Aroma bumbu rempah tersebar lewat udara, tercium begitu menyengat bersamaan dengan oksigen yang terhirup, membuat selera makan tergugah.
Icha bangun dari tidurnya, menghirup aroma masakan yang membuat perutnya keroncongan, ia beranjak dari kasur lalu mengikuti aroma yang menggugah selera itu.
Icha diam di lawang pintu dapur menatap sumber dari aroma itu. Beberapa makanan sudah terhidang diatas meja makan.
"Udah bangun Cha?" Sapa Azzam basa-basi.
"Belum ini gw lagi ngigau" Jawab Icha ketus.
Azzam terkekeh pelan, biasanya istrinya itu tidak pernah menimpali sapaannya. Ia senang karena Icha menjawab sapaannya dengan sebuah candaan meski nada bicaranya tetap ketus.
Azzam menghampiri Icha menempelkan punggung tangannya di dahi istrinya.
"Gimana? Udah mendingan? Demam kamu kayaknya udah turun" Tanya Azzam.
Icha mendongak menatap Azzam yang lebih tinggi sedagu darinya, ia kemudian menepis tangan besar Azzam dari dahinya. "Lo gak usah so perhatian". Ucap Icha sinis. Lalu berjalan mengambil air hangat untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering.
"Kita makan yu, aku udah masak" Ajak Azzam lembut.
"Lo makan aja sendiri, gw gak biasa makan makanan rumahan" Ucap Icha, bohong. Padahal ia sangat tergiur bahkan saat mencium aromanya saja, perutnya juga sudah keroncongan, ia hanya terlalu gengsi.
Icha meneguk minumannya sampai tandas, dengan mata yang terus tertuju pada masakan yang Azzam masak.
Azzam tersenyum kecil, ia menghampiri Icha dan menarik tangannya menuju meja makan, Azzam menarik kursi membiarkan Icha duduk, kemudian ia pun duduk di sampingnya.
"Cobain dulu, kasihan perut kamu dari tadi bunyi" Ucap Azzam.
Pipi Icha merona menahan malu. Apa bunyi perutnya terlalu keras? Ah, bisa-bisanya Azzam mendengar suara perutnya.
Azzam menyiukkan secentong nasi ke piring di hadapan Icha. Wanita itu hanya memandangi sesiuk nasi yang terasa asing baginya.
"Ini daun apa? Setau gw nasi goreng gak pake daun ginian" Tanya Icha, ia mencium aroma nasi itu, jadi aroma menggiurkan itu berasal dari nasi ini.
"Ini namanya nasi liwet" Jawab Azzam.
"Waktu kecil umi sering bikin nasi liwet" Lanjut Azzam mengingat masa kecilnya dengan uminya.
Icha mengangguk faham. Azzam lalu menyodorkan beberapa lauk dan sayuran yang ia masak.
"Ini ada sayur asem, sambel terasi, ikan asin ada tempe juga. Aku tau kamu jarang mungkin gak pernah makan, makanan seperti ini, tapi coba dulu deh, aku yakin kamu suka"
Icha mulai mencicipi nasi liwet dan beberapa masakan suaminya. Dirasa enak, iapun melanjutkan makannya. Sedangkan Azzam hanya menatap Icha yang makan masakannya dengan lahap, ia tersenyum saat Icha dua kali nambah.
"Lo gak makan?" Tanya Icha.
"Aku suka iat kamu makan lahap kayak gini" Jawab Azzam melenceng.
"Lo jangan geer, gw cuma meng-har-gai masakan lo. Sayang kan susah susah masak kalo gak di makan" Ucap Icha menekankan kata 'menghargai' masih menyembunyikan gengsinya, tak sadar ia sedang menyiukkan lagi nasi, untuk yang ketiga kalinya.
Azzam mengalihkan pandangannya sambil terkekeh kecil, ia lalu menyiukkan nasi untuknya sambil sedikit menggoda Icha dengan sindiran.
"Antara menghargai, lapar, sama suka itu beda tipis ya" Ucap Azzam pelan yang tidak terlalu terdengar oleh Icha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Aeisha (Terbit)
Romance"Gimana para saksi? sah?" Tutur Sang penghulu yang langsung dijawab serentak oleh semua orang yang hadir di acara sebuah pernikahan. "SAH" Dilanjut dengan membaca doa seusai ijab yang dipimpin oleh penghulu. "Harusnya aku yang disana, dampingimu d...