Icha mengobrak-abrik seiisi kamarnya, melampiaskan semua amarah dengan melemparkan barang-barang yang tersusun rapi diatas meja rias, kasur, ataupun benda lain yang terpajang.
Ia duduk dikasur, memperhatikan seluruh kamar yang berantakan seperti kapal pecah setelah ia meluapkan amarahnya.
Azzam memasuki kamar mereka, dengan membawa air hangat dan sapu tangan untuk mengompres luka lebam di sudut bibir istrinya.
Saat Azzam sudah duduk bersisian dengan Icha, wanita itu langsung berdiri dan menepis baskom berisi air hangat hingga tumpah membasahi lantai.
"Seneng kan lo liat gw berantem sama nyokap gw" Tuduh Icha dengan nafas menggebu.
"Demi Allah aku gaada perasaan seperti itu Cha" Tukas Azzam.
"Gausah bohong lo. Denger ya, hanya karna nyokap gw lebih ngebela lo, bukan berarti gw bakal berusaha jadi istri yang terbaik buat lo" Ucap Icha menatap Azzam nyalang.
"Gw bakal tetep minta cerai sama lo, dan gw bakal nikah sama Fheril. Dan lo tau? Fheril ngelamar gw" Lanjut Icha.
Jika ditanya bagaimana perasaan Azzam sekarang, tentu saja sakit. Suami mana yang tidak sakit mendengar istrinya dilamar oleh laki-laki lain?
Tapi Azzam berusaha untuk tenang, ia tidak mau terbawa emosi lagi. Ia menghela nafas pasrah, berdiri menghadap istrinya.
"Aku gak akan pernah menceraikan kamu. Kalau kamu mau menikah dengan mantan kamu. Aku minta kamu suruh dia melamar kamu di depan aku, maka aku akan turuti semua keinginan kamu" Ucap Azzam lalu pergi memberikan istrinya waktu untuk sendiri dan memenangkan fikirannya.
_____
Hari sudah pagi, namun matahari masih malu-malu menampakan diri di atas bumi. Hari ini, adalah hari pertama bagi semua pekerja untuk memulai kembali bekerja setelah libur dua hari dalam seminggu.
Azzam melipat sejadah selesai melaksanakan kewajibannya sholat subuh. Ia keluar dari kamarnya lalu mengetuk pintu kamar Icha yang masih terkunci.
Ya mulai malam tadi mereka memutuskan untuk pisah kamar, meski berat untuk Azzam tapi terpaksa harus ia lakukan, mungkin istrinya butuh waktu untuk sendiri.
Azzam memilih bersiap, saat ketukan pintunya tidak ada respon sama sekali. Ia lalu berangkat untuk bekerja tanpa sarapan seperti biasanya.
Ya tidak seperti biasanya. Semua kebiasaan Azzam sekarang tidak seperti biasanya.
Biasanya Azzam akan membangunkan Icha, sampai istrinya itu bangun lalu mengomel.
Biasanya Azzam selalu membuatkan sarapan untuk nya dan untuk Istrinya, meski tak pernah disentuh sedikitpun oleh Icha.
Biasanya Azzam akan menunggu Icha bersiap dan berangkat kerja ketika istrinya sudah berangkat.
Namun, sekarang Azzam lebih memilih bersikap tidak peduli. Bukan karena ia sudah lelah dengan sikap istrinya, hanya saja ia ingin memenuhi salah satu permintaan istrinya untuk tidak peduli padanya, mungkin memang sejak dulu kepeduliannya yang membuat Icha tidak nyaman.
Icha terbangun, tubuhnya menggeliat, mulutnya menguap. Bola matanya langsung membulat saat cahaya matahari sudah masuk ke dalam kamarnya lewat celah tirai.
Ia menyalakan ponselnya untuk melihat jam, dan kembali terkejut saat melihat angka 8:35
Biasanya memang ia selalu menyalakan alarm, namun setelah menikah dengan Azzam ia sudah tidak menyalakan alarm lagi. Buat apa? Toh setiap hari Azzam selalu membangunkannya tepat jam 4:30 pagi.
Tapi kenapa hari ini Azzam tidak membangunkannya? Tumben.
Icha buru-buru bergegas berangkat ke kantor nya. Bahkan ia tidak sempat memoles wajahnya. Boro boro make up, mandi saja tidak, ia hanya mencuci muka berganti baju dan langsung pergi.
Untung saja, wajahnya masih tetap glowing meski tanpa make up, tubuhnya juga selalu wangi meski tidak mandi, auranya masih terpancar meski ia tak berdandan.
Sesampainya di kantor, Icha lantas merebahkan tubuhnya dikursi kerjanya. Berkat ia bangun siang, ia mendapat SP 1. Ini kali pertama dalam sejarah nya ia telat berangkat kerja.
Tanpa membuang buang waktu lagi jarinya mulai bergerak lihai, membuka layar laptop dan berkas-berkas di atas meja yang perlu ia kerjakan hari ini.
_____
Hujan deras di sertai petir turun malam ini. Membasahi bumi yang sudah mulai kekeringan. Semua orang memilih untuk menghangatkan diri diatas kasur ditutupi selimut tebal.
Para jomblo menghangatkan tubuh mereka dengan memeluk bantal guling. Dan para pasangan, menghangatkan tubuh mereka dengan saling memeluk sambil bermesraan.
Namun ditengah jalan ada seorang wanita cantik yang malah diam dibawah guyuran hujan sambil memeriksa kendaraannya yang tidak mau menyala.
Icha, wanita itu harus lembur, dan saat pulang sialnya mobilnya harus mogok ditengah jalan. Mana tidak ada yang lewat.
Ingin memesan gocar tapi sepertinya mereka sedang tidak beroperasi malam ini. Ingin menelpon Azzam tapi gengsinya terlalu besar. Icha celingukan berharap ada seseorang yang bisa ia mintai tolong.
Setelah lama sekali menunggu, akhirnya ada sebuah mobil losbak yang lewat. Ia pun menumpang dimobil itu, saat supirnya menyatakan bahwa tujuannya searah dengan rumah Icha.
Icha lalu turun di depan gerbang rumahnya, setelah mobil itu mengantarkan pulang tak lupa ia mengucapkan terimakasih. ia lalu memasuki rumahnya dengan keadaan yang basah kuyup dan menggigil.
Icha langsung berlari ke arah dapur menuju kamar mandi. Ia tak sengaja melihat suaminya sedang membuat secangkir teh panas, Azzam menoleh, tidak ada raut khawatir dari Azzam saat tau istrinya basah kuyup kehujanan. Hanya berdiam sambil balas menapat Icha, tanpa bertanya sepatah katapun.
Sudah dua minggu ini, Azzam mendiamkan Icha. Ia hanya sesekali bertanya jika perlu. Padahal Azzam sendiri yang selalu memperingatkan Icha bahwa sesama umat islam haram hukumnya saling mendiamkan lebih dari tiga hari. Apa suaminya itu sudah benar-benar lelah menghadapi sikapnya?
Icha memegang dadanya serasa tercekik, seakan oksigen di sekitarnya menghilang, Mengapa tiba-tiba dadanya terasa sesak saat melihat Azzam tidak peduli dengan keadaanya sekarang? Mengapa selama dua minggu dadanya terasa sesak saat Azzam terus mendiamkannya? Mengapa ada sedikit harap, jika Azzam bersikap hangat dan perhatian seperti dulu?
Apa Icha mulai menganggap Azzam sebagai suaminya? Tidak, ini tidak mungkin. Icha tidak pernah mencintainya, lagipula sebentar lagi ia mereka akan bercerai dan Icha akan menikah dengan Fheril. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat.
Icha memutuskan kontak mata mereka lalu bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Icha tidak langsung menutup pintu, sekali lagi ia menatap suaminya.
Icha menatap punggung suaminya yang semakin menjauh keluar dari dapur. Sepertinya memang Azzam sudah tidak peduli lagi padanya. Harusnya ia senang jika Azzam tidak lagi peduli padanya tapi kenapa sebaliknya?
Tuhan? Ada apa sebenarnya?
______
Bersambung,,,,,
Tinggalkan kritik dan sarannya ya babay❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Aeisha (Terbit)
Romance"Gimana para saksi? sah?" Tutur Sang penghulu yang langsung dijawab serentak oleh semua orang yang hadir di acara sebuah pernikahan. "SAH" Dilanjut dengan membaca doa seusai ijab yang dipimpin oleh penghulu. "Harusnya aku yang disana, dampingimu d...