Setelah bersabar cukup lama, Azzam akhirnya mendapatkan pekerjaan meski tidak sesuai fashionnya, tapi ini sudah kewajibannya untuk mencari nafkah.
Dan hari ini hari adalah gaji pertama yang ia dapat, Azzam segera bergegas ke rumah untuk menyampaikan kabar bahagia ini pada istrinya.
Sebelum ia mempunyai istri, Azzam biasanya mengisi ceramah di pengajian dan mendapat penghasilan, meski upah yang didapat tidak tentu, ia dibayar seikhlasnya.
Lagipula waktu itu Azzam tidak terlalu menginginkan upah, ia hanya ingin menyiarkan ilmu yang ia dapat. Dulu hasil yang ia dapat saat ceramah di stasiun televisi ia selalu berikan pada 'ammah-nya. Ia tidak menyangka jika sekarang ia bekerja sebagai kuli bangunan. Tapi itu tidak masalah yang penting ia bisa memenuhi kewajibannya.
Azzam memeluk Icha erat sesampainya di rumah, membuat Icha heran. Azzam juga menggenggam tangan Icha namun langsung di tepis.
"Sayang, sekarang aku gajian. Ini gaji pertama aku, alhamdulillah gaji bersih aku lima juta, malam ini aku traktir kamu makan apa yang kamu mau. Dan sisanya kamu simpan buat sehari hari" Ucap Azzan dengan raut bahagianya.
Icha mengangkat sebelah alisnya. Ia lalu tertawa keras, baginya ini hal yang lucu. "Tadi lo bilang berapa? Lima juta? Gaji gw bahkan empat kali lipat lebih besar dari lo. Jadi daripada lo traktir gw, mending lo simpen duitnya, buat beli tahu tempe dan kangkung. Makanan lo sehari-hari" Timpal Icha terdengar merendahkan.
Senyum Azzam luntur, tentu sakit jika perjuangan nya di sia-siakan. Azzam melihat istrinya yang sudah rapi.
"Kamu mau kemana?" Tanya Azzam penasaran.
"Gw mau party sama temen-temen, gak usah nunggu karna gw bakal happy-happy disana dan gak tau sampe kapan. Bisa jadi sampe besok" Jawab Icha.
"Kamu gak boleh pergi" Ucap Azzam tegas.
"Kenapa gak?" Tanya Icha bodo amat.
"Karena aku gak bakal izinin kamu, buat apa kamu kesana? Gak ada manfaatnya kan".
" Tapi gw gak peduli"
"Aeisha kamu istri aku, istri harus menuruti kata suami"
"Gw tetep gak peduli"
"Cha aku mohon" Pinta Azzam lemah.
"Bahkan lo mohon sampe nangis darah pun gw gak peduli" Ucap Icha menantang.
"ICHA" Bentak Azzam yang sudah hilang kesabarannya.
Icha yang dibentak bukannya takut malah senang. Baru kali ini ia melihat Azzam marah. Icha tersenyum iblis, ia jadi tertantang untuk melakukan hal yang bisa memancing amarah suaminya. Kira-kira apa Azzam akan menceraikannya jika ia tidak pulang ke rumah malam ini?.
Icha pergi meninggalkan Azzam yang terus melarangnya untuk pergi. Ia terus masuk ke dalam mobil, dan pergi tanpa memperdulikan Azzam yang mengejarnya dengan berlari.
Bibir Icha menyeringai melihat Azzam yang berhenti mengejar lewat kaca spion. "Gw pengen liat seberapa lama lo bakal tahan sama gw, dan seberapa besar sabar lo ngadepin gw"
Icha memasuki kawasan sekolah yang sudah belasan tahun tidak ia pijaki. Terakhir ia memijakan kaki, 15 tahun yang lalu, ketika usianya masih 18 tahun, saat pelulusan.
Ya ini adalah acara reuni sekolah, dulu setiap kali ada acara seperti ini, Icha tidak pernah ikut karena disibukkan oleh kuliahnya. Dan baru sekarang ia bisa ikut berkumpul lagi dan bernostalgia bersama alumni-alumni yang lain.
"Ini dia primadona kita, yang sudah sukses menyandang gelar doktor, dengan jabatan yang tinggi dan gaji yang sangat besar" Sambut seorang pria yang dulu menjabat sebagai ketua kelas namun paling sering bolos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Aeisha (Terbit)
Romance"Gimana para saksi? sah?" Tutur Sang penghulu yang langsung dijawab serentak oleh semua orang yang hadir di acara sebuah pernikahan. "SAH" Dilanjut dengan membaca doa seusai ijab yang dipimpin oleh penghulu. "Harusnya aku yang disana, dampingimu d...