Icha mondar-mandir di dalam kamarnya cemas, dan lagi-lagi melirik ke arah tamu yang semakin banyak berdatangan. Ia dengar juga calon besan sudah di perjalanan. Ia menggigiti kuku jarinya yang tak panjang, otaknya berfikir keras mencari ide agar ia bisa kabur dari pernikahan ini.
Jika ia lewat jalan depan, bukannya berhasil, baru setengah langkah saja ia kabur, ibunya pasti akan menguncinya di kamar. Kalau lewat belakang akan susah, disana banyak orang yang mengatur masakan untuk prasmanan, karna dapur sempit jadi mereka masak di luar, nanti orang akan curiga jika pengantin pergi kesana.
Icha menatap jendela kamar, dan kamarnya ada di lantai dua, jika ia keluar lewat sana ia akan langsung ke atap garasi, akan lebih mudah mengambil kendaraan tanpa ketahuan.
Masalahnya bagaimana caranya ia turun dengan gaun panjang seperti sekarang? Ayo berfikir, reader ikutan mikir juga dong, kalau sampai kelamaan mikir Icha tidak akan sempat kabur. Disini Icha heran, kenapa disaat situasi darurat otaknya mendadak buntu?.
Tidak ada cara lain, otaknya saat ini tidak bisa diajak kompromi untuk mendapat ide, mau tidak mau ia harus lompat, lagipula garasinya tidak tinggi, kalaupun ia jatuh pasti cuma lecet kecil, tidak mungkin sampai patah tulang apalagi mati.
Icha segera melancarkan aksinya, dan dia berhasil turun meski harus mengorbankan lututnya berdarah dan gaun pernikahannya sedikit robek tergores batu.
Icha mengendap-endap seperti maling memasuki garasi, takut ada memergokinya. Ia sedikit menghela nafas lega saat berhasil masuk ke garasi dan melihat mobilnya berjajar rapi dengan dua mobil lain milik ibu, dan Damian.
Baru saja ia akan membuka pintu mobil, Lagi-lagi ia harus di buat hampir gila. Bagaimana ia kabur jika ia tidak membawa kunci mobilnya. Icha ingat kunci mobilnya ia simpan di laci kamar. Masa iya dia harus memanjat ke kamarnya.
Saat ia sudah pasrah dengan keadaan, ia melihat sebuah motor Ducati Panigale V4 R, motor kesayangan adiknya Damian, kuncinya masih tertancap sempurna di motornya. Icha sujud syukur, takdir masih memihak padanya.
Icha menancap gas sekencang mungkin, kepalanya terus menoleh kebelakang memastikan bahwa ia tidak ketahuan dan tidak ada yang mengejarnya.
Dalam keadaan sekarang, ia tidak memikirkan keselamatan, hanya memikirkan tentang keberhasilannya untuk kabur.
______
Fara menunggu ibunya yang sedang di rias sambil sambil menggigit kuku cemas. Selesai Sari dirias Fara langsung melapor bahwa Icha tidak ada di dalam kamar.
Saat itu Fara hanya ingin menemani adiknya itu, dan akan sedikit mengajarkan menjadi istri yang baik. Tapi begitu ia memasuki kamar adiknya, kamar Icha sudah kosong dengan jendela yang terbuka. Dan Fara yakin Icha nekad kabur lewat jendela.
"Bagaimana anak itu bisa kabur?" Tanya Sari panik.
"Fara gak tau bu, Fara dari tadi sibuk nyambut tamu".
"Bu, kak Icha kabur bawa motor kesayangan Mian, barusan Mian ke garasi mobilnya masih ada, tapi motor Mian gak ada". Ucap Mian tak kalah panik.
"Gimana kalau motor Mian kenapa-kenapa? Pokoknya Mian gak rela kalau sampai motor 2,4 Milyar Mian lecet sedikitpun". Lanjutnya lebih mementingkan keselamatan motornya dibanding kakaknya.
"Mian" Bentak Sari. Ia sudah pusing dengan kabar hilangnya Icha ditambah putra bungsunya merengek soal motor.
"Pokoknya cari Icha sampai ketemu, ibu bisa malu kalau sampai akad dia gaada". Ucap Sari panik.
"Mian, kamu temui sepupumu. Ajak Rian cari kakakmu. Fara kamu juga minta tolong suamimu, cari adikmu". Titah Sari.
Tanpa babibu lagi keduanya langsung mematuhi perintah Sari. Damian segera menemui Rian lalu bergegas mencari Icha. Fara pula segera menelpon Bayu. Suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Aeisha (Terbit)
Romance"Gimana para saksi? sah?" Tutur Sang penghulu yang langsung dijawab serentak oleh semua orang yang hadir di acara sebuah pernikahan. "SAH" Dilanjut dengan membaca doa seusai ijab yang dipimpin oleh penghulu. "Harusnya aku yang disana, dampingimu d...