#Three

7.9K 478 97
                                    

Icha menatap adik bungsunya yang sudah rapi mengenakan baju koko, sarung dan peci. Semalam Sari bilang kalau calon istri adiknya seorang anak kiyai jadi wajar jika sekarang Damian berpakaian demikian.

Icha masih tidak menyangka adiknya kini mau melamar seorang wanita. Perasaan, baru kemarin ia masih ngompol dicelana.

Icha tersenyum kecil mengingat waktu damian masih berumur 5 tahun dan Icha berumur 10 tahun. Ia menggelitik adiknya tanpa henti sampai ngompol.

"Cha kamu ngapain pake baju itu?".

Icha menoleh, lalu melihat pakaiannya. Tapi tidak ada yang salah "emang baju gw kenapa?" Tanya Icha heran.

"Masa ke lingkungan pesantren kamu pake jins, gak pake kerudung lagi. Kamu fikir mau ke club".

Icha berfikir sejenak, benar juga, ibunya kan semalam bilang kalau calon adik iparnya anak kiayi harusnya Icha peka kalau hari ini ia harus memakai gamis. "Tapi gw cuma punya baju kayak gini doang, ada juga dress selutus, ada sih dress yang panjang kayak gamis lo, tapi gaada tangannya".

"Sama aja boong. Yaudah sini aku dandanin biar cantik kayak aku".

"Gak di dandanin sama lo juga gw udah cantik kali"

Fara tengah sibuk memilah gamis yang akan di pakaikan untuk Icha. Sambil menunggu Fara menemukan gamisnya Icha melihat-lihat seisi kamar Fara. Kakak nya itu memang masih tinggal bersama kedua orang tuanya, katanya ingin sambil mengurus beliau berdua.

Icha melihat foto pernikahan kakaknya, lalu terfikirkan sesuatu. "Oh iya, suami lo kemana? Dari semalam gw kok gak liat dia" Tanya Icha.

"Dia lagi nemenin lahiran istri keduanya" Jawab Fara santai sambil mencocokkan beberapa gamis di tubuh Icha.

"Lo diem aja gitu, tau suami lo sama cewek lain?" Tanya Icha miris.

"Ya terus? Aku harus ngelabrak sambil marah-marah terus nyiram perempuan itu pake jus kayak disinetron-sinetron gitu?"

"Ya gak juga sih. Emang lo gak nyesek apa, suami lo sama madu lo terus".

"Suami ku kan suami Aini juga, lagian mas Bayu gak terus-terusan sama Aini, ada waktunya sama aku. Cuma kali ini Aini lagi butuh banget Mas Bayu, soalnya dia mau lahiran".

Icha mengangguk faham. Ternyata kehidupan kakaknya lebih menyakitkan dibanding dirinya. Setiap hari Icha selalu mengeluh karena belum juga move on dari Fheril, kadang marah-marah tidak jelas saat mengingat pernikahan Fheril, sampai tersirat rasa benci untuk istri Mantannya itu, padahal Fheril belum sah menjadi miliknya. Tanpa berfikir jika Fara harus berbagi suami dengan wanita lain, bahkan kakaknya itu terlihat sabar dan ikhlas tanpa mengeluh sedikitpun.

"Nih ini kayaknya cocok buat kamu" Kata Fara setelah menemukan gamis yang pas untuk sang adik.

Setelah selesai Icha memakai gamis, tangan Fara bergerak lihai memakaikan kerudung di kepala Icha. Maklum Icha hampir tidak pernah memakai kerudung jadi tidak bisa memakai kerudung yang benar jika itu kerudung berbentuk segi empat atau pasmina. Yang Icha bisa hanya memakai kerudung instan.

Keluarga Icha juga bukan keluarga yang agamis, jadi Sari tidak menuntut anaknya memakai hijab, tapi kebetulan saja Fara di persunting seorang ustadz dan adiknya Damian mempersunting anak kiyai.

"Nah sekarang udah cantik kan". Ujar Fara selesai memakaikan hijab.

"Buat apa sih cantik-cantik banget, kayak mau kemana aja".

"Ya siapa tau aja ada yang nyantol sama kamu, sekali-kali nyari buat calon suami tuh di sekitaran pesantren bukan di club mulu" Jawab Fara mulai membahas nikah.

Cinta Untuk Aeisha (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang