Icha lebih dulu membuntuti keluarga Azzam memasuki kawasan pesantren, sedangkan Azzam masih mengeluarkan barang bawaan dari mobil.
Icha dan Azzam diminta untuk menginap dulu di rumah Azzam, sambil menuntut membawa barang-barang agar saat pindah nanti tidak terlalu repot.
Semua santriwan dan santriwati melirik Icha dengan tatapan kagum, sedangkan yang ditatap malah risih karena menjadi pusat perhatian.
Itu siapa? Santriwati baru?
Gak tau saya juga baru liat. Tapi masya Allah cantik banget.
Nambah pesaing nih buat dapetin gus Azzam dan gus Azmi.
Halu kamu Alsha, gus Azzam kan sudah menikah.
Iya, tapi gus Azzam gak pernah bawa istrinya kesini.
Nah bisa jadi itu istrinya gus Azzam.
Gak aneh sih orang cantiknya, masya Allah.
Azzam berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan Icha, tangan kirinya membawa koper dan totebag sedang. Dan tangan besarnya menggandeng Icha.
"Sini Azzam, biar aku yang bawa totebag" Icha mengambil totebag yang di jinjing suaminya.
Ohh istrinya gus Azzam. Saya kira tadi santriwati baru.
Saya baru tau itu istrinya gus Azzam.
Ya sama lah kita juga baru tau. Kan baru sekarang gus Azzam ajak istrinya ke sini.
Kok baru di ajak sekarang?
Soalnya gus Azzam takut istrinya dilirik sama kalian. Kayaknya si begitu.
Suudzon aja kamu.
Saya cuma becanda.
Icha berjalan beriringan dengan Azzam. Rumah kiayi berada tepat di tengah-tengah pesantren. Sedangkan rumah Azzam berada di ujung pesantren.
Sampai dirumah Azzam Icha terpaku melihat suasana disana. Rumahnya tidak bertingkat, tapi cukup luas, halamannya ditumbuhi oleh berbagai macam bunga.
Icha melihat-lihat semua bunga yang tumbuh disana. Ada berbag jenis bunga mawar, bunga melati, bunga kuping gajah dan banyak lagi.
"Kamu suka bunga?" Tanya Icha. Azzam mengangguk.
"Umma juga dulu suka banget sama bunga".
"Terus selama kamu di rumah aku yang rawat bunganya siapa?"
"Azmi. Selama aku tinggal dirumah kamu, Azmi tinggal disini. Ada kucing juga loh kamu mau lihat?"
Icha mengangguk, lalu berjalan di belakang Azzam masuk ke dalam rumah. Icha lebih terpukau melihat seisi rumah Azzam. Begitu tapi dan bersih, padahal dihuni oleh laki-laki, sedangkan dulu sewaktu ia masih gadis, ia tidak pernah membersihkan rumahnya sebersih dan serapi ini. Bahkan sekarang pun rumahnya bisa rapi dan bersih karena Azzam yang membereskannya.
Azzam menyimpan barang-barang ke dalam kamar lebih dulu, lalu mengajak Icha ke belakang rumah. Icha terpana sampai menutup mulutnya melihat tempat khusus untuk kucing.
Icha memasuki ruangan itu. Ruangannya terbuka, rumput hijau tumbuh menutupi tanah, ada pasir tempat si kucing buang kotoran, dan rumah kucing yang cukup besar.
Icha menghampiri induk kucing yang sedang menyusui anaknya, dan kucing jantan berbaring menemani.
Icha mengusap kucing anggora itu, bulunya begitu lebat dan lembut. Icha menghitung anak kucing yang sedang menyusu, totalnya ada empat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Aeisha (Terbit)
Romance"Gimana para saksi? sah?" Tutur Sang penghulu yang langsung dijawab serentak oleh semua orang yang hadir di acara sebuah pernikahan. "SAH" Dilanjut dengan membaca doa seusai ijab yang dipimpin oleh penghulu. "Harusnya aku yang disana, dampingimu d...