Seorang pemuda berpakaian putih abu-abu tengah meletakkan beberapa piring yang berisi berbagai macam masakan yang ia buat dengan tangannya sendiri.Bibir merah alami itu melengkung dengan sempurna, menatap berbagai makanan sudah tertata cantik di atas meja makan.
Pasti mereka suka.
Tak lama kemudian, sosok pria dan wanita paruh baya mengenakan pakaian kantor berwarna hitam menuruni anak tangga, kemudian berjalan menuju meja makan. Mereka menatap datar pemuda mengenakan seragam putih abu-abu berkulit putih cerah itu.
"Bagus, anak pintar!" ujar pria mengenakan jas hitam, kemudian memukul kepala pemuda itu dengan keras. Pemuda itu hanya mengangguk, kemudian melengkungkan bibirnya.
"Silakan sarapan, Papa, Mama," ujarnya begitu lembut.
"Heh!" Wanita mengenakan blazer hitam itu menjewer telinga pemuda memiliki netra cokelat terang itu.
"Akh!"
"Nggak ada Mama Papa! Tuan dan Nyonya! Paham?!" tekan wanita itu.
Pemuda itu mengangguk dengan lesu. "Paham, Nyonya," lirihnya.
"Sana! Berangkat! Jangan ganggu kita sarapan!" usir wanita itu, kemudian menarik pergelangan pemuda itu, lalu menyeretnya keluar dari rumah besar itu.
BRAKK!!!
Pemuda berkulit putih cerah itu tersungkur di teras rumah yang terbuat dari ubin berwarna hitam. Ia bergegas bangkit.
Tidak papa. Asal mereka bahagia aku rela.
Ia berjalan menuju sebuah ruangan di mana beberapa kendaraan diletakkan di sana. Pemuda bernama Akash Abiyan itu mengambil sebuah kendaraan beroda dua berwarna biru muda. Ia mengambil kendaraan itu kemudian mengayuhnya, keluar dari rumah besar.
Butuh waktu dua puluh menit mengayuh sepeda, menuju sekolah SMA Cakrawala. Sesampai di parkiran SMA Cakrawala, pemuda memiliki tinggi 186 cm itu memarkirkan sepeda sederhananya.
Pemuda bermata bulat, memiliki alis mata tebal, dan bulu mata panjang, berjalan, menuju ruang kelas. Sepanjang perjalanan, ia memasang lengkungan bibir yang membentuk sangat sempurna.
"Pagi Akash!"
"Pagi Akash!"
"Pagi Akash Sayang!"
"Pagi Ayang Akash!"
"Pagi calon masa depan!"
Akash hanya memasang lengkungan bibir yang begitu lebar. Netranya berbinar, menatap para siswi yang melambaikan tangan kepadanya.
Sesampai di kelas 11.IPA.1, pemuda itu menduduki bangku paling depan, deretan kedua. Tepatnya berada di tengah-tengah. Ia meletakkan tas ransel berwarna hitam pada bangku, kemudian mengeluarkan sebuah buku yang tebal.
Netra cokelatnya mengikuti setiap baris demi baris angka dan huruf yang ada pada buku tersebut begitu serius. Akash Abiyan terkenal ambisius di sekolah karena setiap waktu kosong hanya digunakan untuk belajar.
Puk!
"WOY AKASH!" teriak seorang pemuda mengenakan pakaian berantakan sambil menepuk kedua pundak Akash. Pemuda itu tidak menghiraukannya.
"Heh kebiasaan gue dikacangin," cibirnya. Akash menoleh ke samping kanan, menatap pemuda yang memakai seragam putih acak-acakan.
"Salam dulu sebelum masuk kelas, tuh," cibirnya. Pemuda itu hanya menyengir tanpa dosa.
"Ya gue lupa. Gimana dong?" tanyanya begitu polos. Akash hanya geleng-geleng kepala.
"Dasar! Udah, duduk sana. Jangan ganggu! Gue mau belajar!" titahnya. Pemuda bernama Narendra itu mendengkus kesal.
"Ambis banget, sih, Kash! Udah sarapan belum?" tanya pemuda itu.
"Belum, Ren," jawabnya sambil menatap buku tebal yang ada di hadapannya.
Narendra merangkul pundaknya. "Hayuk sarapan dulu. Pingsan lo entar," ajaknya, tetapi Akash menggeleng.
"Duluan. Gue masih mau belajar," sahutnya. Pemuda itu langsung menyentil kening Akash.
"Heh, jangan ngambis banget lo!"
"Udah duluan sana!" usir Akash.
"Hem ... butuh jurus mematikan nih," gumamnya, kemudian pemuda itu merebut buku tebal milik Akash, lalu meletakkan buku itu ke dalam ransel Akash. Ia menarik tubuh Akash.
"Ayo!"
Akash mengerucutkan bibirnya. "Dasar emak-emak rempong lo, Ren!" Narendra hanya terkekeh.
"Berisik! Kalau nggak gini nggak bakal sarapan lo!" Ia menarik tangan Akash, kemudian berjalan keluar menuju kantin.
Halo selamat datang di cerita baruku. Genre Angst - Family yang ketiga yang aku buat. Semoga suka dengan ceritanya. Jangan lupa tinggalkan bintang dan komentar. you next part ☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Pelarian [SELESAI]
Teen Fiction(Fiksi Remaja - Angst) "Aku akan mencoba lebih baik lagi, aku bisa," ucap lelaki tersebut dalam heningnya malam yang dingin. Akash Abiyan memposisikan dirinya sebagai anak lelaki yang terkuat, lelaki remaja tersebut membantah agar diriny...