#Seven

5.5K 332 70
                                    

Tiga hari sudah berlalu, sudah tiga hari pula Icha tidak pernah bertegur sapa dengan ibunya, meskipun mereka satu atap, keduanya masih mementingkan ego masing-masing, tidak ada yang berinisiatif untuk meminta maaf. Azzam dan Icha segera mengemas barang mereka untuk segera pergi dari rumah Sari. Lagipula besok hari senin, Icha harus kembali ke kantor.

"Sayang, apa gak sebaiknya kamu minta maaf dulu sama ibu"

Icha berhenti mengemas, lalu melempar baju di tangannya. "Gw udah berapa kali bilang sama lo, jangan pernah manggil gw sayang, gw jijik" Ucap Icha sambil menunjuk.

"Dan gw gak mau minta maaf sama Ibu, gw gak salah". Lanjutnya.

"Saya,, emm Cha, ini udah tiga hari, hukumnya haram sesama muslim bermusuhan lebih dari tiga hari, apalagi itu ibu kandung kamu"

"Gw gak peduli".

" Cha istighfar kamu bukan lagi anak kecil kamu,,, "

"Bisa gak sih lo gak usah banyak bacot" Bentak Icha, lalu kembali mengemas.

Azzam menghela nafas berat, ia harus lebih ekstra sabar menghadapi sikap kasar istrinya. Rasulullah juga mengajarkan untuk mendidik istri dengan cara yang lembut.

"Kita tinggal di rumah aku ya, deket pesantren, aku juga harus bantu 'amm untuk ngurus sambil ngajar disana" Ucap Azzam begitu lembut.

"Kalo ko mau disana ya lo aja sendiri, gw gak mau"

"Tapi seorang istri wajib mengikuti suaminya"

"Gw bilang gak mau ya gak mau, gw punya rumah sendri ngapain gw numpang di rumah lo? Lagian gw juga harus kerja" Sentak Icha.

"Aku kan suami kamu, kewajiban aku buat nafkahin kamu, dan kewajiban kamu dirumah ngurusin aku dan anak-anak kita nanti. Jadi kamu gak usah kerja"

"Gak usah kerja? Huhh,,," Icha berjalan mendekati Azzam "gw punya mimpi yang perlu gw capai. Dan gw gak mau mengorbankan mimpi gw demi suami yang gak pernah gw harapkan" Kecam Icha lalu pergi meninggalkan Azzam dengan barang-barang menuju mobil.

Namun sebelum Icha pergi, ia mengatakan sesuatu yang sempat ia lupakan.

"Dan satu lagi. Bisa jadi lo gak akan pernah punya anak dari gw, karna gw gak mau"

Azzam sedikit tersentak dengan pernyataan Icha,nemun ia harus bersabar dan mulai terbiasa dengan sikap istrinya. Azzam berlari menyusul Icha, lalu memberi gamis sepaket dengan hijab besarnya. "Jangan pake jins ya, rambut kamu juga Aurat. Yang berhak liat aurat kamu cuma aku" Titah Azzam.

"Gw gak mau" Ucap Icha ketus. Lalu masuk ke dalam mobil diikuti Azzam.

_____

Icha duduk selonjoran di kursi kebanggaannya, sambil memijit pelipisnya yang terasa pusing. seminggu ini dia harus lembur mengerjakan semua tugas yang ia tinggal cuti saat pernikahannya.

Ia juga pusing dengan pertanyaan teman-temannya, yang menanyakan kemana dia seminggu ini. Ia bahkan harus berbohong untuk menjawab pertanyaan teman-temannya.

Tepat jam 10 malam, pekerjaannya sudah selesai, dan ia segera pulang untuk mengistirahatkan tubuhnya yang penat.

Sesampainya dirumah ia lebih dibuat pusing oleh rentetan pertanyaan dari suaminya.

"Kamu kenapa baru pulang? Ini udah malam banget, aku khawatir Cha, kenapa kamu gak ngasih kabar mau lembur lagi? Harusnya kamu bilang sama aku biar aku jemput"

"DIAM" Bentak Icha.

"Bisa gak sih? Sehari aja lo gak ngoceh? Pusing gw dengernya"

Azzam menghela nafas, ia sudah mulai terbiasa dengan karakter Icha "yaallah kuatkan aku"

Cinta Untuk Aeisha (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang