#Twenty one

4.9K 213 1
                                    


"Azzam aku izin ya, mau jenguk teman kantor aku Fiena dia lagi sakit. Aku sebentar kok janji setelah itu langsung pulang". Ucap Icha meminta Izin Azzam untuk menjenguk Fiena. Tadi malam temannya itu mengirim pesan kalau dia sedang dirawat di rumah sakit.

" Biar aku antar".

"Katanya sekarang kamu ada janji sama rekan bisnis kamu. Aku gak apa-apa kok aku bisa sendiri. Oh iya, kamu bawa mobil aja, jangan bawa motor soalnya udah mendung mau ujan. Kuncinya aku taruh di laci kamar".

" Terus kamu gimana?"

"Aku udah pesen taksi kok. Tuh taksinya udah nunggu aku pamit dulu ya"

"Kabarin aku kalau sudah mau pulang, biar aku jemput, kamu ke rumah sakit mana?"

"Rumah sakit Alta medika, yaudah aku berangkat dulu ya" Jawab Icha kemudian meraih tangan Azzam, menciumnya lalu segera berangkat.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam hati-hati dijalan sayang". Nasihat Azzam. Icha mengangguk.

______

Icha memasuki kawasan rumah sakit dan langsung mencari kamar inap temannya. Kata Fiena ia dirawat di kamar nomor 102 lantai dua.

Icha segera masuk ketika sudah menemukan kamar 102, ia lalu menghambur memeluk Fiena yang sedang terbaring di brankar.

" Yaallah Fi. Kamu sakit apa sih sampe dirawat kayak gini" Tanya Icha cemas.
Fiena terkekeh. Mendengar tuturan kata Icha yang menggunakan aku-kamu.

"Sejak kapan lo manggil kamu sama gw? "

"Ish Fi, aku nanya malah nanya balik".

" Iya-iya. Gw terserang DBD, tapi sekarang udah gak apa-apa kok. Eh jujur salut ya gw sama lo sekarang, udah pake gamis bicaranya lembut gak barbar kayak dulu. Indonesia punya Ustadzah baru nih".

"Suami aku itu anaknya kiyai. Seorang gus, pewaris pesantren juga masa iya aku masih urakan. Kok bisa kena DBD sih? Lo sih kerja mulu sampai gak mikirin kesehatan kamu".

" Ini, namanya takdir Icha ku sayang. Gw juga udah berusaha kok jaga kesehatan".

Icha dan Fiena terus berbincang, sampai tak terasa hari sudah menjelang sore. Icha pamit pulang pada Fiena, karena ia sudah janji untuk pulang cepat.

Icha keluar dari rumah sakit, lalu mencari taksi, sebelumnya ia sudah menelpon Azzam, tapi ppanggilannya tidak diangkat, sepertinya Azzam sedang sibuk. Icha merasa seperti ada yang memperhatikannya. Tapi Icha tidak terlalu menggubris mungkin hanya perasannya saja.

Icha berjalan mencari alfamart, untuk membeli minum, tenggorokannya terasa kering. Ia memelankan langkahnya merasakan seseorang sedang mengikutinya. Karena takut Icha berlari sekencang mungkin namun tiba-tiba seseorang menyentuh pundak Icha dan membalikkan tubuhnya kasar. Terkejut, Icha ketakutan melihat orang yang berpakaian serba hitam, dan masker hitam. seorang itu menancapkan sesuatu di pundak Icha, seketika tubuhnya menjadi lemas namun ia masih sadar. Icha ingin berteriak, tapi mulutnya terasa kaku. Ia dibawa masuk ke dalam mobil, lalu penculik itu membawanya entah kemana.

Saat ini yang ia fikirkan adalah suaminya. Icha terus memanggil nama Azzam, berharap suaminya akan datang untuk menyelamatkannya.

"Azzam,, tolong aku".

Tak lama kemudian si penculik memarkirkan mobilnya titempat sepi. Icha diseret, ke dalam sebuah gudang yang tidak terpakai. Kini, ada tiga orang yang memakai pakaian serba hitam. Icha semakin ketakukan. Air mata Icha perlahan jatuh, ia takut mereka melakukan sesuatu yang jahat.

" Hapus air mata lo dasar jalang" Ucap salah satu dari mereka Icha rasa itu bos dari penculik yang tadi, si bos penculik menampar Icha keras

"Kalian tunggu diluar" Orang itu mengusir kedua temannya. Setelah temannya pergi ia membuka paksa hijab Icha. Ia juga merobek gamis dan melucuti celana panjang Icha lalu membakarnya. Tangis Icha semakin pecah, tubuhnya terlalu lemas untuk melawan bahkan untuk berteriak minta tolong pun, ia seakan bisu.

Cinta Untuk Aeisha (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang