19

2.4K 212 1
                                    

[ CW : violence, harsh word.]

.

Sepanjang pelajaran terakhir sebelum pulang, Allen dan Dhani tidak berbicara sama sekali. Ekspresi datar Dhani membuat Allen mau tak mau harus diam. Biasanya ia akan menganggu dan menoyor Dhani jika lelaki itu mengabaikannya, tetapi kali ini berbeda. Jelas berbeda.

Cukup mengejutkan perubahan sikap Dhani bisa terjadi dalam sekejap. Berhasil membuat perasaan Allen setidaknya sedikit teriris.

Allen dengan cepat mengikuti Dhani saat bel pulang berbunyi.

"Oi Dhan! Dhani." Panggil Allen kesekian kali, namun Dhani terus berjalan ke depan seolah tidak mendengar apapun.

Allen mengerti, mungkin Dhani merasa tidak nyaman melihatnya setelah pembicaraan siang tadi, namun dirinya juga tidak bisa diam saja dengan keadaan seperti ini.

Allen menggerakkan kakinya untuk berlari, menarik kerah baju Dhani bagian belakang.

"Woi!" bersamaan dengan seruan itu, Dhani menepis tangan Allen sangat keras.

"Jauh-jauh lo!"

Allen diam. Memperhatikan sorot mata Dhani yang menyala, menunjukkan kemarahan yang amat dalam. "Kenapa lo marah?"

Dhani menggelengkan kepalanya, "Jangan dekat-dekat gue!"

Cukup menusuk. "Gue salah, Dhan?"

Dhani semakin kelihatan marah, "Masih nanya? pikir Len, segitu gak ada nya cewek di dunia? gila lo!"

"Apanya yang gila dengan punya perasaan kayak yang gue rasain?" balas Allen, kini emosinya juga mulai memuncak. Bagaimanapun apa yang dibilang Dhani berhasil membuatnya sakit hati.

Dhani maju perlahan, dengan kuat ditariknya kerah baju Allen. "Sadar, Len, Bian itu cowok, lo gak normal. Kemana Allen yang dulu gue kenal?!"

"Allen yang dulu? memang gue yang sekarang kenapa? siapapun jati diri gue, gue tetep Allen yang dulu!" ucap Allen, masih membiarkan cengkraman Dhani bersemayam di kerahnya meskipun sedikit tercekik.

Dhani menghempas tangannya dari kerah Allen dan mendorong temannya sampai hampir terjatuh. "Ya ... itu pilihan lo. Gue juga punya pilihan, gak usah lagi muncul di depan gue." Dhani hendak berbalik namun sebelum itu terjadi, Allen menarik bahunya.

"Gak bisa gitu. Cuma karena ini kita gak temenan lagi? Buka pikiran lo— "

Dhani mendorong dada Allen agar menjauh, "Gue gak tau masalah apa yang lo simpan, tapi separah karena gak dapat kasih sayang dari ayah lo sampai-sampai lo berakhir kayak gini?" Allen terdiam, mulutnya sulit untuk bicara ketika mendengar kalimat itu. "Jauh-jauh lo, bangsat! gue gak mau temenan sama homo— "

BUAK!

Dhani terjatuh menghantam lantai keramik koridor. Sudut bibirnya berdarah dan cukup memberikan efek ngilu. Tinjuan Allen selalu menjadi yang menyakitkan.

Allen berusaha mengatur nafasnya yang terengah, mengendalikan emosinya, bagaimanapun dan semarah apapun dirinya pada Dhani, ia tidak akan bisa menghajar sahabatnya habis-habisan meskipun pukulan barusan mungkin adalah yang paling keras yang dapat ia berikan.

"Kenapa, Dhan? semudah itu lo ngomong kayak tadi ke gue? sehina itu? lo baru tau sahabat lo selama ini yang selalu bermasalah dengan keluarganya ternyata berakhir jadi gay?" ujar Allen, dengan parau. Dia merasakan nyeri di dadanya saat mengatakan itu semua. "Nyesel lo temenan sama gue? jijik?"

Dhani bangkit, hendak membalas semua omong kosong yang keluar dari bibir Allen. Ia mengangkat dan mengayunkan tangannya, lalu memberikan pukulan telak ke pipi Allen.

Boomerang | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang