh pake kerudung ke kantor"

"Kamu buka kerudungnya di dalam kantor aja, jangan keluar kantor kalau gak pake kerudung"

"Tapi,,, ".

"Kamu mau berubah jadi istri yang baik kan? Jangan keluar kantor tanpa memakai kerudung. Dan janji setelah ini kamu langsung resign dari kantor kamu"

"Iya Azzam"

Icha mengambil kerudung lalu memakainya. Setelah itu Azzam segera mengantarkannya ke kantor.

Sesampainya disana, Azzam mengulurkan tangannya, Icha meraih tangan Azzam lalu menciumnya.

"Assalamu'alaikum".

" Waalaikumsalam istriku sayang. Inget ya kerudungnya harus dipakai kalau keluar kantor".
Icha mengangguk faham, lantas bergegas ke dalam.

_____

Bersambung,,,,

Cinta Untuk Aeisha (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang