Icha memasuki kawasan rumahnya. Tubuhnya sudah sangat lelah, ia ingin segera beristirahat. Ia melempar asal tasnya di atas, wanita itu berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum terlebih dahulu, saat hendak mengambil air minum Icha tak sengaja melihat Azzam duduk di kursi dengan tangan yang terlipat di dada, dan kepala yang tertunduk.
Diatas meja makan, ada beberapa masakan yang sudah mendingin. Icha menghampiri Azzam, lalu duduk didepannya. Icha sedikit menunduk, agar bisa melihat wajah suaminya.
"Azzam tidur, pantes aja dia dari tadi diem aja" Gumam Icha pelan. Ia lalu menatap semua sajian diatas meja makan, semuanya masih utuh.
"Astaga,, Jangan-jangan Azzam nunggu gw buat makam malam" Icha jadi tidak enak pada Azzam karena membuatnya menunggu, Ia semakin merasa tidak Enak saat melihat jam sudah menunjukan pukul sebelas malam.
"Azzam kenapa gak makan duluan sih"
Tubuh Azzam bergerak, sepertinya ia terganggu dengan suara Icha. Azzam sedikit menggeliat, ia lalu tersenyum saat melihat Icha dihadapannya.
"Baru pulang? Lembur lagi ya? Cape gak? Udah malam malam belum? Aku udah masak kita makan malam bareng ya" Tanya Azzam, bertubi-tubi kemudian mengajak Icha makan.
"Lo belum makan?" Tanya Icha balik.
Azzam menggeleng "Nunggu kamu"
"Kamu makan aja ya, aku tadi udah makan sama Fheril" Jawab Icha jujur.
"Kamu ketemuan sama mantan kamu?"
"Azzam gw,,, "
"Aku fikir, hubungan kita sudah berubah, aku fikir kamu sudah mulai menerima aku sebagai suami kamu. Mengingat akhir-akhir ini kamu udah gak ketus sama aku. Kita bahkan pernah beberapa kali ketawa bareng, masak bareng, makan bareng. Aku fikir kamu berubah Cha tapi,,, " Ucap Azzam menggantung kalimatnya.
"Tapi ternyata semua itu cuma anganku aja. Aku merasa gagal menjadi suami. Aku bisa ceramah didepan semua orang, aku bisa menjadi guru yang alhamdulillah bisa mendidik santri-santriku menjadi lebih baik. Tapi dirumah aku lalai, dengan membiarkan kamu menemui pria lain, yang bukan mahram kamu, aku gagal mendidik kamu Cha. Aku gagal mendidik istri aku sendiri" Lanjutnya lemah.
"Azzam,,,, ".
Azzam lantas beranjak hendak menuju kamar, membiarkan Icha yang terus memanggilnya.
Icha menghirup oksigen disekitarnya, nafasnya tersegal. Kenapa dadanya semakin sesak, Icha juga merasa sakit saat Azzam menghiraukannya.
Sebelum menyusul Azzam ke kamar, Icha membersihkan dulu tubuhnya yang sudah lengket, setelah itu barulah ia menemui yang sedang meringkuk dikasur.
"Azzam" Panggil Icha namun tak ada jawaban.
"Gw perlu ngomong sesuatu sama lo" Ucap Icha, ia rasa Azzam memang harus tau kebenarannya. Icha duduk ditepi ranjang, membelakangi Azzam yang berbaring di kasur.
"Tadi Fheril nemuin gw di kantor, dia ngajak gw makan malam. Sambil membicarakan sesuatu. Sebenarnya gw mau nolak, tapi gak jadi karena gw juga harus menyampaikan sesuatu sama dia" Ucap Icha mulai bercerita.
"Setelah makan malam, Fheril melamar gw lagi, katanya akan menemui ayah dan Ibu bulan ini. Dan gw memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita, karena pada kenyataannya hubungan gw sama dia sudah lama usai. Sekarang gw sudah dimiliki pria lain, gw sudah jadi milik lo Azzam"
"Fheril bilang dia akan nunggu gw sampai kapanpun sama seperti gw nunggu dia pas dia masih menjadi suami Dina. Tapi sumpah Zam sekarang gw udah gak berharap lagi sama dia"
"Lalu?" Tanya Azzam.
Akhirnya setelah bicara panjang lebar, Azzam mau menyahutinya. Icha berbalik melihat Azzam yang entah sejak kapan mengubah posisinya menjadi duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Aeisha (Terbit)
Romance"Gimana para saksi? sah?" Tutur Sang penghulu yang langsung dijawab serentak oleh semua orang yang hadir di acara sebuah pernikahan. "SAH" Dilanjut dengan membaca doa seusai ijab yang dipimpin oleh penghulu. "Harusnya aku yang disana, dampingimu d...