Azzam memasuki kawasan rumahnya setelah lelah bekerja seharian, dari pagi hingga sore. Hal pertama yang ia lihat adalah Icha yang duduk selonjoran dengan kaki dilipat di atas meja sambil menonton TV.
Tidak ada adegan menyambut suami yang baru saja pulang kerja seperti yang Azzam selalu bayangkan.
Icha memasukan beberapa ciki kedalam mulutnya, lalu mengganti channel TV. Tidak peduli dengan Azzam yang kini berdiri lawang pintu berharap disambut.
"Cha,,," Panggil Azzam, ia menghampiri istrinya dan duduk disebelahnya.
"Tadi 'amm nelfon, malam ini 'amm sama 'ammah mau kesini, mereka mau nginep. Kita beresin kamar sebelah ya. Tolong kamu beresin, biar aku masak buat mereka" Ucap Azzam.
"Yang mau kesini keluarga lo kan? Bukan keluarga gw. Jadi lo beresin aja sendiri, gw gak mau repot" Jawab Icha lalu mematikan TV dan bergegas menuju kamar.
Azzam berusaha tegar, Allah tidak akan memberi ujian diluar batas kemampuan hambanya. Allah mengirim Icha untuknya, karena Allah tau Azzam bisa merubah sikap buruk Icha.
Tak menghiraukan lelahnya, Azzam segera menyiapkan kamar untuk paman dan bibinya. Azzam sudah tidak terkejut begitu melihat kamar yang tidak pernah terpakai itu dipenuhi foto seorang laki-laki yang kata Icha, adalah mantan terindahnya. Sakit sekali saat pertama kali Azzam melihat seisi kamar itu, ia cemburu, istrinya masih mencintai laki-laki lain, padahal ia sudah menjadi suami sah-nya.
Azzam membersihkan kamar itu, lalu dilanjut memasak masakan untuk orang tua yang telah mengurusnya sejak kecil. Selesai menyiapkan semuanya, tak lama paman dan bibinya datang.
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam" Jawab Azzam lalu mempersilahkan Hafidz dan zahro masuk.
"Istri kamu mana Azzam?" Tanya Zahro yang tidak melihat keberadaan Icha.
"Icha sudah tidur 'ammah, pasti kecapean. Pas Azzam bilang 'amm sama 'ammah kesini dia langsung beres-beres. Azzam gak sempet bantu Icha" Jawab Azzam berbohong. Ia terpaksa berbohong untuk menutupi aib istrinya. Bukankan kewajiban suami istri itu saling menutupi aib. Lagipula Azzam tidak mau keluarga nya ikut campur dalam urusan rumah tangga mereka.
" 'Ammah mau ketemu sama Icha? Biar Azzam bangunin" Tanya Azzam.
"Gak usah Azzam, 'ammah ngerti kok, pasti cape beresin. Rumah sendiri, apalagi dia kerja" Jawab Zahro.
" 'Amm sama 'ammah sudah makan? Kita makan dulu yu" Tawar Azzam. Mereka mengangguk, Azzam lalu menghidangkan masakan nya di atas meja.
"Ini Icha yang masak?" Tanya Zahro, sambil sedikit mencicipinya.
"Iya 'ammah" Bohong Azzam.
"Enak sekali" Puji Zahro. Ia memang tidak tau Azzam bisa masak, ia juga tidak pernah melihat Azzam masak. Azzam sendiri belajar masak saat ia tinggal di rumah Icha, karena siapa lagi yang mau memasakkan untuknya selain dirinya. Icha? Istrinya itu bahkan tidak pernah bertanya apakah Azzam sudah makan atau belum. Selesai makan malam mereka kembali berbincang.
"Gimana rumah tangga kamu sama Icha?" Tanya Hafidz.
"Alhamdulillah Azzam sama Icha Baik-baik aja 'amm" Jawab Azzam lagi-lagi berbohong karena tidak ingin membuat paman dan bibinya khawatir.
"Kamu beruntung punya istri seperti Icha, pinter masak, rajin beresin rumah padahal dia juga kerja. Kenapa gak nyari Art aja buat bantu Icha beresin rumah?" Tanya Zahro.
"Icha cuma pengen berdua tanpa, ada orang lain 'ammah. Lagipula, kalau Azzam sempat, kita beres-beres bareng, masak bareng" Ucap Azzam.
"Syukurlah kalau rumah tangga kalian harmonis, 'amm jadi lega dengernya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Aeisha (Terbit)
Romance"Gimana para saksi? sah?" Tutur Sang penghulu yang langsung dijawab serentak oleh semua orang yang hadir di acara sebuah pernikahan. "SAH" Dilanjut dengan membaca doa seusai ijab yang dipimpin oleh penghulu. "Harusnya aku yang disana, dampingimu d...