#twelve

4.1K 269 63
                                    

Azzam mondar mandir sambil terus memperhatikan jam. Malam sudah semakin larut, hujan semakin deras dan petir semakin menggelegar. Tapi istrinya masih belum pulang.

Azzam khawatir, takut terjadi sesuatu pada Icha. ia mencari kontak istrinya untuk menelpon, tapi bagaimana jika Icha sedang lembur? Kalau ia menelepon akan mengganggu Icha, yang nantinya pasti akan menyebabkan pertengkaran.

Azzam berusaha menenangkan dirinya yang dipenuhi rasa khawatir. Ia lalu membuat secangkir teh hangat untuk menghangatkan tubuhnya sambil menunggu istrinya pulang.

Saat ia tengah menuangkan air panas ke dalam gelasnya, ia mendengar langkah kaki yang sedang berlari. Azzam menoleh, Icha sudah datang dalam keadaan basah kuyup menatap lekat dirinya.

Azzam balas menatap Icha. Bingung apa yang harus lakukan. Sebenarnya ia ingin memeluk Icha, untuk menghangatkan tubuh wanita itu. Ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi sampai ia pulang dalam keadaan seperti itu? Ingin mengomel mengapa Icha tidak menelponnya dan meminta untuk menjemputnya.

Azzam ingin sekali melakukan itu, tapi ia sadar Icha tidak akan menyukainya. Sampai wanita itu memutuskan kontak mata mereka lalu pergi ke kamar mandi. Azzam sempat menoleh sebentar, lalu pergi saat Icha sudah masuk ke kamar mandi.

_____

Jam sudah menunjukkan pukul 10.30. Azzam sudah menghabiskan secangkir teh nya, sambil menonton TV, namun fikirannya terus tertuju pada istrinya.

Azzam beranjak menuju kamar hendak tidur. Namun begitu melewati kamar istrinya, ia melihat ke dalam lewat pintu yang sedikit terbuka.

Azzam memberanikan diri masuk ke dalam kamar. Melihat Icha yang sedang menggigil padahal sudah memakai selimut tebal.

Azzam menempelkan punggung tangannya di kening Icha.

"Astaghfirullah Cha kamu demam"

Azzam buru-buru ke dapur untuk mengambil air dingin untuk mengompres istrinya.

"Lo gak usah sok peduli sama gw" Ucap Icha menyadari Azzam disampingnya.

"Bisa gak untuk saat ini kamu turunin dulu ego kamu? Sekarang kamu lagi sakit kalau bukan aku siapa lagi yang akan ngerawat kamu?" Tanya Azzam sambil menempelkan saputangan basah di atas kening Icha.

"Gw bisa ngurus diri sendiri"

"Terus kenapa dari tadi cuma diem aja? Kalau demam kan harusnya di kompres biar panasnya turun"

"Kamu gak usah so kuat, kalau ada apa-apa bilang sama aku" Ucap Azzam.

"Bukannya lo udah gak peduli sama gw" Tuduh Icha.

"Selama ini aku diemin kamu bukan berarti aku gak peduli. Setiap hari aku gak pernah gak khawatirin kamu. Aku cuma takut bikin kamu gak nyaman aja makanya aku milih buat diem" Jawab Azzam.

Pria itu lalu bergegas menuju dapur menyimpan air bekas kompresan lalu membuat bubur untuk istrinya. "Sebentar aku masak bubur dulu"

Setelah beberapa menit, Azzam kembali dengan semangkuk bubur. "Kamu makan dulu ya, udah makan minum obat" Azzam menyodorkan satu sendok bubur, namun di tolak oleh Icha.

"Gw bisa sendiri" Tolak Icha ketus.

"Cha plis, aku mohon untuk saat ini turunin ego kamu. Setelah kamu sembuh bebas kamu mau ngapain aja" Mohon Azzam.

Icha yang memang sudah tidak kuat dengan kondisinya, memilih untuk menurunkan egonya. Ia menerima suapan dari Azzam dan membiarkan suaminya mengurusnya.

"Kamu tidur ya. Istirahat yang cukup. Besok gak usah berangkat kerja" Titah Azzam selesai membantu Icha meminum obat.

"Azzam" Panggil Icha saat Azzam hendak ke kamarnya. Azzam menoleh.

Cinta Untuk Aeisha (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang