"Terus menjadi manusia yang lebih baik meski balasan penerimaannya menyakitkan hati."
~ Akash Abiyan ~
"Kenapa kalian berkata begitu?" tanya Akash lirih. Keringat dingin sudah membasahi tubuhnya.
Randy mendekati Akash, kemudian mengambil piala yang Akash pegang. Ia menatap sinis piala itu.
"Baru sampai kota? Belum Internasional. Jangan harap saya senang, Akash!" ujar pria itu tajam, kemudian Randy mendorong tubuh Akash, membuat pemuda itu tersungkur di lantai bawah tangga. Ia melempar piala itu ke arah Akash tepat di dadanya.
"Makan tuh, piala! Berisik!" ujarnya kesal.
"Akash janji akan membawa prestasi sampai internasional. Nyonya sama Tuan lihat saja nanti. Kalian akan bangga sama Akash," ujarnya, kemudian menatap sendu kedua orang tuanya yang tidak menghargai usahanya. Pemuda itu beranjak, kemudian bergegas pergi ke kamarnya. Ia meletakkan piala kembali di lemari kaca. Netranya menatap kosong.
Nggak papa, Kash. Kamu masih harus berjuang sampai internasional. Mungkin mereka baru kembali lagi sayang.
Karena masih terasa lemas tubuhnya, Akash membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Kedua bola matanya menutup dengan sempurna karena rasa kantuk dan pusing sudah mendera.
*****
Baru memenangkan olimpiade matematika, kini Akash tengah fokus latihan voli untuk lomba Minggu depan.Pemuda berkulit putih tengah melakukan servis. Bola dilambungkan ke udara, kemudian dipukul. Bola itu melayang di udara ke tempat tim lawan. Mereka mencetak poin.
Tim lawan berusaha mencetak poin, Narendra melakukan smash, kemudian bola masuk di tempat lawan. Mereka mencetak lagi.
Akash kembali melakukan servis, ia memukul bola dengan kencang. Kembali mencetak poin.
Pusing di kepala terus mendera, kaki panjangnya makin melemas. Akash berusaha mempertahankan kesadarannya. Ia tidak mau sampai pingsan di lapangan. Akan menyusahkan banyak orang.
Tim lawan kembali melakukan perlawanan. Bola dipassing oleh Eghi. Mereka kembali mencetak poin. Akash dan teman-temannya memang kuat dalam memainkan bola voli. Maka dari itu, pemain memilih mereka sebagai perwakilan sekolah untuk bertanding.
Akash kembali melakukan servis. Kali ini kondisi tubuhnya makin lemas. Pandangannya mengabur. Ia melambungkan bola, kemudian memukulnya keras. Bola kembali masuk ke tempat lawan, mencetak angka. Setelahnya tubuh Akash ambruk di lapangan.
"AKASH!!!!" teriak Narendra. Mereka bergegas menghampiri Akash yang tergeletak di lapangan. Narendra menepuk pipi pemuda itu.
"Kash, bangun Kash!" teriak Narendra panik.
"Bawa Akash ke UKS! Latihan selesai untuk hari ini. Kondisi Akash sedang tidak baik," ujar pelatih. Beberapa tim Akash membopong tubuh pemuda itu, menuju UKS. Para siswi terkejut, melihat Akash tumbang dibawa ke UKS.
"Aduh Ayang gue pingsan!"
"Butuh kasih sayang gue kayaknya!"
"Kasihan Ayang gue!"
"Ayang kurang belaian gue!"
Di ruang kesehatan, Akash dibaringkan di brankar. Eghi memberikan minyak angin pada leher dan hidung Akash agar pemuda itu segera sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Pelarian [SELESAI]
Teen Fiction(Fiksi Remaja - Angst) "Aku akan mencoba lebih baik lagi, aku bisa," ucap lelaki tersebut dalam heningnya malam yang dingin. Akash Abiyan memposisikan dirinya sebagai anak lelaki yang terkuat, lelaki remaja tersebut membantah agar diriny...