Icha berlari kecil kebelakang rumah, untuk bermain kucing lagi, ia mengangkut seluruh kucing ke ruang tengah. Pertama ia mengangkut induk kucing, lalu anak kucing, karena kalau bapak kucing yang ia angkut lebih dulu, kasihan anak-anaknya pasti ketakutan.
Icha mengusel usel pipi bapak kucing dengan gemas, kadang memeluknya erat, sampai bapak kucing hampir mencakar wajahnya, untung ia cepat menghindar.
Bapak kucing lalu melompat dari pelukan Icha, dan pergi berbaring di sofa. Icha membiarkan bapak kucing istirahat, kemudian ia mengambil satu anak kucing yang paling gemuk.
"Yaampun, kamu lucu banget" Gemas Icha mengusel usel anak kucing dengan pipinya.
Anak kucing terus menjerit, meronta untuk lepas. Tak seperti bapak kucing Icha membiarkan anak kucing mencakar-cakar wajahnya. Lagipula cakaran anak kucing sama sekali tidak membuatnya sakit apalagi terluka, Icha malah merasakan geli.
Ibu kucing menggeliat, lalu melompat ke sofa, kemudian mencakar-cakarkan kukunya disana. Icha terkejut saat sofa itu banyak yang terkelupas. Apalagi sekarang bapak kucing melakukan hal yang sama.
Icha mencoba menangkap kucing untuk dikembalikan ke kandangnya, namun bapak kucing malah pergi ke dapur, Icha berlali mengejar bapak kucing, tapi ia melompat ke atas kulkas.
Icha mengendap endap seperti maling saat bapak kucing sedang lengah menjilati bulu-bulunya.
Hap.
Icha hampir menangkap bapak kucing, usahanya gagal, bapak kucing malah melompat ke rak piring.
Prank.
Icha menutup telinga saat tiga piring dan empat gelas terjatuh dan pecah berserakan dilantai. Sedangkan bapak kucing kembali ke ruang tengah.
Kekacauan tidak sampai disitu. Sekarang ibu kucing sedang nangkring di atas nakas sambil menjilati bulunya, sedikit lagi saja ibu kucing bergeser dapat dipastikan Vas mahal, disampingnya akan jatuh dan pecah.
Icha bernafas lega saat ibu kucing menjauh dari vas bunga, tapi sedetik kemudian ekornya malah bergoyang dan menjatuhkan vas itu.
Empat anak kucing tidak tinggal diam. Mereka ikut melancarkan aksinya. Ada yang memanjat ke atas TV, dan nangkring disana, ada yang ke belakang TV dan menggigiti kabelnya.
"Hey kamu, jangan mainin kabel, nanti kesetrum kamu bisa jadi kucing panggang" Ucap Icha panik sambil menghambur untuk menangkap anak kucing.
Tapi insting anak kucing terlalu kuat, ia berlari pergi sebelum Icha berhasil menangkapnya. Ibu dan bapak kucing kembali mencakar sofa.
Icha menyusun strategi. Ya, ia harus mengumpulkan anak kucing terlebih dahulu, lalu ia akan mengurungnya di dalam kandang. Tidak peduli seberapa ketakutannya mereka didalam kandang berempat tanpa orang tua mereka, Icha lebih takut Azzam akan marah melihat seisi kamarnya yang tadi sangat rapi dan bersih, sekarang malah seperti kapal pecah.
Disaat Icha sedang sibuk berlari mengejar empat anak kucing, pintu rumah terbuka. Menampilkan tiga orang pria yang kini menatap seisi rumah dengan ekspresi tidak percaya.
Icha berhasil mendapatkan satu anak kucing. Ia tersenyum senang, tinggal tiga anak kucing lagi.
Saat ia menoleh matanya melotot, disana sudah berdiri Azzam, Damian dan adik iparnya Azmi.
Mereka berempat sama sama mematung. Sampai si bapak kucing melompat ke atas meja depan TV, dan menyenggol vas bunga, suara nyaring dari vas yang pecah menyadarkan mereka.
"Astaghfirullah Mozza, Morra. Siapa yang ngajarin kalian berantakin rumah?" Azmi menghela nafas pasrah, sedikit menyindir seolah bertanya, kemudian masuk melewati Icha lalu menggendong ibu kucing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Aeisha (Terbit)
Romance"Gimana para saksi? sah?" Tutur Sang penghulu yang langsung dijawab serentak oleh semua orang yang hadir di acara sebuah pernikahan. "SAH" Dilanjut dengan membaca doa seusai ijab yang dipimpin oleh penghulu. "Harusnya aku yang disana, dampingimu d...