#Two

9.6K 522 92
                                    

Icha memarkirkan mobilnya di depan supermarket. Stok camilan dan berbagai keperluan makan lainnya sudah menipis di dapurnya. Biasanya Icha membeli keperluan semacam itu lewat gojek, tapi kali ini ia membelinya sendiri sambil nyari angin, lagipula ini weekend jadi ia harus mengalihkan matanya sejenak dari pekerjaan yang menumpuk.

Baru saja ia membuka seatbelt nya, matanya langsung tertuju pada hal yang menyeramkan, seribu kali lipat lebih seram daripada zombie yang selalu ia tonton.

Rencananya untuk mengalihkan mata dari tumpukan pekerjaan, malah disuguhi pemandangan yang mengerikan, jika sudah begini apa yang harus ia lakukan selain pasrah.

"Huh,, nasib gw gini amat yaampun" Keluh Icha mengusap wajahnya kasar.

"Come on Cha,, inituh udah tiga tahun, harusnya lo udah bisa move on, dan terbiasa dengan semua ini" Semangat Icha pada dirinya sendiri.

Icha memandang getir ke arah seorang pria di depan supermarket yang sedang jongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan anak kisaran dua tahun di depannya. Tak lama kemudian keluarlah seorang wanita dari dalam, yang langsung di rangkul pria itu.

Icha tetap diam di dalam mobil, menunggu Fheril pergi. Tapi pria dan istrinya itu malah duduk di bangku sana sambil menunggu anak mereka memakan es krim.

"Pergi aja deh, Lama-lama disini gak baik buat kesehatan hati dan mata gw". Gerutu Icha yang mengartikan bahwa pencapaian move on nya masih nol koma sekian persen.

Icha buru-buru memundurkan mobilnya, namun ia merasa sedang menabrak sesuatu. Dan benar saja, ia tidak sengaja menabrak seorang pria di belakang mobilnya.

Pria itu menggeprak mobil belakang icha sambil marah-marah "Woy, bawa mobil hati-hati dong, sakit nih kaki gw".

Icha yang panik segera keluar dan meminta maaf. Ia juga akan bertanggung jawab, ia mengusulkan membawa pria itu ke klinik terdekat memastikan bahwa tidak ada cidera pada pria itu.

Icha mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah pria itu, saat tidak ada jawaban. Pria itu hanya memandangi Icha. Yup, sudah pasti terpesona dengan kecantikan gadis tua itu.

Meskipun usianya sudah melebihi kepala tiga, standar kecantikannya tidak pernah luntur. Malah Icha semakin tambah cantik, banyak orang yang menyangka dia masih mahasiswa bahkan anak SMA.

Wajarlah, selain kecantikan yang ia miliki dari lahir, ia juga seorang manager yang gajinya 20 juta perbulan. Dua puluh lima persen dari gajinya ia habiskan untuk perawatan wajah.

"Mas saya tanya, mas mau ke klinik gak? Takutnya ada yang cidera" Tegur Icha sekali lagi, dan berhasil membuyarkan lamunan si pria.

"Ohh,,, gw,, gw lagi ada perlu sekarang jadi gak bakal sempet ke klinik, gw minta nomor lo aja, jadi kalo gw kenapa-kenapa gw langsung hubungin lo". Jawab pria itu.

Icha menghela nafas perlahan, Icha juga tau, pria itu meminta nomornya bukan untuk meminta ganti rugi, tapi  modus untuk mendekati Icha.

Icha mengambil tas di mobilnya mengeluarkan segepok uang senilai dua juta rupiah, dan memberikannya pada pria itu. Icha memang selalu membawa uang cash agar ia tak perlu repot mencari ATM saat situasi darurat seperti sekarang.

"Saya rasa ini cukup, kalau begitu permisi" Pamit Icha yang sudah tak tahan ingin pergi tanpa menghiraukan panggilan pria itu menanyakan namanya.

Baru saja Icha membuka pintu mobil, hal yang ia hindari sejak tadi sampai menabrak orang, sekarang malah berdiri tepat didepannya, dan menyapanya.

Tentu saja keributan itu mengundang perhatian Fheril dan malah menghampiri Icha.

Sia-sia sudah nol koma sekian persen keberhasilan ia move on, hanya dengan sapaan dan senyumannya. Jika dulu senyuman ini yang selalu ia dambakan, sekarang justru senyuman ini malah menyakitkan.

Cinta Untuk Aeisha (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang